Pagi hari, ketika Dzi dan Tuan Dzulfikar baru saja menyelesaikan olah raga paginya di taman belakang, setelah melakukan pertandingan tiga set memanah, Dzi dan Tuan Dzulfikar melepas lelahnya di gazebo di sudut halaman.“Kemampuanmu boleh juga, Dzi. Ayah kira setelah absen dua tahun kamu sudah kehilangan kemampuan memanahmu. Ah, ternyata Ayah keliru. Kau masih bisa mengalahkan Ayah yang setiap hari berlatih ini.”Dzi tersenyum. ia membungkuk, melepaskan sepatu ketsnya dan membersihkan pasir yang menempel di sepatunya. Sejak masih di sekolah dasar ia selalu unggul dalam memanah. Bidikannya jitu dan selalu tepat di posisi fokus angka sempurna. Hanya beberapa bidikan yang menyasar di angka sembilan atau delapan.“Jangan salah, Ayah. Dzi kan hanya vakum di rumah. Di Alfitrah, Aku masih berlatih kok. Kubeli tanah di belakang klinik dan kubangun lapangan seperti di sini, jadi aku masih bisa berlatih memanah dan berkuda.”Tuan Dzulfi
Terakhir Diperbarui : 2021-05-27 Baca selengkapnya