All Chapters of Pernikahan yang Keliru : Istri Penuh Dosa: Chapter 91 - Chapter 100
2479 Chapters
Bab 91
“Aku akan mengantarmu kembali.” “...” Madeline terkejut. Sementara rasa terkejut menggelembung makin melebar di seluruh permukaan tubuh Meredith, dia mulai merengek dengan genit. “Tapi kau sudah berjanji akan pergi berbelanja denganku, Jeremy.” “Kau bisa menungguku dulu di sini.” Jeremy berjalan ke arah Madeline bahkan tanpa meluangkan waktu melirik Meredith. “Ayo pergi.” “Tidak perlu. Aku bisa kembali ke kantor sendiri.” Dengan cepat Madeline menolak tawaran Jeremy. Ia sama sekali tidak tahu apa yang sedang Jeremy mainkan, namun ia tidak menyukai atmosfer yang datang bersama dengan rencana Jeremy.“Adakah orang lain yang lebih kamu sukai untuk mengantarmu kembali, kalau bukan suamimu ini? Mungkin Mr. Whitman yang lain?” tatapan Jeremy intens menembus ke dalam tubuhnya, kata-kata yang tak sempat terucap tetap saja sampai kepadanya. Tidak ingin bertengkar lagi, Madeline berhenti protes dan membiarkan Jeremy mengantarnya kembali ke kantor. Madeline tak bisa menahan kegembiraan yang
Read more
Bab 92
Madeline merasakan jantungnya yang tadi berpacu seketika menjadi tenang dan saat bara itu meninggalkannya, darahnya membeku di dalam pembuluh darah. Haha. Berpikir kalau ia awalnya mengira bahwa pria itu cemburu. Menggelikan sekali. Ketika sebenarnya cuma seorang alpha male yang posesif, menegaskan dominasinya. Ia hanya sebuah barang belaka dalam permainan Jeremy. Madeline tersenyum tanpa emosi, saat ia merasa Felipe mendekat dari belakang. “Aku mempercayakan istriku di tanganmu, Uncle Felipe. Terima kasih sebelumnya telah menjaga Madeline,” Jeremy berterima kasih pada Felipe. Felipe tersenyum lembut. “Tentu saja.” … Sementara Madeline tidak membeli syal baru, ia membeli plester luka ringan untuk menutupi tanda merah yang Jeremy tinggalkan di lehernya. Ia duduk dan mulai bekerja. Tidak berapa lama kemudian, ia mulai menerima banyak pesan berisi caci maki dari beberapa nomor tak dikenal. Semua mendampratnya tentang betapa ia tidak tahu malu karena menggoda Jeremy. Terlalu mu
Read more
Bab 93
Dengan arogan, Meredith mengangkat kepalanya untuk menatap Madeline. Kemarahan gadis itu pasti dipicu oleh penghinaan yang dia rasakan karena tindakan Jeremy siang tadi. Madeline terkekeh ringan. “Lalu kenapa kau marah kalau kau sangat yakin Jeremy menciumku hanya untuk bersenang-senang? Kenapa menghabiskan banyak sekali uang untuk menyewa orang mengirimiku pesan-pesan itu?” “Kau…” Kata-kata membentuk gumpalan di tenggorokan Meredith, tak bisa diucapkan. Madeline mulai mengerti sekarang. “Itukah kenapa kau menyuruh pelayan Keluarga Whitman meneleponku? Buat apa kau meneleponku untuk datang ke sini?” “Tentu saja urusan penting.” Senyum Meredith berganti menyeramkan ketika tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan Madeline, matanya kejam dan garang. “Kenapa kau tidak lenyap saja, Madeline? Berapa kali aku harus mengingatkanmu kalau Jeremy itu milikku? Kau seharusnya sekarang tahu apa yang terjadi saat kau merebut lelakiku.“Apa kau lupa kenapa kau dipenjara? Apa kau lupa bagaimana Jer
Read more
Bab 94
Perut Madeline menghantam sudut meja tamu lalu ia jatuh ke lantai dan menggigil saat rasa sakit menikamnya dan menyebar ke sekujur tubuhnya secara bergelombang. Selagi berusaha berdiri kembali dengan susah payah, ia ditampar lagi oleh Mrs. Whitman bahkan sebelum ia bisa menstabilkan dirinya. “Wanita iblis! Aku akan membuat hidupmu menjadi neraka dunia kalau sampai terjadi apa-apa dengan cucuku!” Mrs. Whitman dengan kasar memberi peringatan, sebelum akhirnya mendorong Madeline lagi. Karena kakinya sudah lemah, Madeline terjatuh kembali ke lantai saat Mrs. Whitman mendorongnya. Kali ini, kepalanya yang terbentur meja tamu. Akibatnya, keningnya robek dan darah mulai mengalir keluar dari lukanya. Bintik-bintik hitam muncul di depan pandangannya dan kepalanya berdengung. “Hatiku sakit, Jeremy! Kenapa Madeline harus selalu mengincarku sepanjang waktu?” Meredith mulai meratap dan mengeluh. Tatapan mengancam dan mengerikan Jeremy menyapu Madeline lagi sebelum akhirnya pria itu berbalik d
Read more
Bab 95
Dengan langkah berat, ia berbalik untuk pergi hanya untuk mendengar suara Jeremy yang tiba-tiba terdengar dengan keras di belakang. “Seorang wanita baru saja mendonasikan darahnya untuk anakku? Wanita yang mana?” “Hah? Oh, yang itu.” Mendengar jawaban perawat itu, Madeline menyembunyikan dirinya di pintu keluar darurat. Ia takut nanti Jeremy akan jijik kalau tahu bahwa itu adalah darahnya, namun menyelamatkan Jackson menjadi prioritasnya. Madeline bersembunyi di sudut, mengencangkan dagunya dan berjongkok saat melihat Jeremy lewat di depannya. Sekujur tubuhnya sakit dan pendonasian darah tadi membuatnya menggigil karena kedinginan. Menekuk tubuhnya di pojokan, ia melihat sosok Jeremy pergi dan menghilang dari pandangan, sama seperti kesadaran Madeline mulai memberi. Hari sudah berganti saat ia terbangun. Kedua kakinya kram oleh posisinya karena ia berdiri dengan tangan tertahan di tembok. Rasa sakit di tubuhnya masih ada dan luka di keningnya membakarnya. Sambil menyokong bera
Read more
Bab 96
Meredith melemparkan dirinya ke pelukan Jeremy dalam teror, dengan jelas menciptakan imaji seorang korban.Dia sudah pernah memainkan trik yang sama namun masih saja, Jeremy percaya tanpa ada rasa curiga sedikitpun.Semua orang mengeluarkan tatapan hina dan tidak percaya pada Madeline. Madeline sendiri sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu, namun ia masih belum bisa terbiasa dengan tatapan ingin membunuh dan dingin yang Jeremy berikan padanya.Dalam otaknya, wajah itu tetap wajah yang ia cintai. Namun, wajah itu tidak lagi mempunyai kelembutan yang sebelumnya dipunyainya.Saat ini, sembari memeluk Meredith, mata dingin dan tajamnya menusuk Madeline."Ma. De. Line!"Dia menggertakkan gigi-giginya sembari meludahkan tiga suku kata itu, masing-masing dengan kekuatan yang seakan-akan bisa menelannya!Madeline merasakan hawa dingin merayap dari telapak kakinya melewati sekujur tubuhnya. Sangat menakutkan.Meredith yang masih bersandar di lengan Jeremy menangis tiada henti. “Jeremy, bagai
Read more
Bab 97
Madeline dipaksa menutup mulutnya. Ia menatap sekilas ke arah luar jendela. Di luar langit mendung seakan-akan sebentar lagi akan turun hujan.Menatap bagian dari jalan yang sepertinya familier, saraf Madeline perlahan mengencang.Mobil berhenti. Jeremy dengan bebas keluar dari mobil sementara Madeline diseret keluar.Melihat lingkungan di sekitarnya, mata Madeline melebar dalam ketidakpercayaan."Jeremy, kenapa kau membawaku ke sini!"Ia bertanya menghadap punggung Jeremy, namun pria itu mengabaikannya.Madeline diseret ke makam yang ia bangun untuk kakek dan anaknya. Ia tidak lagi punya kekuatan untuk berdiri, dan pengawal itu mendorongnya ke arah makam.Madeline jatuh ke tanah, meremas area di mana tumornya berada. Ia mengambil nafas dalam-dalam, menahan rasa sakit, dan membuka matanya.Jeremy berdiri di hadapannya, terlihat seperti bangsawan dan dingin, aura pria itu tidak bisa diganggu gugat dan dingin."Kenapa, di sini?" Madeline bertanya, menggertakkan gigi-giginya, pandangannya
Read more
Bab 98
Madeline seketika patah bagaikan boneka kayu tanpa tali, kehilangan semua kesadaran.Dunianya seperti menggelap dengan tiba-tiba dan rasa sakit yang intens seakan-akan kulit tangannya dikupas menelan seluruh kesadarannya."Tidaaak!"Dengan putus asa ia menerjang maju ke arah abu yang perlahan dimusnahkan oleh salju dan hujan.Madeline menangis memilukan, tangannya yang bergetar dengan putus asa mengusap-usap batuan yang tidak rata sembari berusaha mengumpulkan abu yang tersisa.Namun, abu itu perlahan memerah oleh darah yang keluar dari telapak tangannya, dan kemudian meleleh dalam hujan dan salju.Hanya seperti itu, seberkas cahaya redup harapannya benar-benar musnah.Ia menangis dan tertawa memilukan, mata merah dan basahnya menatap Jeremy.Ia tidak lagi mengenali pria ini.Tidak, ia tidak pernah mengenalnya.Madeline menggertakkan gigi-giginya dan menatap ke pria yang berdiri tegak itu, kedua matanya benar-benar tajam."Jeremy, kau akan menyesali ini!"Melihat tatapan benci Madeline
Read more
Bab 99
Mendengar semua kata yang keluar dari bibir Madeline, Jeremy mengerutkan keningnya, detak jantungnya tiba-tiba menjadi tak beraturan."Jeremy, kalau kau tidak membunuhku hari ini, aku pasti akan membunuhmu dan membalaskan dendam anakku."Kedua mata terangnya seteguh sebelumnya.Jeremy tersenyum acuh tak acuh. "Aku akan menunggu."Pria itu berdiri sembari mengatakan itu dan pergi begitu saja.Setelah memandang sosok hitam yang perlahan menghilang dari pandangannya, seketika Madeline serasa sudah dikuras semua kekuatan dan darahnya ketika dengan lemas memeluk guci abu kakeknya.Air mata hangat sekali lagi deras mengalir namun hatinya sudah mati rasa oleh rasa sakit.Akan tetapi, semua itu ternyata belum selesai saat Meredith muncul dengan tiba-tiba.Meredith menggenggam pisau buah saat melihat Madeline terbaring di tanah sambil memeluk sebuah guci. Meredith berjalan mendekat dan berjongkok, mengulurkan tangannya untuk menarik rambut pendek Madeline."Tsk tsk, aku sudah bilang padamu untu
Read more
Bab 100
Saat mengatakan itu, ekspresi rekan-rekan kerjanya, termasuk Elizabeth, berubah. Mereka menatap Madeline seolah-olah mereka menatap sesuatu yang tidak wajar."Wanita ini, bukankah kau terlalu keji!" Beberapa karyawan wanita berkata dengan nada menghina."Nasib buruk apa yang Meredith punya hingga harus berurusan dengan orang gila seperti ini. Wanita ini selalu mengincarnya di mana-mana.""Tepat sekali. Tidak hanya merebut kekasih orang lain, kau masih membuat masalah dengan Meredith, bahkan bilang kalau mau membunuh gadis itu. Benar-benar sakit jiwa!""Kita harus jauh-jauh dari dia, jaga-jaga kalau dia mendadak gila dan melibatkan kita."Madeline duduk di mejanya tanpa bersuara, hanya mendengarkan semua kata yang dengan sengaja ditujukan padanya.Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya bangkit dari kursinya.Melihat gadis itu bergerak, beberapa karyawan wanita yang sudah sejak tadi mengatakan kebenaran dan kebohongan tentangnya bergegas berlari menjauh, ketakutan oleh apa yang
Read more
PREV
1
...
89101112
...
248
DMCA.com Protection Status