Home / Romansa / Penantian seorang istri / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Penantian seorang istri: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

11.

"M-mau yang rasa apa, Mas?" tanyaku gugup dan terbata.Sungguh, aku masih merasa tidak percaya kalau mas Tala memintaku untuk membuatkannya mie kuah instan juga."Sama kayak kamu aja.""Yang ini?" aku menunjukkan bungkus mie instan rasa kari pada mas Tala."Yang itu rasa apa?" mas Tala menunjuk bungkus mie instan yang satu lagi."Soto.""Kamu suka yang rasa apa?""Hah? Aku?" Mas Tala mengangguk."Keduanya aku suka Mas," sahutku jujur."Ya sudah, buat saja keduanya. Kebetulan aku juga suka semua rasa mie instan." kata mas Tala yang kemudian beranjak melangkah ke meja makan."Aku nunggu disini ya," mas Tala menarik salah satu kursi meja makan dan duduk disana sembari menatapku.Aku langsung memalingkan wajah dan mulai fokus memasak dua bungkus mie instan dengan rasa berbeda ini. Walaupun sejujurnya aku
Read more

12.

"Loh, Mas mau kemana?" tanyaku terhenyak kaget saat keluar kamar dan menemukan mas Tala yang sepertinya juga baru keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi."Pergi." sahut mas Tala singkat dan terkesan datar.Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat tak berani bertanya lagi, dan mas Tala berlalu pergi begitu saja tanpa mempedulikanku.Aku meringis melihat perubahan sikap mas Tala yang kembali dingin, ia tak penasaran dan tak bertanya kemana aku akan pergi? Jangankan itu, mas Tala bahkan tak melihat penampilanku saat ini yang berbeda dari sebelumnya.Apa aku tidak terlihat menarik dimatanya? pikirku bertanya-tanya.Aku jadi tidak berminat untuk pergi dan ingin mengurungkan saja niat itu, tetapi lagi-lagi gagal karena Lista yang terus mengirimkan pesan memaksa diriku untuk datang.Aku menghela nafas kasar dan mengirimkan pesan pada Lista. Sebenarnya ada hal menarik apa si
Read more

13.

Lista menyarankanku untuk bersikap biasa saja seolah aku tidak pernah melihat kehadiran mas Tala yang sedang bermesraan dengan Sally di tempat ini.Ya, Lista kembali menyeretku masuk ke dalam club malam tersebut dan langsung mengajakku berdansa di lantai dansa.Aku yang sama sekali tidak terbiasa bahkan nyaris tidak pernah seperti ini tentu saja merasa kikuk seperti orang tolol. Lista berulang kali mengedipkan sebelah matanya padaku sebagai kode agar aku merasa rileks.Aku menghembuskan nafas panjang sebelum mencoba memulai seperti apa yang Lista pinta. Berusaha mencoba sesantai mungkin. Namun alih-alih seperti itu aku justru malah terkesan terpaksa. Ini bukan seperti diriku."Rileks, Lana," bisik Lista lagi entah sudah yang ke berapa kalinya.Aku mengangguk patuh, perlahan-lahan ku coba menggoyangkan tubuhku berdansa mengikuti irama yang dimainkan oleh DJ. Akhirnya lama-kelamaan aku mulai terb
Read more

14.

Sesuai keinginan pria ini dan Lista, akhirnya aku pun menghabiskan satu gelas minuman laknat ini. Hah, sepertinya aku termakan omongan sendiri yang tidak ingin menyentuh sampai kapanpun minuman semacam ini. Tapi nyatanya, aku telah meminumnya dalam ukuran yang lumayan."Sudah, aku tidak ingin minum lagi." tolakku saat pria itu kembali menuangkan wine ke dalam gelasku."Menyerah?" tanyanya dengan wajah mencemohku.Sialan!"Hei, kamu ini sebenarnya berniat ingin membuatku mabuk atau bagaimana sih?"Ku lihat pria itu tertawa kecil, "kalau mau mabuk ya silakan saja. Tidak ada juga yang melarangmu," katanya begitu enteng."No!" aku menggeleng kuat."Ya sudah," pria itu meraih gelas milikku yang sudah terisi penuh wine. Lalu dalam sekali teguk ia menghabiskan wine itu.Ia tersenyum bangga seraya menunjukkan gelas kosong bekas wine tadi. Dan kembali menu
Read more

15.

Aku berdiri di depan pintu kamar mas Tala dengan senyuman mengembang yang tak ingin surut menghiasi wajahku. Dadaku berdebar kencang tatkala ingin melihat mas Tala dan mengatakan sesuatu padanya.Hufffh! Ku tarik nafas dalam-dalam dan ku hembuskan secara perlahan. Berpikir ulang pada niatku, ketuk atau tidak ya? batinku bimbang dan ragu-ragu.Perlahan sebelah tanganku terangkat dan mengetuk cukup kuat daun pintu kamarnya. Berulang kali sampai mas Tala mau dan sudi membukanya.Cklek...."Mas," sapaku riang."Ada apa?" tanya mas Tala berkerut alis."Itu Mas....""Itu apa?""Anu Mas....""Apa sih?" tanya mas Tala kembali dengan nada berdecak kesal.Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat, lidahku terasa keluh ingin bicara. Hufffh, entah kemana perginya keberanian dalam diriku tadi. "Hei," mas Tala men
Read more

16.

Pagi-pagi aku dibuat kaget kembali dengan perubahan sikap mas Tala, bagaimana tidak? Hari ini ia bertingkah sangat aneh menurutku.Aneh? Ya, aneh.Beberapa pekerjaan rumah yang selalu ia larang kini malah ia menyuruhku untuk melakukannya. Seperti mencuci pakaian kotor miliknya, memasak bahkan sampai menyiapkan setelan pakaian kerjanya.Aku syok setengah mati, tentu saja. Dalam benakku bertanya-tanya, apakah ini hanya sebuah jebakan dari mas Tala atau memang sungguh keinginan dari dirinya sendiri."Mas, kamu yakin nyuruh aku?" tanyaku memastikan apa yang mas Tala pinta."Iya, memang kenapa? Kamu gak mau ngelakuinnya?""B-bukan begitu, Mas. Hanya saja agak aneh, maksudku sedikit aneh.""Aneh?" sebelah alis mas Tala terangkat, "aneh apanya?""Ya sikap Mas. Tak biasanya Mas Tala begini, biasanya 'kan Mas Tala marah bahkan melarang keras aku—"
Read more

17.

Aku tidak bisa menyembunyikan rona merah serta raut wajah bahagia di depan Lista, sehingga sahabatku ini begitu mudah menebak dan langsung tahu suasana hatiku saat ini."Lis, rencanamu berhasil." ucapku tersenyum sumringah."Tala cemburu?""Uhm, sepertinya.""Kamu yakin, Lan?" aku mengangguk semangat."Aduh, coba ceritakan padaku. Aku kepo," pinta Lista tak sabaran.Aku terkikik geli melihat tingkah sahabatku ini yang kelewat kepo. Lista akan terus menagih cerita padaku untuk menuntaskan rasa penasarannya."Lan, ayo dong cerita. Jangan diam aja!""Iya, ini aku juga mau cerita kok."Akhirnya aku menceritakan semuanya pada Lista, mengenai mas Tala yang cemburu karena aku begitu mesra dengan Javis di club malam saat itu. Aku juga bilang pada Lista bahwa mas Tala telah salah paham mengira jika aku dan Javis adalah sepasang kekasih.
Read more

18.

Atala pov.Bip... Bip...Aku melirik ponselku yang berbunyi, satu notifikasi pesan dari orang yang sama. Huh, dia lagi! dengkusku merasa tak suka."Siapa Mas?" tanya Lana tiba-tiba menganggetkanku. Ya ampun, bahkan aku hampir lupa jika aku sedang tak sendirian saat ini.Ya, aku dan Lana tengah menikmati makan malam sembari di iringi dengan obrolan kecil."Seseorang," sahutku singkat.Lana tak bertanya lagi dan kini kembali fokus menikmati makanannya. Aku tersenyum senang melihatnya yang tampak lahap makan. Sialnya ketenanganku harus sedikit terusik karena Lista, kembali mengirimku pesan yang berisi foto serta video Sally dengan pria yang berbeda-beda.Aku menggeram kesal dan muak dengan tingkah sahabat Lana ini yang terus-terusan seakan tengah berusaha menghasutku untuk membenci Sally.Hah, dasar bodoh!Ap
Read more

19.

"Itu tidak mungkin, Lis!" sanggahku tak percaya pada apa yang Lista katakan barusan. "Aku bicara yang sejujurnya Lana, sungguh." sahut Lista tak mau kalah.Aku menatapnya lekat, mencari kesungguhan dari kata-katanya tadi. Karena sebenarnya aku juga tidak yakin jika Lista berbohong, sahabatku ini meskipun bar-bar tetapi tidak suka berbohong."Tapi, bagaimana mungkin Mas Tala...." lirihku masih tidak percaya bahwa perubahan sikap mas Tala beberapa hari ini hanyalah pura-pura.Lista sudah menceritakan semuanya padaku, tentang dirinya yang datang ke kantor mas Tala dan berakhir bertengkar hebat dengannya. Bahkan parahnya, Lista mengatakan bahwa mas Tala lebih mempercayai Sally dan malah menuduh kami berdua bersekongkol merencanakan rencana busuk untuk menjatuhkan kekasihnya. Sally.Sungguh pemikiran yang sangat dangkal sekali. Bagaimana mungkin mas Tala bisa berpikiran seperti itu? Bukankah s
Read more

20.

Aku tersenyum sumringah menatap rintik hujan yang masih setia membasahi bumi sejak pagi tadi sampai sekarang. Sepasang kakiku gatal sedari tadi ingin melangkah keluar dan menikmati hujan. Tapi pergerakanku keburu ketahuan Lista yang mengomel dengan suara nyaring melarangku.Hufffh, sahabatku itu sangat tahu betul jika aku ingin mandi hujan. Menyebalkan!"Apa?!" tanyaku menatapnya galak."Ck!" Lista berdecak kesal seraya berkacak pinggang, "ada apa dengan wajahmu itu?" tanyanya yang tak lama terkikik geli."Kau menyebalkan!" keluhku dengan masih memasang wajah cemberut."Dan kau lebih menyebalkan!" balas Lista tak mau kalah, "susah diatur sekali. Ck, dasar egois! Bagaimana jika kau sakit karena ku biarkan mandi hujan, hmm?"Aku mengendikkan kedua bahu, "biarkan saja. Tidak usah pedulikan aku sama seperti yang lainnya.""Apa kamu pikir aku sama seperti dia?"
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status