Home / Horor / Mirror : Death Note / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mirror : Death Note: Chapter 31 - Chapter 40

64 Chapters

31. Petunjuk Baru

Yuna dan Antonio sudah menjalin hubungan rahasia sejak dua tahun terakhir. Ternyata pandangan orang tentang kehidupan yang sempurna pada diri Antonio dipatahkan oleh Yuna. Di antara kami berempat tidak ada yang menghujatnya, justru kami mencoba mencari tau, alasan di balik kematian Antonio. Karena menurut Yuna, kekasih gelapnya itu tidak mungkin bunuh diri. Memang benar, kalau Yuna dan Antonio sempat terlibat cekcok. Tapi katanya itu hanya akan berlangsung sebentar. Biasanya Antonio akan muncul dengan beberapa kejutan manis sebagai bentuk ungkapan damai dengan Yuna. Tapi Antonio justru tidak muncul setelah tiga hari, dan berakhir dengan kabar kalau dia meninggal. "Yuna, apa mungkin ada orang yang memergoki hubungan kalian, dan akan melaporkan ke istri Antonio?" "Tidak mungkin. Kami tidak pernah menunjukkan hal romantis saat di kantor. Bahkan sekali pun Antonio dan aku tidak akan saling sapa, apalagi saat banyak orang."
last updateLast Updated : 2021-07-19
Read more

32. Siapakah, Lee?

Aku terus berjalan mencari dua orang yang sejak tadi mengusik pikiranku. Jika memang perkiraan ku benar, maka Sung Chul akan menjadi target berikutnya, dan pelaku itu kemungkinan besar sang cleaning service tadi. Ruangan demi ruangan aku telusuri, tapi dua orang itu tidak juga terlihat sejauh ini. Sampai akhirnya, aku mendengar orang berbincang di dalam bilik toilet. Aku mengintip dari lubang kunci, lalu tak lama terbelalak. Sang Chul ada di dalam, sekaligus cleaning service tadi.Tulisan di depan pintu, membuatku tidak bisa masuk begitu saja. Karena ini adalah toilet pria. Aku mondar mandir di depan pintu sambil terus berpikir bagaimana caranya masuk.Bahuku ditepuk seseorang, "Lee?!" pekikku."Kamu sedang apa di sini? Mencari toilet? Di sana toilet wanita," tunjuk Lee ke ujung lorong."Eum, bukan. Tolong ... Ah, gimana cara gue jelasinnya! Itu di dalam ... Ada
last updateLast Updated : 2021-07-19
Read more

33. Kehidupan Lee

Sepertinya aku tersesat. Akhir minggu yang tadinya ingin ku habis kan dengan jalan-jalan agar merasakan liburan yang menyenangkan, pupus sudah. Seharusnya aku mengajak Yuna atau Ye Jun tadi untuk pergi bersama. Tapi entah kenapa aku lebih memilih pergi sendirian ke tempat ini.Jeonjuadalah kota di Korea Selatan bagian barat. Daerah ini dikenal karena Jeonju Hanok Heritage Village, sebuah area rumah-rumah tradisional, toko-toko kerajinan dan kedai makanan.Aku tertarik dengan tempat ini karena menampilkan wisata pedesaan khas Korea. Bukan hanya sekedar pemandangan gedung pencakar langit yang biasa aku lihat di tanah air. Aku memang berhasil sampai, karena memakai jasa perjalanan wisata dengan merogoh kocek yang cukup dalam. Tapi sesampai di tempat ini, kami dibolehkan berjalan-jalan sendirian, dan akhirnya aku tersesat.Desa Hanok Jeonju tampak sama bagiku. Jalanan serta rumah-rum
last updateLast Updated : 2021-07-19
Read more

34. Rumah baru Daniel

"Jadi Lee itu seorang agen polisi yang menyamar di perusahaan ini?! Daebak!" pekik Yuna. Kami makan siang di cafetaria yang berada di lantai bawah."Berarti dia sudah tidak bekerja di sini lagi?""Ya begitulah. Penyamarannya sudah usai, setelah kasus bandar narkoba itu," jelas ku."Pantas saja dia sangat dekat dengan manager, ternyata untuk kepentingan kasus saja."Putra manager perusahaan kami, terbukti menjadi pemasok utama narkoba se-Asia. Itulah alasan Lee bekerja di sini. Dia terus memberikan kinerja yang baik, sehingga menjadi pusat perhatian kalangan atas. Lee sangat dekat dengan manager kami. Ternyata dia sengaja melakukan itu, karena mengincar putra tunggal keluarga kaya tersebut. Setelah kasus itu terungkap, manager kami mengundurkan diri.Lee sudah tidak terlihat di kantor sejak beberapa hari lalu. Dia kembali ke pekerjaan sebenarnya, menjadi petugas polisi. Ta
last updateLast Updated : 2021-07-19
Read more

35. penculikan Yuna

"Ines ... Ada apa dengan rumah Daniel? Kau pasti melihat sesuatu, kan?" tanya Lee saat dalam perjalanan pulang. Aku yang sejak tadi hanya menikmati pemandangan samping, lantas menoleh. Menarik nafas, kemudian berdeham. "Iya. Tapi mungkin itu bukan apa-apa. Semua rumah pasti ada penghuninya, kan, Lee? Semoga mereka baik-baik saja.""Benar, kah? Lantas, rumahku juga ada penghuninya juga?" "Ya ada. Tapi dia tidak pernah mengganggu mu, kan?""Sejauh ini, tidak. Tapi aku menjadi takut sekarang untuk pulang.""Dasar pengecut. Melawan penjahat kamu berani, masa dengan hal yang tidak kau lihat, takut!" ejekku. ...Lee mengantar ku hanya sampai halaman depan. Aku lantas masuk ke apartemen dengan tubuh lelah. Lift terbuka, di dalam ada sesosok wanita berdiri di sudut lift. Menghadap ke belakang. Itu sudah biasa kulihat selama berada di sini. Selagi dia tidak mengganggu, aku pun tidak apa-apa. Kemunculan mereka itu
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more

36. Cermin

Ketukan pintu membuat ku terjaga. Aku berpikir sesaat, sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur dan melihat siapa yang datang tengah malam begini."Siapa?" tanyaku saat berjalan mendekat ke pintu."Ines! Ini aku, Daniel!" jeritnya seperti sedang terburu-buru. Dia terus mengetuk pintu dengan cepat dan keras. Bukan kebiasaannya. Lagi pula ini bukan waktu yang pas untuk bertamu.Saat pintu dibuka, wajah Daniel muncul dengan wajah yang kebingungan. Dia terus menoleh ke belakang seperti tengah dikejar seseorang."Daniel? Ada apa? Masuk," ajakku, lalu menutup pintu. Tapi sebelum itu aku memeriksa keadaan di luar. sepi, tidak ada siapa pun. Daniel segera duduk di sofa seperti biasa. Dia terlihat gugup dan ketakutan. Berkali-kali tangannya terus dikepal-kepalkan, sorot matanya terus menatap ke arah pintu."Hei, ada apa?" tanyaku sambil memberikan segelas air putih, agar dia sedikit tenang. Dani
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more

37. Rahasia Cermin

Lorong yang kulalui tampak gelap. Bahkan aku harus berpegangan untuk mencari arah yang benar. Langkah demi langkah aku lalui dengan perasaan tidak menentu. Tali di pinggangku masih terpasang kuat. Sampai pada akhirnya di ujung lorong gelap ini ada setitik cahaya. Aku pun mendekat, karena yakin akan ada jalan di sana.Cahaya yang awalnya hanya setitik, perlahan membesar, saat aku sudah makin dekat rupanya cahaya itu berasa dari sebuah pintu kecil. Berukuran setengah tubuhku. Sepertinya memang ini adalah jalan keluar dari tempat ini, akhirnya aku jongkok dan melewatinya.Silau cahaya tadi membuat mataku harus terpejam, butuh waktu beberapa detik untuk menyesuaikan dengan tempat baru yang lebih terang ini. Saat aku mulai membuka mata, aku sedikit terperenyak, melihat sekitar. Ternyata aku baru saja keluar dari cermin ini dan berada kembali di rumah Daniel. Hanya saja semua tampak abu-abu. Tidak berwarna, seperti mati. Berkali-kali aku menguce
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more

38. Papa?

"Ines! Ines! Kamu baik-baik saja?" tanya sebuah suara yang sangat aku kenal. Aku mulai mengerjap dan menyesuaikan dengan cahaya lampu di atas. Kepalaku terasa sangat berat. Namun perlahan aku mampu bergerak dan kembali tersadar."Ah, syukurlah. Aku pikir kamu tidak akan sadar kembali," ujar Lee dengan wajah lega."Kim?" tanyaku sambil mencari keberadaan anak itu dan tentu ibunya."Mereka baik-baik saja. Ada di kamar, sedang beristirahat," sahut Daniel."Syukurlah." Aku mulai beranjak dibantu Lee lalu kami duduk di sofa. Daniel pergi ke dapur dan kembali lagi dengan secangkir teh hangat."Minum dulu, Ines," katanya sambil terus memperhatikanku."Terima kasih.""Ines, apa yang terjadi di sana?" tanya Lee."Benar, kami sempat kesulitan menarik mu kembali," tandas Daniel."Oh, itu. Yah, cukup sulit menemukan keluargamu, Daniel
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more

39. Rumah

Aku sedang berada di sebuah pesawat yang akan membawaku pulang ke rumah. Yah, pulang ke rumah. Kini aku punya tempat untuk dituju. Tempat yang bisa disebut rumah. Di mana ada orang-orang yang menganggap ku keluarga, dan kuanggap keluarga. Mama Irene duduk di sampingku. Papa duduk di kursi lain bersama salah satu saudara tiriku, yakni Bang Haikal. Anak pertama Papa dengan Mama Irene. Sementara anak bungsu mereka bernama Iqbal yang duduk seorang sendiri di sudut pesawat. Di telinga nya bertengger headset, kepalanya bergerak-gerak diikuti tubuhnya. Dia anak band sementara Bang Haikal lebih pendiam karena lulusan Universitas Kairo. Agamanya lebih unggul daripada kami tentunya. Maka dari itu dia lebih bisa menjaga sikap, dan juga lebih dewasa.Untungnya mereka mampu menerima kehadiranku. Bahkan tidak tampak kebencian dari kedua pria itu. Justru mereka sangat menerima ku sebagai salah satu anggota keluarga baru."Gimana rasanya akhirnya pulang l
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more

40.Gangguan di Kamar Baru

"Jadi kamu kenal sama Rangga, nduk?" tanya Papa. Kami sudah berada di meja makan, menikmati hidangan makan malam yang sudah Bu Siti dan Mama sediakan."Iya, Pah." Aku hanya berusaha bersikap senormal mungkin di depan mereka. Duduk di samping Iqbal membuat aku makin kikuk, karena sesekali dia membuatku selalu ingin memukulnya. Karena sikapnya yang mulai iseng."Tapi kenapa bagai nggak kenal, Nes?" tanya Iqbal dengan senyum tipis menggoda.Aku segera melirik ke arahnya, menunjukkan bola mata yang membulat sempurna. "Berisik! Jangan bawel!""Jadi selama satu tahun ini, Ines pergi ke Korea? Pantas nggak pernah main lagi ke rumah." Om Heri mulai membuka lagi obrolan yang justru membuat situasi di antara aku, Mama Rangga dan Rangga sendiri, sulit. Bahkan sejak tadi aku tidak mendengar satu patah kata pun keluar dari mulutnya. Dia hanya tersenyum, lalu mengangguk dan menatapku saat ada pertanyaan terlont
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status