Beranda / Romansa / Slave / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Slave: Bab 31 - Bab 40

53 Bab

31.

Dengan tertatih karena kakinya yang sakit di tendang Ayesha, Hasan memaksakan dirinya untuk berjalan cepat dan mencegah kepergiannya."Akkhh, lepas—" ucapan Ayesha terhenti karena Hasan yang langsung membekap mulutnya.Dengan gerakan cepat Hasan langsung membawa tubuh ramping Ayesha ke dalam mobilnya."Masuk!" titah Hasan dengan masih membekap mulut Ayesha."Emhhh," Ayesha terlihat kesusahan bicara dalam keadaan seperti itu sembari menggelengkan kepalanya."Aku akan—akhhh!" jerit Hasan mengadu kesakitan saat Ayesha menggigit tangannya.Mendapatkan peluang untuk lolos Ayesha langsung berlari pergi dari sana, namun lagi-lagi usahanya gagal. Ayesha kalah cepat dari Hasan yang tenyata berhasil mengejarnya."Mau lari kemana kamu, hmm?" tanya Hasan menyeringai."To—"Plakkk.Hasan yang geram melihat tingkah Ayesha yang me
Baca selengkapnya

32.

Melihat perubahan sikap Ayesha yang secara signifikan dan tiba-tiba itu pun membuat Hasan bingung setengah mati. Hal apa yang membuat Ayesha kembali membuatnya bertingkah seperti itu?Tadinya wanita itu mulai melembut dan seakan lupa dengan pemberontakannya tadi, namun entah mengapa kini Ayesha kembali meronta."Hei, tenanglah," kata Hasan lembut.Ayesha menggeleng, "aku ingin pulang!""Tidak akan!" permintaan itu pun langsung di tolak mentah-mentah oleh Hasan."Kalau aku mengantarkanmu pulang, itu sama saja artinya kebodohan. Dengan susah payah aku menculikmu dan membawamu kemari, lalu dengan gampangnya aku mengembalikanmu pulang ke rumah?" tukas Hasan terkekeh kecil."Tentu saja itu tidak akan pernah ku lakukan, Ayesha." sambung Hasan menekankan setiap katanya.Setelah mengatakan itu Hasan keluar dari kamar tersebut dan mengunci pintunya. Ayesha yang melihat it
Baca selengkapnya

33.

"Hiks...."Sayup-sayup Hasan mendengar suara tangisan seseorang dan itu sungguh sangat menggangu sekali. Menggeram kesal karena tidur nyenyaknya terusik Hasan menggeliat dan membuka kedua kelopak matanya.Menoleh ke sisi samping tempat tidur dan melihat tubuh Ayesha yang tampak bergetar. Hasan jelas tau jika suara isakan tangisan itu berasal dari Ayesha walaupun saat ini wanita itu tengah memunggunginya."Hei," panggil Hasan menyentuh lembut bahu kiri Ayesha yang terbuka.Sesaat tubuh Ayesha menegang namun perlahan mengendur menjadi rileks kembali, dan suara tangisan Ayesha pun perlahan berkurang menjadi pelan tak sekencang tadi."Kau menyesal pada apa yang kita lakukan tadi?" tanya Hasan masih dengan nada lembutnya."Ini salah...." sahut Ayesha tanpa mau repot membalikkan badannya menghadap Hasan.Dahi Hasan berkerut dalam mendengar kata salah yang Ayesha lontar
Baca selengkapnya

34.

Kekhawatiran Ridwan semakin menjadi saat tak kunjung menemukan keberadaan sang putri tercinta. Ayesha, seminggu ini menghilang tanpa kabar. Setiap hari, bahkan setiap saat Ridwan selalu mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Ayesha. Namun sangat di sayangkan sekali nomor ponsel sang anak tidak bisa dihubungi.Kecemasan Ridwan tentu saja semakin bertambah, dan sampai sekarang nomor ponsel Ayesha tetap tidak bisa dihubungi.Entah bagaimana bisa seperti itu, entahlah! Yang pasti Ridwan sangat-sangat khawatir akan keadaan putrinya."Kamu dimana, nak...?" gumam Ridwan bertanya-tanya.Andai ia tahu keberadaan Ayesha, sekarang pun Ridwan rela dan siap menjemputnya meski tempat itu jauh sekalipun maka akan tetap Ridwan tempuh.Ayesha adalah kesayangannya, harta terindah dan anugerah yang telah di kirimkan tuhan untuknya. Meskipun sosok sang istri tak ada mendampinginya, Ridwan tetap bahagia hidup berdu
Baca selengkapnya

35.

Ayesha terlihat bingung dengan perubahan sikap Hasan yang mendadak berubah menjadi pendiam dan lembut ketika berhadapan dengannya. Bahkan pria itu kini begitu perhatian padanya dan lebih sering tersenyum.Tentu hal itu membuat Ayesha curiga, apakah ada sesuatu hal dibalik perubahan sikap Hasan? Seperti saat ini, pria itu ikut turun tangan ke dapur untuk membantu Ayesha membuat sarapan. Meskipun benci tetap saja Ayesha tidak tega jika membiarkan pria keparat itu kelaparan, karena sesungguhnya Ayesha pun juga lapar."Kau kenapa?!" pertanyaan ketus itu Ayesha lontarkan saat sudah tak tahan dengan segala pola tingkah Hasan."Aku? Memangnya aku kenapa?" tunjuk Hasan pada dirinya sendiri."Berhentilah bersikap aneh seperti ini," terang Ayesha tak suka."Apa sih? Aneh apanya?""Perubahan sikap dan tingkahmu berubah, aku curiga jika ada sesuatu hal yang tengah kau rencanakan." tuding Ay
Baca selengkapnya

36.

Hasan melirik ke sampingnya dimana sosok bidadari cantik masih tertidur damai dan lelapnya. Senyuman tersungging di kedua sudut bibirnya tatkala matanya terus memperhatikan sosok itu. Dan senyuman itu pun dalam sekejap luntur ketika tak sengaja tatapan jatuh ke sebuah benda mengkilau itu. Rahangnya mengetat menahan perasaan kesal dan amarah yang langsung menguasai dirinya. Ia tak suka juga benci akan fakta yang ada, tak memungkiri Hasan juga cemburu besar akan diri Ayesha yang sudah resmi bertunangan dengan Adnan si brengsek. Tinggal satu langkah lagi apabila pernikahan mereka terjadi maka Hasan harus siap menerima serta merelakan Ayesha dengan ikhlas untuk Adnan. Dan jika itu terjadi maka sama sekali tak ada peluang untuk Hasan untuk merebut Ayesha.Tidak, tidak! Pernikahan itu tidak boleh terjadi. Ayesha milikku, tidak ada yang boleh untuk menyentuh apalagi untuk memilikinya. ujar batin Hasan.
Baca selengkapnya

37.

"Aku akan melepaskanmu untuk pria lain," kata Hasan di suatu pagi ketika mereka berdua tengah menikmati sarapannya.Dengan mata berkedip sebanyak dua kali Ayesha menatap tak percaya pada ucapan Hasan barusan. Ini sungguhan atau hanya godaan Hasan yang memang sengaja memancing reaksi Ayesha."Tapi, dengan satu syarat." sambung Hasan melanjutkan kalimatnya yang tadi sempat berhenti.Ayesha mendengkus, baru saja mulutnya terbuka ingin bertanya kenapa Hasan tiba-tiba berubah pikiran. Eh, taunya harus ada syarat maka barulah Hasan melepaskannya untuk pergi dan hidup bersama lelaki pilihannya."Aku akan melepaskanmu secara sukarela, asal bukan dengan Adnan Raswandi." tutur Hasan menjelaskan maksudnya tanpa harus Ayesha yang bertanya penasaran pada syaratnya.Ayesha mendelik mendengar syarat yang Hasan ajukan. "Kenapa begitu?!""Karena aku tidak menyukai Adnan, dia bukan pria yang baik
Baca selengkapnya

38.

Hasan menatap kesal penuh kemurkaan melihat sosok tamu yang datang sepagi ini. Adnan Riswandi, pria itu akhirnya datang ke tempat dimana Ayesha diculik Hasan."Hei bro," sapa Adnan santai seraya membuka kacamata hitamnya. ""Boleh aku masuk?" tanya Adnan menyindir Adnan yang tak mempersilakannya untuk masuk ke dalam."Tidak, sebaiknya tetap diluar saja.""Kenapa?" tanya Adnan lagi seraya matanya menatap ke dalam rumah itu."Suka hatiku, sebab ini adalah rumahku. Terserahku ingin menyuruhmu duduk atau langsung mengusirmu.""Oh begitu ya?""Darimana kau tau alamat rumahku ini?"Adnan Riswandi tertawa, "sangat mudah bagiku bro. Dan aku rasa kau sudah mengerti dengan maksud tujuanku datang kesini?""Tidak!" sahut Hasan cepat."Really?""Jangan bertele-tele, jadi apa maksud tujuanmu kemari?!" lag
Baca selengkapnya

39.

Ridwan memeluk erat tubuh putrinya dengan sayang, mengucap syukur pada sang kuasa atas kembalinya Ayesha ke rumah."Bapak sangat merindukanmu, nak." ungkap Ridwan dengan dadanya yang terasa plong.Segala kekhawatiran serta kerinduan terangkat sudah begitu melihat sosok sang putri tercinta. Ridwan menghujani kecupan penuh cinta dan sayang seorang bapak kepada anaknya. "Ayesha juga merindukan Bapak," kata Ayesha tak kalah eratnya memeluk Ridwan. Sedangkan Adnan menatap jengah pemandangan di depannya saat ini. Jika saja bukan karena niat dan tujuannya yang ingin memiliki Ayesha untuk ia jadikan mainannya, tentu saja Adnan tidak akan sudi mengenal keluarga miskin itu. Sebisa mungkin Adnan harus bisa membuat keluarga itu terkesan padanya. Bersandiwara menjadi orang yang baik itu tidaklah terlalu sulit. "Nak Adnan!" panggilan Ridwan mengalihkan p
Baca selengkapnya

40.

Adnan tersenyum puas memandangi benda berkilau cantik yang baru saja ia belikan untuk sang calon istri. "Pakai ini," pinta Adnan pada Ayesha yang terpelongo kaget. "Apa ini?" tanya Ayesha keheranan. "Cincin pertunangan kita yang baru." sahut Adnan tersenyum senang. "Kenapa begitu?""Sebab cincinmu yang lama hilang kan?" Ayesha mengangguk."Untuk itulah aku beli lagi yang baru, bukan masalah besar jika satu cincin yang hilang. Toh, kita masih bisa membeli yang lainnya." "Ya ampun! Tapi, menurutku ini terlalu berlebihan, ini—""Tidak ada yang berlebihan jika menyangkut tentang kita berdua." sela Adnan memotong ucapan Ayesha. "Lagian masalah ini cukup penting bagiku, bagaimana mungkin bisa aku membiarkan begitu saja cincin tuna
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status