Home / Romansa / Rahim Penebus Dosa / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Rahim Penebus Dosa: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

JANGAN-JANGAN....

Sepanjang perjalanan, entah sudah berapa kali supirku mendapat telepon dari Jevin. Ah, atau mungkin Vivian. Bahkan ada juga telepon dari rekan sesama supir di rumah. Mungkin Jevin yang memerintahkan semua supirnya untuk mencari keberadaan supirku.Ah, aku tidak peduli dengan Jevin. Dia tidak mungkin mengamuk hanya gara-gara aku tidak ke rumah sakit dan pergi tanpa izin, ‘kan?Sesampainya di Perpusda, aku mengambil beberapa buku fiksi agar terkesan seperti mayoritas pengunjung, padahal aku hanya ingin mendinginkan otak yang panas dan menenangkan hati yang gondok. Aku duduk di pojokan, tepatnya di meja panjang yang berada di bagian tengah. Aku membaringkan kepalaku di meja, tepatnya di atas tumpukan buku. Menghadapkan wajah ke dinding tembok. Juga memasang earphone wireless untuk mendengarkan musik. Kusetel lagu Geboy Mujaer milik Ayu Ting-Ting. Ini adalah lagu yang sering disetel Armand saat stress.'Digeboy-geboy mujaer, nang-ning-nong, nang-ning-nong, pat
last updateLast Updated : 2021-06-10
Read more

RAJ, PRIYA, MADHU

“Jadi ngomong enggak, sih? Kok, pada diam?” Duduk di pinggir ranjangku, Vivian tampak bingung dan menggaruk kepala. Sementara itu, Jevin yang berdiri bersandar di lemari dengan kedua tangan terlipat di bawah dada juga tidak berkata apa-apa. Aku sudah tidak heran jika Jevin yang diam, tapi Vivian? Bukankah dia ke sini untuk memberitahuku sesuatu yang sulit dijelaskan Jevin sendirian? Lantas, kenapa dia ikut-ikutan diam? “Ini kalau enggak ada yang ngomong bakal kutinggal tidur, nih!” 'Emmmm, ancaman lo kayaknya enggak ekstrem, deh, Na. Masa ditinggal tidur doang? Ya, mana ngaruh? Coba kalau membunuh? Siapa tau ampuh.' Aku menggaruk rahang yang mendadak gatal. Sepertinya tidak ada gunanya mengancam kedua orang ini. Lihatlah! Keduanya masih bergeming. Bahkan tidak ada satu pun yang menatapku. Entah tidak berani atau belum siap. 'Kayaknya musti gue, deh, yang mengorek informasi.' “Kalian pernah pacaran, ya?” tanyaku seraya menatap k
last updateLast Updated : 2021-06-10
Read more

SIAP MENGGANTIKAN

Sekarang Jevin dan Vivian telah bertukar tempat. Jevin duduk di pinggir ranjang dalam posisi menghadapku, sementara Vivian berdiri di samping nakas. Dia tidak bergerak jauh dari kami.Jujur, saat ini hatiku ditikam oleh rasa sakit. Aku seorang istri dan calon mama. Saat pertama kali melihat hasil test pack, aku sudah berfantasi menimang dan menyusui anak. Aku bukan jenis perempuan yang tidak menyukai anak kecil. Pertumbuhan janin di rahimku begitu kutunggu-tunggu. So, wajar rasanya kalau pada detik ini aku merasa sakit hati mengetahui suamiku berpikir untuk menyerahkan anak kami kepada perempuan lain. Terlebih aku juga belum mengetahui apa alasan Jevin melakukan hal ini.“Jangan bilang kalau sejak awal alasan kamu menikahiku juga untuk ini, membantu Mbak Vivian?” tanyaku lagi, masih berharap bahwa setidaknya Jevin akan menggelengkan kepala meskipun tidak berkata ‘enggak’.“Sorry.”Satu kata itu seperti mantra sihir yang
last updateLast Updated : 2021-06-10
Read more

SOLUSI

Makan berdua, tapi rasanya seperti sendirian. Gara-gara pengakuan Armand yang mengejutkan, semua kosakata dalam otakku raib entah ke mana. Aku juga tidak tahu bagaimana harus bersikap. Daripada salah bertindak dan menyakiti perasaannya, diam adalah solusi terbaik sepanjang masa.Selesai menghabiskan dua burger, satu porsi kentang goreng, serta satu paket nasi dan ayam kentaki, aku benar-benar kekenyangan. Sepertinya Armand juga sama. Dia bersendawa nyaring sambil mengelus perutnya yang begah.Aku membereskan bekas kemasan makanan, sementara Armand pergi ke toilet. Kepergiannya membuatku menghela napas lega. Bukan apa-apa. Sepanjang acara makan, aku rasanya begitu sulit bernapas, khawatir jika adegan-adegan khilaf yang sering dikisahkan dalam novel terjadi dalam kisahku. Maksudku, aku takut Arman menciumku dan aku keenakan hingga kami terjerumus dalam perselingkuhan. Aku ke sini hanya untuk menghilangkan rasa sedihku, bukan menambah permasalahan baru dengan pria yang su
last updateLast Updated : 2021-06-10
Read more

JALAN BUNTU

Aku membuka mata dalam keadaan disorientasi waktu dan tempat. Aku sempat lupa di mana tempatku berada saat ini sampai kemudian bau balsem yang terendus hidungku membuatku teringat dengan Armand.Aku tidak sadar, sejak kapan mulai tertidur. Aku hanya tahu, ketika membuka mata, semua badanku justru terasa semakin pegal dari sebelumnya. Suasana kamar juga tampak temaram. Hanya sedikit cahaya kuning yang masuk melalui kaca jendela yang belum tertutup tirai.Kutengok jam bulat yang menempel tinggi di tembok seberang kasur. Ternyata sudah jam enam.'Udah sore ternyata. Berarti gue lama banget tidurnya.'Aku bangun dalam keadaan kepala yang pening. Sebenarnya aku ingin kembali berbaring. Namun, mengingat Armand terpaksa mengungsi ke kamar tetangga demi memberikanku tempat yang nyaman untuk tidur, aku jadi merasa tidak memiliki waktu untuk hanya sekadar menunggu peningku reda.Aku turun dari kasur, menyalakan lampu, dan menutup tirai. Aku juga merapikan ka
last updateLast Updated : 2021-06-10
Read more

PERGI KE SYUKURAN PALSU

“Mas aku enggak mau pergi,” rengekku sambil mengguncang lengan Jevin yang sudah terlihat tampan dan rapi dengan setelan jas formal. Aku sendiri sudah mengenakan dress longgar warna hitam. Aku berubah pikiran di detik-detik terakhir menjelang kepergian kami ke pesta syukuran kehamilan—palsu—Vivian.Kemarin malam, Jevin mendapat telepon dari Dewa--suaminya Vivian. Dia mengundang kami ke pestanya. Jevin yang ketika itu menyalakan loadspeaker membuatku yang berbaring di sampingnya ikut mendengar semua yang dikatakan Dewa. Lelaki itu kedengarannya sangat senang dan excited dengan kabar kehamilan-palsu-sang istri. Dia sampai mencurhatkan momen bahagia yang dia rasakan ketika Vivian memperlihatkan test pack positif. Entah dari mana Vivian mendapatkan test pack palsu itu.“Mas,” rengekku lagi. Kali ini sambil menghentak kaki. “Aku pengin rebahan aja di kamar. Mas aja, ya, yang pergi.” Aku kembali membujuknya agar tidak membawaku
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

SYUKURAN PALSU

Selesai merapikan diri, kami keluar mobil berbarengan. Syukurlah supir tidak sok mengide membukakan pintu sejak mobil berhenti. Kalau tidak, aku dan Jevin mungkin sama-sama kelabakan saat menaikkan underwear. Supir yang pengertian itu ternyata sabar menunggu di depan pintuku.Sesampainya di ballroom hotel yang didekorasi dengan mewah, aku kembali manyun saat Vivian dan Dewa menyambut kedatangan kami.“Kirain enggak datang, habisnya ditungguin dari tadi enggak nongol-nongol,” kata Vivian seraya menarikku untuk cipika-cipiki.Aku tidak menjawab. Bahkan tersenyum pun malas. Ya, walaupun aku menyetujui memberikan anakku padanya, tetap saja aku tidak menyukai tindakannya yang membohongi suami, mertua, dan seluruh keluarga besarnya.Menurutku, dia akan mendapat masalah besar jika kebohongannya terbongkar. Permasalahan itu juga bisa menyeretku dan Jevin. Hal itulah yang membuatku tidak bisa tersenyum palsu lagi kepada Vivian. Aku muak melihatnya.
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

NEW ZEALAND

“Mas! Mas Jevin! Maaaaaas!”Aku meringis sebal karena panggilanku tak ditanggapi, padahal lelaki itu tidak sibuk. Dia justru sedang menonton berita politik yang menyebalkan.“Mas, kalau istri manggil itu nyahut, dong! Aku, ‘kan, butuh perhatian,” protesku yang pada akhirnya ditanggapi dengan lirikan datar. Itu pun singkat saja. Setelah itu, dia kembali menatap layar datar di depan sana.Aku menghela napas, lalu menopang pipi sambil memasang muka cemberut. Aku menyerah. Mengajak Jevin bicara di saat dia tidak mau hanya akan membuang waktuku. Mending aku mengisi kekosongan waktu dengan mengkhayal makan durian atau minum air kelapa sambil memandangi gulungan ombak di laut.Aku beranjak dari sofa. Niatnya, sih, ingin mengambil HP yang tertinggal di kamar, lalu kembali lagi. Namun, langkahku tercekal gara-gara tangan yang mencengkeram pergelanganku. Tentu saja tangan itu milik Jevin.“Kalau mau bicara atau minta sesua
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

BATAL

“Tck! Kok, kepala gue pusing banget, sih?” dumalku sambil memijat dahi. Aku sedang berdiri di depan wastafel kamar mandi. Salah satu tanganku berpegangan di putaran keran karena sebelumnya tubuhku sempat merasa oleng.Sebelumnya, setelah sarapan bubur ayam buatan Bi Rahmah, aku memuntahkan semua isi perutku. Biasalah, morning sick.Setelah merasa lebih baik, rencananya aku ingin meninggalkan kamar mandi. Nyatanya hingga detik ini aku masih terkurung dalam kamar mandi yang terkunci karena tubuhku merasa terombang-ambing seperti terbawa arus ombak ketika berada dalam kapal.Ini memang bukan yang pertama kali. Mual, muntah, dan pusing adalah makanan sehari-hariku sejak hamil. Namun, kali ini rasa pusingku lebih parah dari sebelumnya. Aku bahkan merasa gemetaran. Debaran jantungku pun lebih cepat dari keadaan normal.“Duduk dulu, deh,” putusku sambil berpindah perlahan ke bawah wastafel. Aku duduk dengan kaki berselonjor, mata terpejam
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

RAPEL, RESCHEDULE, LIBUR

HB rendah. Itulah satu-satunya alasan pihak rumah sakit menyarankanku di-opname. Alasan itu jugalah yang katanya membuatku mengalami pusing parah.Sebenarnya jika tidak ada alasan itu pun Jevin akan tetap menginapkanku di rumah sakit ini. Dia pasti malas merawatku sendirian. Setidaknya kalau di sini, ‘kan, ada suster-suster cantik yang stand by merawatku.Oh, ya. Soal bercak kecokelatan di celana dalamku, kata dokter itu bukanlah masalah besar. Janinku baik-baik saja. Aku hanya perlu beristirahat dan menerima beberapa suntikan untuk menaikkan HB-ku.“Mas, kamu enggak ngomong sama Mama-Papaku, ‘kan?” tanyaku ketika Jevin masuk kamar inap sambil memainkan HP. Barusan dia keluar untuk menjawab telepon. Entah dari siapa.Jevin menggeleng. “Mau saya kasih tau?”“Kalau kamu mau aku ketahuan hamil sih, it’s okay,” tantangku sambil menggedikkan bahu.Kupikir Jevin tidak memberikan balas
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status