"Hiks...."
Sayup-sayup Hasan mendengar suara tangisan seseorang dan itu sungguh sangat menggangu sekali. Menggeram kesal karena tidur nyenyaknya terusik Hasan menggeliat dan membuka kedua kelopak matanya.
Menoleh ke sisi samping tempat tidur dan melihat tubuh Ayesha yang tampak bergetar. Hasan jelas tau jika suara isakan tangisan itu berasal dari Ayesha walaupun saat ini wanita itu tengah memunggunginya.
"Hei," panggil Hasan menyentuh lembut bahu kiri Ayesha yang terbuka.
Sesaat tubuh Ayesha menegang namun perlahan mengendur menjadi rileks kembali, dan suara tangisan Ayesha pun perlahan berkurang menjadi pelan tak sekencang tadi.
"Kau menyesal pada apa yang kita lakukan tadi?" tanya Hasan masih dengan nada lembutnya.
"Ini salah...." sahut Ayesha tanpa mau repot membalikkan badannya menghadap Hasan.
Dahi Hasan berkerut dalam mendengar kata salah yang Ayesha lontar
Kekhawatiran Ridwan semakin menjadi saat tak kunjung menemukan keberadaan sang putri tercinta. Ayesha, seminggu ini menghilang tanpa kabar. Setiap hari, bahkan setiap saat Ridwan selalu mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Ayesha. Namun sangat di sayangkan sekali nomor ponsel sang anak tidak bisa dihubungi.Kecemasan Ridwan tentu saja semakin bertambah, dan sampai sekarang nomor ponsel Ayesha tetap tidak bisa dihubungi.Entah bagaimana bisa seperti itu, entahlah! Yang pasti Ridwan sangat-sangat khawatir akan keadaan putrinya."Kamu dimana, nak...?" gumam Ridwan bertanya-tanya.Andai ia tahu keberadaan Ayesha, sekarang pun Ridwan rela dan siap menjemputnya meski tempat itu jauh sekalipun maka akan tetap Ridwan tempuh.Ayesha adalah kesayangannya, harta terindah dan anugerah yang telah di kirimkan tuhan untuknya. Meskipun sosok sang istri tak ada mendampinginya, Ridwan tetap bahagia hidup berdu
Ayesha terlihat bingung dengan perubahan sikap Hasan yang mendadak berubah menjadi pendiam dan lembut ketika berhadapan dengannya. Bahkan pria itu kini begitu perhatian padanya dan lebih sering tersenyum.Tentu hal itu membuat Ayesha curiga, apakah ada sesuatu hal dibalik perubahan sikap Hasan? Seperti saat ini, pria itu ikut turun tangan ke dapur untuk membantu Ayesha membuat sarapan. Meskipun benci tetap saja Ayesha tidak tega jika membiarkan pria keparat itu kelaparan, karena sesungguhnya Ayesha pun juga lapar."Kau kenapa?!" pertanyaan ketus itu Ayesha lontarkan saat sudah tak tahan dengan segala pola tingkah Hasan."Aku? Memangnya aku kenapa?" tunjuk Hasan pada dirinya sendiri."Berhentilah bersikap aneh seperti ini," terang Ayesha tak suka."Apa sih? Aneh apanya?""Perubahan sikap dan tingkahmu berubah, aku curiga jika ada sesuatu hal yang tengah kau rencanakan." tuding Ay
Hasan melirik ke sampingnya dimana sosok bidadari cantik masih tertidur damai dan lelapnya. Senyuman tersungging di kedua sudut bibirnya tatkala matanya terus memperhatikan sosok itu. Dan senyuman itu pun dalam sekejap luntur ketika tak sengaja tatapan jatuh ke sebuah benda mengkilau itu.Rahangnya mengetat menahan perasaan kesal dan amarah yang langsung menguasai dirinya. Ia tak suka juga benci akan fakta yang ada, tak memungkiri Hasan juga cemburu besar akan diri Ayesha yang sudah resmi bertunangan dengan Adnan si brengsek.Tinggal satu langkah lagi apabila pernikahan mereka terjadi maka Hasan harus siap menerima serta merelakan Ayesha dengan ikhlas untuk Adnan. Dan jika itu terjadi maka sama sekali tak ada peluang untuk Hasan untuk merebut Ayesha.Tidak, tidak! Pernikahan itu tidak boleh terjadi. Ayesha milikku, tidak ada yang boleh untuk menyentuh apalagi untuk memilikinya. ujar batin Hasan.
"Aku akan melepaskanmu untuk pria lain," kata Hasan di suatu pagi ketika mereka berdua tengah menikmati sarapannya.Dengan mata berkedip sebanyak dua kali Ayesha menatap tak percaya pada ucapan Hasan barusan. Ini sungguhan atau hanya godaan Hasan yang memang sengaja memancing reaksi Ayesha."Tapi, dengan satu syarat." sambung Hasan melanjutkan kalimatnya yang tadi sempat berhenti.Ayesha mendengkus, baru saja mulutnya terbuka ingin bertanya kenapa Hasan tiba-tiba berubah pikiran. Eh, taunya harus ada syarat maka barulah Hasan melepaskannya untuk pergi dan hidup bersama lelaki pilihannya."Aku akan melepaskanmu secara sukarela, asal bukan dengan Adnan Raswandi." tutur Hasan menjelaskan maksudnya tanpa harus Ayesha yang bertanya penasaran pada syaratnya.Ayesha mendelik mendengar syarat yang Hasan ajukan. "Kenapa begitu?!""Karena aku tidak menyukai Adnan, dia bukan pria yang baik
Hasan menatap kesal penuh kemurkaan melihat sosok tamu yang datang sepagi ini. Adnan Riswandi, pria itu akhirnya datang ke tempat dimana Ayesha diculik Hasan."Hei bro," sapa Adnan santai seraya membuka kacamata hitamnya. ""Boleh aku masuk?" tanya Adnan menyindir Adnan yang tak mempersilakannya untuk masuk ke dalam."Tidak, sebaiknya tetap diluar saja.""Kenapa?" tanya Adnan lagi seraya matanya menatap ke dalam rumah itu."Suka hatiku, sebab ini adalah rumahku. Terserahku ingin menyuruhmu duduk atau langsung mengusirmu.""Oh begitu ya?""Darimana kau tau alamat rumahku ini?"Adnan Riswandi tertawa, "sangat mudah bagiku bro. Dan aku rasa kau sudah mengerti dengan maksud tujuanku datang kesini?""Tidak!" sahut Hasan cepat."Really?""Jangan bertele-tele, jadi apa maksud tujuanmu kemari?!" lag
Ridwan memeluk erat tubuh putrinya dengan sayang, mengucap syukur pada sang kuasa atas kembalinya Ayesha ke rumah."Bapak sangat merindukanmu, nak." ungkap Ridwan dengan dadanya yang terasa plong.Segala kekhawatiran serta kerinduan terangkat sudah begitu melihat sosok sang putri tercinta. Ridwan menghujani kecupan penuh cinta dan sayang seorang bapak kepada anaknya."Ayesha juga merindukan Bapak," kata Ayesha tak kalah eratnya memeluk Ridwan.Sedangkan Adnan menatap jengah pemandangan di depannya saat ini. Jika saja bukan karena niat dan tujuannya yang ingin memiliki Ayesha untuk ia jadikan mainannya, tentu saja Adnan tidak akan sudi mengenal keluarga miskin itu. Sebisa mungkin Adnan harus bisa membuat keluarga itu terkesan padanya. Bersandiwara menjadi orang yang baik itu tidaklah terlalu sulit."Nak Adnan!" panggilan Ridwan mengalihkan p
Adnan tersenyum puas memandangi benda berkilau cantik yang baru saja ia belikan untuk sang calon istri."Pakai ini," pinta Adnan pada Ayesha yang terpelongo kaget."Apa ini?" tanya Ayesha keheranan."Cincin pertunangan kita yang baru." sahut Adnan tersenyum senang."Kenapa begitu?""Sebab cincinmu yang lama hilang kan?" Ayesha mengangguk."Untuk itulah aku beli lagi yang baru, bukan masalah besar jika satu cincin yang hilang. Toh, kita masih bisa membeli yang lainnya.""Ya ampun! Tapi, menurutku ini terlalu berlebihan, ini—""Tidak ada yang berlebihan jika menyangkut tentang kita berdua." sela Adnan memotong ucapan Ayesha."Lagian masalah ini cukup penting bagiku, bagaimana mungkin bisa aku membiarkan begitu saja cincin tuna
Suasana antara keduanya kembali terasa kaku dan juga canggung. Ayesha menguatkan dirinya untuk bisa mengatakan dengan jujur fakta yang sebenarnya tentang dirinya.Ayesha harus bisa memberitahukan semua rahasia penting yang menyangkut tentang dirinya, baik yang dulu maupun yang sekarang.Sedangkan Adnan sendiri sudah tak sabar menunggu pengakuan Ayesha secara berani."Adnan, a-aku...." ucapan Ayesha tersendat."Ya, kamu kenapa?" tanya Adnan tak sabar.Ayesha kembali di rundungi kegelisahan, tenyata mengumpulkan keberanian diri untuk mengatakan secara jujur itu tidaklah mudah.Semuanya terasa sangat sulit dan membutuhkan keberanian yang lebih ekstra lagi."Ayesha, kenapa diam?""Beri aku waktu," kata-kata spontan yang Ayesha berikan saat ia tak urung
Part bonus.Ayesha terlihat lelah dan kini memilih kembali berbaring di ranjang, siang ini sudah kali ketiganya ia mandi membersihkan diri dari lengketnya sisa-sisa percintaannya dengan Hasan.Suaminya itu seperti orang kesurupan yang gak pernah ada kata lelah menggempur dirinya. Hampir seminggu ini mereka terus 'melakukan itu' jika ada kesempatan. Tak mempedulikan dimana tempat Hasan terus menggodanya dan merengek meminta jatah.Pagi, siang, sore hampir selalu mereka isi dengan desahan dan erangan. Jadilah siang ini Ayesha merasakan tubuhnya lelah luar biasa, tulang dan sendinya seakan remuk tak bersisa."Hentikan, Mas. Aku sangat lelah!" lirih Ayesha berusaha mendorong tubuh Hasan yang sudah bertengger nyaman menindih tubuhnya.Hasan tertawa namun tetap tak ingin beranjak dari atas tubuh Ayesha. "Capek banget ya sayang?"Ayesha mengangguk, "bangetlah. Habisnya tenaga
Tepat setelah satu bulan pernikahan Davira dan Haikal, keluarga Wicaksana menyelenggarakan acara pernikahan Hasan dan Ayesha.Semua persiapan sudah dilakukan secaraepikdan mantap, yang tentu saja kemewahan tetap terasa kental dalam acara tersebut. Nando bersikeras ingin melakukan yang terbaik dan termewah untuk pernikahan putranya, semua ini sebagai hadiah dan juga kenang-kenangan terindah untuknya. Menyaksikan sendiri pernikahan sang anak dengan Ayesha yang memang sudah lama menjadi impiannya.Sejak Hasan lahir, Nando sudah mengklaim pada dirinya sendiri bahwa putranya kelak yang akan menjadi jodoh Ayesha. Doanya terkabul dan ia sangat senang sekali, apalagi perjalanan kisah cinta Hasan dan Ayesha tidaklah mudah. Terlalu banyak drama dan duka yang mengiringi perjalanan asmara mereka.Lamunan Nando buyar saat seseorang menepuk pelan pundaknya, ia menoleh dan menemukan sosok besannya yang hari ini terlihat
Ayesha terhenyak kaget begitu mendengar kata-kata yang meluncur mulus keluar dari mulut bapaknya. Menikah? Satu hal yang tak pernah Ayesha duga jika bapaknya menyuruh sekaligus memberikan izin untuk Hasan menikahinya?Sungguh? Hah, yang benar saja! Ayesha lagi tak sedang bermimpi 'kan?Dan bukan hanya Ayesha saja disini yang kaget. Tetapi, Nando dan Hasan pun gak kalah kagetnya. Dan jangan lupakan bagaimana ekspresi terkejut ayah dan anak itu."Ridwan, benarkah ucapanmu itu?" tanya Nando melangkah masuk ke dalam kamar itu. "Kamu tidak sedang bercanda ataupun mempermainkanku dan putraku 'kan?"Ridwan menggelengkan kepala mantap, "aku serius dengan ucapanku. Memangnya kenapa? Kok kalian seperti tidak percaya begini?" Ridwan menatap mereka dengan pandangan bingung, apakah ada yang salah dengan ucapannya barusan?Hasan bergerak cepat bang
Hasan berjalan mengendap-endap seperti maling saat hendak ke kamar yang sekarang ini di tempati Ayesha, kamar yang dulu sering di tempati Ayesha saat tinggal di kediaman keluarga Wicaksana.Selama seminggu lebih ini Ayesha dan Ridwan menginap di rumah keluarga Wicaksana, dan rencananya siang nanti kedua orang itu memutuskan untuk pulang.Klek.Satu keuntungan bagi Hasan atas kecerobohan Ayesha untuk yang satu ini, sebab Hasan sangat hafal dan tahu betul jika Ayesha jarang menutup pintu kamarnya saat tidur.Mendapatkan kesempatan emas seperti ini tentu saja Hasan tak menyia-nyiakannya, dengan langkah riang yang disertai senyuman kebahagiaan yang tampak terbit menghiasi wajahnya.Hasan menatap lekat wajah Ayesha yang tertidur damai dalam jarak sedekat ini, perlahan tangannya terulur menyentuh surai panjang nan hitam yang terasa sangat lembut itu.Ayesha menggeliat kecil m
Ridwan meradang mendengar pengakuan putrinya yang bercerita tentang penghianatan Adnan yang begitu teganya berselingkuh dengan wanita lain.Ia sungguh tak percaya jika Adnan ternyata juga seorang pria berengsek, yang sialnya selama ini tertutupi oleh sikapnya yang baik bak seperti malaikat pelindung untuk putrinya. Ridwan pikir itu murni sifat alamiah dari diri seorang Adnan, namun nyatanya hanya kepalsuan belaka.Ridwan benci, kesal, dan marah. Ya, tentu saja. Orangtua mana yang tak marah jika ternyata selama ini anaknya hanya di permainkan dan terus-menerus dibohongi."Sini," ucap Ridwan merentangkan kedua tangan kekarnya lebar-lebar sebagai kode untuk Ayesha agar memeluknya.Tentu saja Ayesha langsung menerima pelukan bapaknya yang terasa begitu hangat dan nyaman. Apalagi ditambah sebuah kecupan yang mampir di puncak kepalanya secara beruntun. Ayesha mendongakkan kepalanya menatap wajah Ridwan yang tersenyu
Ayesha meremas ke sepuluh jari rampingnya yang saat ini saling bertautan, beragam perasaan cemas dan panik berkecamuk dalam dirinya.Bagaimanapun usahanya yang sudah susah payah mencari berbagai alasan agar Hasan tak mengantarkannya sampai ke rumah nyatanya sia-sia. Rupanya pria itu lebih licik sehingga mampu membalas ucapan Ayesha secara telak.Dan, pada akhirnya Hasan telah sampai mengantarkan Ayesha tepat di depan rumah wanita itu.Hasan mengamati rumah baru Ayesha yang tampak lumayan mewah, tidak se-sederhana seperti rumahnya yang dulu."Bagus," ucap Hasan tiba-tiba, reflek Ayesha menoleh padanya dengan mata berkedip berulang kali. "Uhm, maksudku rumah barumu bagus. Dan juga cantik."Mendengar itu Ayesha menjadi malu, ia pikir pujian bagus dan cantik itu ditujukan untuknya namun nyatanya tidak. Hmm, sepertinya Ayesha terlalu berha
"Kenapa menatapku seperti itu?!" hardik Hasan merasa risih sekaligus kesal dengan tatapan Ayesha padanya."Tatapanmu seolah menunjukkan bahwa kau tengah melihat hantu saja." dengkus Hasan benar-benar tak suka dengan tatapan Ayesha.Mendengar itu Ayesha memalingkan wajahnya tak ingin melihat ke arah Hasan lagi. Pria itu terlalu cerewet dan berisik, telinga Ayesha terasa kebas dan panas mendengarnya."Hei, kenapa kau cuek? Aku sedang bicara padamu," Hasan menyentuh lengan Ayesha langsung segera menepisnya."Pergi!" sentak Ayesha mengusir Hasan."Tidak, aku tidak akan pergi meninggalkanmu disini sendirian." tolak Hasan menggelengkan kepalanya, "apalagi di jalanan sunyi seperti ini. Oh, tidak akan aku meninggalkanmu."Mungkin jika wanita lain yang mendengar ucapan manis Hasan in
Pagi ini Ayesha memutuskan untuk menemui Adnan di apartemen milik pria itu saja. Setahu Ayesha, Adnan jarang pulang ke rumahnya dan lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen sama seperti Hasan.Astaga! Ayesha mengumpat dalam hati, disaat seperti ini bisa-bisanya ia malah kepikiran si berengsek Hasan.Tidak, Ayesha harus bisa mengenyahkan Hasan dari pikirannya sejauh mungkin. Dan sekarang Ayesha harus fokus pada Adnan, pria itu mungkin saja memang sedang marah padanya.Ayesha sebenarnya juga merasa bersalah karena belakangan ini kurang perhatian pada Adnan, dan malah lebih mementingkan lamunan konyol yang selalu memikirkan pria berengsek itu. Sungguh bodoh! Tak seharusnya ia memikirkan pria lain disaat seorang pria yang berstatus tunangannya itu lebih penting dan lebih berarti setelah kedua orang tuanya.Ayesha tersenyum sumringah menatap bangunan unit apartemen, ia langsung segera masuk ke dalam li
Aahhh.Suara desahan saling bersahutan itu terdengar memenuhi seisi ruangan kamar bernuansa putih tersebut. Kamar milik seorang pria di sebuah apartemen mewah miliknya.Adnan tampak begitu bersemangat menghujamkan miliknya ke lembah sempit nan hangat milik wanita bayaran itu, atau yang biasa di panggil dengan sebutan jalang favorit Adnan.Ya, favorit karena Adnan selalu meminta jasa berupa tubuh dan tenaga wanita itu untuk memuaskannya. Dengan kata lain, wanita tersebut berhasil membuat Adnan kecanduan akan dirinya. Tidak, pada tubuhnya. Padahal Adnan adalah tipekal pria yang mudah bosan, sekali pakai buang alias tidak ada kata yang kedua, ketiga, dan seterusnya.Tapi, dengan Maya? Lihatlah! Adnan seperti tak pernah puas akan tubuh montok itu. Tubuh yang saat ini tengah di gagahinya dengan sangat buas, panas dan liar."Oh, fu*k!" Adnan mengumpat dengan keras, persetubuhan mereka memang se