Home / Romansa / Hello, My Second Husband / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Hello, My Second Husband: Chapter 21 - Chapter 30

57 Chapters

Rasain Kamu, Bagas!

Kedatangan keluarga Bagas tentu saja tetap disambut keluarga Sinar dengan hangat. Meskipun sampai sekarang Sinar belum mengatakan sepatah kata pun. "Jadi intinya anak saya sudah bertekad bulat untuk menceraikan anak anda, Pak Wira," tutur Mahesa. Jelas sekali guratan wajah yang tercetak dari wajahnya.  Sejak tadi Aurora dan Aksara ditahan di taman belakang, tapi tentu saja Aurora memberontak dan teramat ingin bertemu dengan ayahnya. Isak tangis membuat Bagas terenyuh, ia pun sama rindunya dengan si kembar. "Ayah di sini, sayang. Aurora mau minta digendong?" Bagas mendekat ke pintu menuju taman belakang. Semua orang fokus kepadanya dan Aurora. Beda lagi dengan Aksara yang diam seribu kata. Pikirannya sudah dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan pada ayahnya. Ia pun baru mendengar kata cerai dan tak tahu apa maknanya. Suasana mendadak jadi lebih sunyi melihat sepasang ayah dan anak yang melepas rindu. Ja
Read more

Dapat Golden Ticket Dari Aksara

"Om Arya! Ajarin main Subway Surfers!"Deg! Batin Bagas seakan tertusuk sampai ke palung hati. Baru kali ini Aksara tak menggubris panggilannya. Sudah sampai mana kedekatan si kembar dengan Arya? Apakah pria itu punya niat terselubung selain menjadi pengacaranya Sinar? Dengan hati-hati, Arya pun memilih memangku Aksara dan menjelaskan game yang sudah lama tak ia mainkan. "Ara, dipanggil sama ayah kamu Nak,".ucap Laras. Sebagai nenek, ia pun merasa heran dengan kedekatan antara cucu dan si pengacara menantunya. Aksara menoleh sebentar, salim tangan dan tak berbicara apa pun. Bahkan Sinar juga ikutan heran dibuatnya.  "Apakah begini caramu mendidik anak, Sinar? Cucu saya kenapa gak mau dekat-dekat sama ayahnya?" sebagai ibu, Laras sentimental dengan sikap songong Sinar. "Ma-maksudnya cara yang bagaimana, Bu? Aksara hanya ingin belajar main game ponsel, Bu."Tatapan tak suka tersirat dari mata Laras. Ia
Read more

Sinar Mentari Selalu Bersinar

Keputusan bulat Sinar menjadi pertanyaan besar bagi keluarganya. Mereka masih menanyakan akan ke mana Sinar nanti setelah bercerai?"Untuk hal itu belum aku pikirkan, Pa. Aku pasti memilih yang terbaik, asal anak-anakku hidup nyaman. Soal pekerjaan aku akan cari solusinya."Mencari pekerjaan di masa pelik seperti ini memang tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Sebagai penata busana artis di agensi Victoria, Sinar sangat menyayangkan kalau harus keluar dari perusahaan besar itu. "Tapi di luar keputusanmu, si kembar pun perlu adaptasi dengan lingkungan baru. Di masa-masa perkembangan mereka, rasa nyaman adalah yang terpenting, Sinar," sela Gebby. Diskusi kali ini begitu berat. Membiayai hidup si kembar memang tak sulit baginya, masalahnya adalah apakah Sinar sanggup hidup bertiga tanpa adanya sayap pelindung?"Mungkin kalau soal itu aku bakalan mencari jasa baby sitter, soalnya di Jakarta si kembar tak menyukai panasnya cuaca di sini.
Read more

Kapan Sinar Combeback Ke Bandung?

Memiliki anak secerdas Aksara dan sekepo Aurora adalah tantangan tersendiri bagi Sinar. Pasalnya, setelah kepulangan sang ayah mereka yang tanpa alasan membuat Aurora menuding bahwa Aksara lah yang melakukan kesalahan, penyebab perginya sang ayah. "Bunda, maksudnya aku mau punya bunda baru lagi apa?" Aurora tak berkedip beberapa detik menatap penuh pada Sinar. Sebagai seorang ibu yang ingin membangun mental untuk kedua anaknya, tentu Sinar tak ingin mereka terbebani hal itu sampai dewasa nanti. "Sayang, kak Aksa hanya bercanda. Dia hanya menggodamu, sekarang tidur ya?"Tapi bukan Aurora namanya kalau tak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia akan mengulik apa makna kata memiliki bunda baru. "Mau ke mana?" tanya Aksara. Ia terbangun dan mengikuti ke mana adiknya pergi. "Tanya sama kak Langit, bunda pelit ilmu sama Rora. Kakak juga! Nyebelin!" Aurora menjulurkan lidahnya dan langsung keluar. "Hufft, susu
Read more

Sariti Gak Ada Akhlaq

Setelah liburan si kembar usai dan cutinya dari kerja hampir mepet, Sinar memilih kembali ke Bandung. Ia sudah menyewa sebuah rumah dekat dengan sekolah si kembar dan bahkan menyewa baby sitter. "Bun, rumah kita kenapa? Kok pulangnya ke sini? Gak ada kolam renangnya!" rengek Aurora. Gadis kecil itu memang menyukai kolam renang dan sangat ingin menikmati fasilitas yang ada di rumahnya dulu. "Kamu itu loadingnya lama ya? Aku kan udah bilang, ayah sama bunda tuh berantem makannya gak serumah lagi," bela Aksara. "Aksara, jangan berantem dengan adikmu. Aurora, jangan marah terus dong!"Pusing memang menghadapi si kembar yang selalu saja bertengkar sejak pisah rumah dengan Bagas. Untuk Aksara sendiri, bocah laki-laki itu sangat mengerti apa yang terjadi. Tapi si kembar yang satunya hanya menuntut ke mana perginya sang ayah. "Sampai kapan pun aku gak mau serumah sama orang yang suka bohong, Bun!" rajuk Aksara. Ia
Read more

Resmi Bercerai

Takdir memang tak bisa diterka, Sinar baru saja resmi bercerai dengan Bagas beberapa jam yang lalu setelah hakim ketok palu. Galau? Banget! Tapi harus strong dong!Pikirannya gak muluk-muluk kalau ditanya sakit hati atau enggak. Di usianya yang masih 26 tahun, Sinar resmi menyandang status janda dengan dua anak. "Aku mesti ucapin selamat atau berduka cita nih," ledek Arya. Ia memang selalu hadir dalam persidangan karena menjadi pengacara Sinar. "Haha, kedua-duanya juga boleh. By the way, Gebby bawa si kembar makan di mana? Nama restorannya unik banget," Sinar membaca sekali lagi pesan yang ia terima dari temannya dan memberikan ponselnya persis di depan wajah Arya. "Oh, ini restoran ala-ala kids jaman now gitu deh! Mungkin efek jatuh cinta memang bisa sedramatis itu. Aku yakin si kembar betah di sana," Arya sudah memencet tombol remote mobilnya dan mengajak Sinar keluar dari kantor pengadilan negri. Tapi langkah Sinar tertahan. A
Read more

Arya Punya Saingan

Sejak mendengar pertanyaan dari Aksara mengenai ayah baru, Arya mendadak jadi kaku mirip batu. Ia mati kutu menghadapi bocah kecil itu yang memang suka ceplas-ceplos."Udah sampai," ucap Arya begitu mobilnya berhenti tepat di depan rumah Sinar. Paling membahagiakan baginya setelah wanita itu bercerai adalah jarak antara rumahnya dengan rumah Sinar tak sejauh rumah Sinar yang dulu saat masih berstatus istri sah Bagas. Kencengin pdkt-nya nih, jangan kasih kendor!"Mau mampir?" Sinar menengok ke kursi belakang. Ah, anak-anaknya pasti terlalu kenyang sampai ketiduran. "Sepertinya harus mampir, kamu gak mungkin gendong mereka sama-sama kan?"Tanpa izin, Arya sudah keluar dari kursi depan dan membuka kursi belakang, menarik tubuh Aksara dengan hati-hati dalam gendongannya. Yang paling menggelitik bagi Sinar adalah melihat anaknya berada dalam pelukan Arya. Sudah berapa lama Aksara tak merasakan dekapan ayahnya?Memang, kadang-kad
Read more

Kapan Jadi Milikku?

"Bunda!" seru Aurora ketika melihat wanita yang berjalan keluar dari mobil menelantangkan kedua tangannya ke arah Aurora. Sinar baru saja sampai di sekolah dasar Cahaya Kasih. Si kembar memang sudah besar, Sinar teramat senang dengan perkembangan anak-anaknya. "Tadi di sekolah disuruh apa sama bu guru?" begitu memeluk Aurora, Sinar merasa bebannya sedikit terangkat. Menjadi single parent memang membuatnya lebih getol dalam mencari pundi-pundi rupiah. "Kenalan aja sama teman-teman, tapi kak Aksa cuma kenalin nama doang. Padahal kan disuruh nyebutin nama orang tua," memang sih, Aurora tahu apa perbuatan Bagas terhadap bunda tapi gadis kecil itu masih berharap kedua orang tuanya bisa baikan. Sinar sendiri tahu, kebencian Aksara makin menjadi-jadi. Apalagi bocah laki-laki itu tahu kalau Bagas akan menikah lagi. Siapa lagi kalau bukan dengan Sariti?Miris sekali bukan? Padahal mereka belum ada sebulan bercerai, tapi mungkin itulah tak
Read more

Merelakan Bagas Untuk Selamanya

Setelah menutup panggilan telepon, Sinar kembali duduk di samping Arya. Sudah lama sekali ia tak curhat dengan pria itu, menceritakan tentang kehidupannya setelah bercerai, tentang si kembar yang makin banyak maunya juga tentang apa saja yang terjadi padanya belakangan ini."Hah, awalnya berat banget hidup hanya bertiga. Awalnya sih kupikir mudah, karena dari dulu aku gak pernah bergantung sama Bagas. Tapi ternyata peran suami sangat penting di setiap keluarga," tutur Sinar. Arya mulai curiga. Kenapa wanita itu seakan ingin menikah lagi? Apakah Sinar sudah sembuh dari patah hatinya?"Apa susahnya memang? Ini kamu ngomong kayak gitu seakan mau nikah lagi deh," hela napas Arya menjadi pertanda bahwa pria itu khawatir Sinar dekat dengan orang lain, bukan hanya dirinya saja. Ah, sejak kapan coba Arya dekat dengan Sinar? Ia masih abu-abu soal apa saja yang menyangkut tentang wanita itu. "Ya pasti aku akan menikah lah, Ar. Aku masih nor
Read more

Hadiah Perpisahan

Setelah menimang-nimang pilihannya mengenai si kembar, akhirnya Sinar berlapang dada untuk memberikan keringanan pada Bagas. Ia memperbolehkan mantan suaminya itu merawat si kembar seminggu ke depan.  "Nanti kalau ayah bentak-bentak aku gimana, Bun? Kan kita udah gak mau ngomong lagi sama ayah," resah Aurora. Sinar menggeleng, mengatakan tak akan ada hal buruk terjadi pada si kembar. Untuk masalah pernikahan, Bagas memang sudah sangat menyakitinya. Tapi ia yakin pria itu akan menyayangi darah dagingnya sendiri.  "Ada Kakak yang jagain kamu, Rora. Lagian kan sekarang aku udah pinter berantem," bangga Aksara. "Memangnya belajar dari siapa sih? Sombong banget!" Aurora sudah bisa mengaksenkan huruf R dengan sempurna. "Dari om Arya lah, calon ayah baru kita!" Mendengar ungkapan konyol Aksara, Sinar hanya geleng-geleng kepala. Ia tak habis pikir kenapa anaknya begitu menyukai Arya Sagara. Tapi memang sih, pria i
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status