Home / Romansa / Cinta CEO dalam Jebakan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Cinta CEO dalam Jebakan: Chapter 71 - Chapter 80

356 Chapters

71. Melawan Perintah

Satu kilometer dari gedung Quebracha, Max dapat melihat lampu menyala terang di ruang kerjanya. Hanya dalam sekejap, gemuruh napas yang sempat mereda kembali terdengar. “Kurang ajar! Peneror itu benar-benar mengobrak-abrik kantorku,” gumam sang pria seraya menggenggam kemudi lebih erat. “Kuharap dia masih di sana saat aku tiba. Dia tidak boleh lolos dan membahayakan Gabriella.” Selang beberapa menit, sang CEO akhirnya tiba. Entah kebetulan atau memang sudah direncanakan, pintu masuk terbuka lebar untuknya. “Apakah dia memang ingin menyambutku?” pikir Max yang sempat memperlambat langkah. Namun, setelah menimbang-nimbang sejenak, ia akhirnya mempercepat gerak menuju lift. Tepat di depan pintu yang tertutup rapat, pria itu mendesah tak percaya. Tulisan “error” tertera di semua layar. “Apakah dia mempermainkanku atau sedang menguji keseriusanku?” Setelah berdecak kesal, Max bergegas menuju tangga darurat. *** Gabr
last updateLast Updated : 2021-07-28
Read more

72. Pertemuan Rahasia

“Maaf, Bas, bisakah kau mengemudi lebih cepat?” pinta Gabriella sembari terus menatap ke depan. Jalanan sedang dalam keadaan lenggang, tetapi mobil mereka sudah beberapa kali disalip oleh mobil lain. “Maaf, Nyonya Evans. Aku harus mengutamakan keselamatan,” tolak sang sekretaris dengan nada santai. “Tapi, tidak banyak kendaraan di jalan ini. Kurasa tidak apa-apa jika kau menambah sedikit kecepatan.” Sedetik kemudian, Sebastian menoleh dan menghela napas samar. “Sekarang aku mengerti kenapa Max bisa jatuh hati padamu. Kau sangat manis dan penuh perhatian,” ucapnya tanpa terduga. Kedipan mata Gabriella spontan membeku. Dengan alis berkerut, ia berusaha memecah ketegangan. “Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?” desahnya diiringi gelengan kecil. Dalam sekejap, raut sang sekretaris berubah datar. “Apakah kau merasa tak nyaman? Maaf. Aku hanya mencoba membantumu meredakan kekhawatiran.” Sambil berkedip datar, sang wanita mengembalikan p
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more

73. Akulah Peneror Itu

“Sebastian? Kenapa kau ikut masuk? Keluarlah! Peneror itu bisa membatalkan pertemuan jika dia tahu aku bersama seseorang,” desak Gabriella dengan suara pelan. Wanita polos itu sama sekali tidak curiga dengan ekspresi santai sang pria. “Tenang saja. Dia tidak akan membatalkan pertemuan. Bukankah dia berada di ruang tengah?” “Ya, tetap saja ....” Kata-kata sang wanita mendadak terhenti oleh akal sehat. Dengan kedipan cepat di bawah kerutan alis, ia memiringkan kepala. “Dari mana kau tahu bahwa peneror itu mengungguku di ruang tengah?” Sudut bibir yang semula tinggi seketika turun. “Apakah aku salah dengar? Itulah yang dikatakan oleh pelayan tadi kepadamu.” Sembari menimbang-nimbang, Gabriella menatap sang sekretaris dengan guratan bimbang di dahi. “Kalau begitu, tunggulah di sini. Aku tidak ingin kehadiranmu membuat peneror itu marah.” Bibir Sebastian spontan mengerucut. Dua detik kemudian, tanpa terduga, ia mengulurkan tangan hendak menyentuh r
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more

74. Kebenaran yang Sulit Dipercaya

Melihat Gabriella yang mematung dengan wajah pucat, sebelah sudut bibir sang pria terangkat samar. “Apakah kau masih terkejut dengan perlakuan Sebastian? Maaf, dia memang sudah terobsesi sejak pertama kali melihatmu.” Diam-diam, sang wanita melirik ke arah sang sekretaris. Laki-laki yang baru saja duduk di sofa itu sudah kembali memasang raut serius, ekspresi yang selalu ia tunjukkan setiap kali berhadapan dengan urusan kerja. “Apakah kau kesal karena aku menghentikan aksimu?” tanya dalang sesungguhnya kepada Sebastian. Sang sekretaris mengangkat pundak singkat. “Apa yang bisa kulakukan jika Anda sudah memberi perintah?” timpalnya santai. Menyaksikan keakraban dua orang di hadapannya, napas Gabriella semakin menderu. “Kenapa kalian tega melakukan semua ini kepada Max? Apa kesalahannya sampai kalian menginginkan dia jatuh?” tanyanya dengan suara tipis dan bergetar. Rasa sesak dalam dada telah menyempitkan kerongkongannya. Si dalang dan tangan k
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

75. Tawaran Kerja Sama

“Aku tidak akan sudi berpihak kepadamu!” seru Gabriella dengan sorot mata tajam meski air mata bisa jatuh kapan saja. “Jangan salah paham dulu,” geleng si pria tua sembari mengangkat kedua alisnya. “Aku justru ingin memberikan keringanan kepada anak haram itu. Bukankah kita sudah sepakat bahwa pilihan pertama jauh lebih baik?” Gabriella menatap sang mertua dengan tampang datar. Tidak sedikit pun otot wajahnya berani bergerak. “Karena itu, bantulah Max dengan membuatnya memilih Quebracha. Aku sudah menyiapkan dua skenario yang bisa kau lancarkan.” Sedetik kemudian, telunjuk Herbert teracung di udara. “Skenario pertama. Kau bisa mencuri dokumen yang selalu dia rahasiakan dan menyerahkannya kepada Julian.” “Lalu kau bisa menendangnya keluar dari perusahaan? Aku tidak sebodoh itu!” Tawa kecil sontak terlepas dari mulut si pria tua. “Jangan gegabah dalam menarik kesimpulan. Pikirkan bagaimana aksi itu akan akan membuatmu terlihat se
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

76. Aku atau Perusahaan

“Max, aku baik-baik saja,” ujar Gabriella dengan suara pelan dan datar.“Maaf, Gaby. Aku tidak bisa memercayai Sebastian begitu saja,” sahut sang pria sembari terus menelusuri tubuh istrinya.Mendengar kesungguhan sang suami, Gabriella hampir saja menghela napas berat. Si peneror memang tidak meninggalkan jejak yang terlihat. Akan tetapi, sang wanita tetap merasa bersalah karena tidak berdaya saat dirinya disentuh oleh pria lain.“Apa saja yang dia lakukan kepadamu?” tanya Max sembari menekuk lutut untuk memeriksa kaki sang istri.“Tidak ada apa-apa, Max. Dia hanya mengantarku,” bohong wanita itu sambil berusaha mendatarkan ekspresi.“Benarkah?” timpal sang pria dengan sebelah alis bergerak naik. “Apa kau tahu bahwa Sebastianlah yang menyusun rencana untuk menjebakku di kantor? Aku sempat berpikir kalau dia sengaja mengulur waktuku agar dapat menculikmu.”Mendengar kekha
last updateLast Updated : 2021-07-31
Read more

77. Kemesraan yang Sesungguhnya

“Apakah kau mau melakukannya di sini?” bisik Max setelah menyadari bahwa Gabriella membalas kecupannya dengan mesra. “Ya,” desah sang wanita sembari menyingkirkan busa yang hampir hilang dari rambut suaminya. “Tapi, bolehkah aku yang melayanimu malam ini?” Mendapat usulan tak terduga itu, alis sang pria melengkung maksimal. “Kau serius?” “Tentu saja.” Sedetik kemudian, Gabriella mulai mencelupkan tangan ke dalam air. Selang beberapa saat, Max mulai melepaskan kesenangan di udara. “Apakah aku melakukannya dengan benar?” bisik sang wanita sambil terus menimbulkan riak air. “Ya,” desah pria yang hampir tak mampu menjawab. Ia telah terbuai oleh pijatan sang istri. “Bagaimana dengan ini?” Tiba-tiba, Max mengerang panjang dan mencengkeram dinding bathtub. Tanpa terduga, Gabriella tertawa kecil melihat ekspresi suaminya. “Apakah kau tahu kalau wajahmu sangat jelek saat ini?” ledeknya dengan senyum simpul.
last updateLast Updated : 2021-07-31
Read more

78. Bocornya Rahasia

Begitu membuka mata, Max langsung tersentak oleh kekosongan di hadapannya. Sang istri tidak lagi berada dalam dekapan. “Gaby?” panggil pria itu dengan suara serak dan tidak stabil. Tak kunjung mendapat jawaban, Max akhirnya mengenakan pakaian lalu beranjak ke kamar mandi. “Gabriella?” Mengetahui sang istri tidak juga berada di sana, kerut alis pria itu sontak menjadi lebih dalam. Setelah menggetarkan bola mata sejenak, ia terbelalak dan langsung melangkah keluar kamar. “Bibi! Bibi ...!” teriaknya sembari bergegas menuju tangga. Tepat ketika Max hendak melangkah turun, pintu ruang kerjanya terbuka dan Gabriella keluar dengan alis terangkat heran. “Ada apa, Max?” Gerak sang pria seketika membeku. Selang satu helaan napas lega, ia berjalan cepat menghampiri sang istri. “Kenapa kau keluar kamar tanpa memberitahuku? Aku sampai berpikir kalau kau menghilang,” desah Max seraya mendekap sang wanita. Dengan mata terpejam, ia mer
last updateLast Updated : 2021-08-01
Read more

79. Malam Terbaik dalam Sejarah

Setelah memperhatikan gerak alis Amber yang menyatakan tantangan, Gabriella akhirnya mengalihkan pandangan ke arah sang pelayan.  "Bibi, tolong beri kami privasi." Mendengar permintaan yang tak terduga itu, mata Minnie terbuka lebar. "Anda yakin Nyonya?" "Tentu saja yakin," sela Amber sambil memasang senyum miring. "Dia sadar bahwa aku telah mengetahui—" "Tolong, Bi." Mengetahui si tuan rumah merasa terancam, lengkung bibir Amber bertambah lebar. Sembari tertawa tanpa bunyi, ia memperhatikan sang pelayan menuruni tangga. "Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Gabriella sukses mengembalikan kekakuan di wajah sang tamu. "Kudengar, IQ-mu tinggi. Bukankah seharusnya kau sudah mampu menebak?" sindir Amber membuat darah Gabriella semakin mendidih. "Tolong jangan bertele-tele." "Aku tahu bahwa seseorang memintamu untuk meninggalkan Max." Sedetik kemudian, keheningan membekukan suasana. Gabriella seolah dapa
last updateLast Updated : 2021-08-01
Read more

80. Malam Terakhir Kita

“Lihatlah! Kita sudah tiba,” celetuk Max sembari melepas tangan sang istri untuk memutar kemudi. Dengan alis melengkung tinggi, Gabriella mengalihkan pandangan. Begitu menatap gedung berdesain indah di hadapannya, mulut wanita itu langsung terbuka lebar. “Max, kau mengajakku menyaksikan penampilan orkestra papan atas?” desah Gabriella tak percaya. Sang pria menoleh sekilas. Melihat sang istri terkesima, sudut bibirnya terangkat ringan. “Ya.” Hanya dalam sekejap, sang wanita tidak bisa lagi menahan gejolak dalam dada. Dengan mata berkaca-kaca, ia melebarkan senyuman. “Aku sudah lama memimpikan momen ini, Max,” ucapnya dengan suara tipis.  Namun, begitu sang suami menghentikan mobil, kebahagiaan wanita itu memudar. “Tapi, bagaimana jika ada yang mengenalimu? Bukankah kau bisa dituduh tidak peduli dengan urusan Quebracha dan malah bersenang-senang?” Dengan santai, Max membuka sabuk pengaman dan menggeleng. “Kau tenang saja. A
last updateLast Updated : 2021-08-02
Read more
PREV
1
...
678910
...
36
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status