Home / Romansa / Bukan Suami Biasa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Bukan Suami Biasa: Chapter 81 - Chapter 90

106 Chapters

Sebuah Keputusan

<span;>Hari-hari berlalu. Kondisi Emily telah semakin membaik. Dia merasa telah bisa melakukan pekerjaan seperti biasanya. Tapi ibunya memintanya untuk tetap beristirahat dan tidak melakukan banyak pekerjaan. Setidaknya sampai satu bulan pertama, Emily tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan harus tetap beristirahat di atas tempat tidur. <span;>Emily mulai bosan. Sesekali diam-diam dia turun dari tempat tidur dan merapikan popok, selimut dan semua perlengkapan Amanda yang baru dicuci oleh bibik. Rasanya senang bisa mengurus perlengkapan buah hatinya itu sendiri. Disetrikanya dan diaturnya dengan rapi di lemari. Ada rasa puas tersendiri jika dia melakukan semua itu. Tapi jika ibunya tahu, ibunya pasti akan langsung memarahinya dan menyuruhnya untuk segera beristirahat di atas tempat tidur seperti orang sakit. <span;>Emily sempat mengeluh pada Abian. Tapi Abian bilang, turuti saja perintah ibunya itu. Sebab ibunya melakukan semua itu ka
last updateLast Updated : 2021-08-13
Read more

Semakin Terpesona

<span;>Pagi itu seperti biasa Abian sedang menyapu lantai. Ketika itu langit masih gelap. Pagi belum datang dengan sempurna. Abian membuka pintu depan hingga udara dingin masuk memenuhi ruangan. Lalu dia mengambil sapu dan memulai aktivitasnya membersihkan rumah. <span;>Abian menyapu setiap ruangan dengan bersih. Dia tak mau ada sedikit pun debu yang tertinggal. Setiap ruangan di rumah ini harus bersih dengan sempurna. Sebab sekarang ada si kecil Amanda. Putri kesayangannya itu harus berada di tempat yang bersih tanpa debu. <span;>"Biar saya yang menyapu, mas," kata Nadya yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Abian. <span;>Abian menoleh. "Nggak usah, sudah hampir selesai," sahutnya. <span;>"Kalau begitu biar saya yang mengepel nanti." Nadya kembali menawarkan bantuan. <span;>Abian mengangguk. Kemudian dia kembali asyik dengan pekerjaannya. <span;>Nadya segera meng
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Obrolan Dalam Kamar

<span;>Abian duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya tampak bingung. Sesungguhnya permintaan Emily itu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Tapi rasanya Abian belum bisa mengabulkannya. Dia tak memiliki uang yang cukup untuk membiayai kuliah Emily. Apa lagi sekarang ada Amanda. Tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membesarkan seorang anak. <span;>"Jadi kamu sungguh-sungguh ingin kuliah lagi?" tanya Abian pelan. <span;>"Ya, saya ingin menuntut ilmu, mas. Saya nggak mau menyia-nyiakan masa muda saya. Yang penting saya tetap menjalani tugas saya sebagai ibu rumah tangga dengan baik, kan?" Sahut Emily segera. <span;>Abian menghela napas. "Tapi saya nggak bisa membiayai kuliah kamu dalam waktu dekat ini, Mily. Seenggaknya saya butuh waktu untuk menabung. Saya harap kamu bisa mengerti. Apa lagi sekarang kita memiliki seorang anak. Kita harus menyiapkan biaya untuk keperluan Amanda, kan?" <span;>Emily pu
last updateLast Updated : 2021-08-16
Read more

Menunggu Abian Pulang

<span;>Emily sedang duduk di ruang tamu ketika Nadya menghampiri dan duduk di dekatnya. <span;>"Amanda tidur, mbak?" tanya gadis itu sambil menoleh pada Emily. <span;>"Ya, habis menyusu tadi, dia langsung tidur." <span;>"Mbak Mily tidak ikut tidur?" tanya Nadya lagi. <span;>Emily menggeleng. "Mas Abi belum pulang," sahutnya. <span;>Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara guntur yang bergemuruh. Emily pun berdecak gelisah. <span;>"Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Mas Abi belum pulang," kata Emily pelan. Matanya menatap ke jalan dengan wajah yang cemas. <span;>Nadya melihat ke arah jam di dinding. "Satu jam lagi tokonya baru tutup," kata Nadya seolah memberitahukan Emily kalau saat ini memang belum waktunya Abian untuk pulang. <span;>"Ya. Tapi mbak khawatir kalau nanti Mas Abi kehujanan." <span;>"Semoga saja tid
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more

Menemani Abian

<span;>Abian baru saja selesai mandi. Dia sedang memakai pakaian di kamar. Begitu hendak keluar, dia menghampiri tempat tidur dan menatap Emily yang sedang tertidur pulas di bawah selimut yang hangat. Hm, Abian memperhatikan wajah Emily yang tampak lelah. Kasihan, dia pasti kelelahan mengurus Amanda seharian. Mungkin sebaiknya memang biarkan dia tidur, jangan dibangunkan. <span;>Kemudian Abian mendekati ranjang Amanda dan menatap putri kecilnya itu dengan sayang. Bibir Abian tersenyum bahagia melihat putrinya yang terlelap. Cantik sekali dia. Bahkan dalam tidur pun dia begitu menggemaskan. Abian terus memandangi Amanda untuk beberapa saat. Sampai akhirnya dia teringat kalau dia belum makan. Abian pun bergegas keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. <span;>Di ruang makan, ada Nadya yang masih setia menunggu. Gadis itu tersenyum begitu melihat Abian datang menghampirinya. Abian membalas senyuman itu dan segera duduk di hadapan Nadya
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

Telepon Di Tengah Malam

<span;>Emily terbangun ketika mendengar tangis Amanda. Dan begitu dia membuka matanya, dia langsung melihat Abian yang sedang berdiri di samping ranjang bayinya itu. <span;>"Mas Abi? Mas sudah pulang? Saya nggak dengar Mas datang," kata Emily menyapa. <span;>Abian menoleh. "Tadi kamu tidur nyenyak sekali. Saya nggak tega buat bangunin kamu," kata Abian menyahuti. <span;>"Mas Abi sudah makan?" tanya Emily lagi. <span;>"Sudah. Tadi disiapkan Nadya. Kamu sendiri sudah makan?" jawab Abian yang diikuti dengan sebuah pertanyaan. <span;>Emily tersenyum. "Syukurlah kalau Mas sudah makan. Saya sudah makan sore tadi sebelum tidur. Maaf tadi saya tidur nggak nunggu mas pulang dulu. Saya ngantuk sekali, mas." <span;>"Nggak apa-apa, Mily. Saya mengerti kok kalau kamu pasti lelah seharian mengurus Amanda. Apa lagi Amanda cengeng sekali, mirip bundanya." Abian menyahuti sambil tersenyu
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more

Desakkan Dari Keluarga Besar

<span;>Ketika Abian telah berangkat ke toko, Emily dan Nadya pun bersiap untuk berangkat. Mereka menggunakan taksi online untuk datang ke sana. Emily sudah terbiasa tidak menggunakan kendaraan pribadi meskipun mobil mewahnya bisa dia gunakan kapan pun dia mau. Dan supir keluarga pun selalu siap untuk menjemput dan mengantarnya ke tempat yang dia tuju. <span;>"Kenapa tidak minta dijemput saja, mbak? Kan lebih enak pakai mobil sendiri." Nadya bertanya ketika Emily memesan taksi online. <span;>"Kalau terbiasa diantar jemput, nanti jadi cengeng. Nanti nggak akan bisa mandiri dan terus bergantung sama papa." Emily memberi alasan. <span;>Nadya mengangguk mengerti. Hm, pemikiran yang bagus, hati Nadya berbisik. Dengan begitu setidaknya Emily menghargai Abian sebagai suaminya. <span;>Mereka pun berangkat begitu taksi online yang dipesan tiba. Amanda berada dalam gendongan Emily. Seperti biasa bayi mungil itu terti
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

Seseorang Yang Menyapa

<span;>Abian terdiam. Sejak kembali dari rumah orangtuanya beberapa hari yang lalu, Emily selalu merengek ingin mengikuti kursus memasak. Sebetulnya itu adalah keinginan yang baik. Tapi jika mengingat Amanda masih terlalu kecil untuk ditinggalkan, akhirnya Abian pun menjadi ragu. <span;>"Kan, ada Nadya, mas. Dan lagi nggak seharian saya meninggalkan Amanda. Hanya beberapa jam saja. Setelah kursus selesai, saya akan langsung pulang," kata Emily membujuk. <span;>"Tapi kita nggak bisa menjadikan Nadya sebagai pengasuh Amanda, Mily. Nadya di sini hanya membantu meringankan tugasmu mengerjakan pekerjaan rumah saja. Dia bukan baby sitter anak kita." <span;>Emily tampak gelisah dengan penolakan Abian itu. Dia memang tidak mengatakan pada Abian alasan sebenarnya mengapa mendadak dia meminta kursus memasak. Sesungguhnya kursus itu hanyalah upaya agar Bude Wid diam dan tidak menemui Abian saja. Sebab jika sampai Bude Wid menemui dan
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

Pertemuan Dengan Tomy

<span;>Emily menatap laki-laki itu tanpa kedip. Rasanya seperti mimpi melihatnya berdiri di sana seperti itu. Tapi sosok laki-laki itu begitu nyata berdiri di hadapannya. Masih dengan wajah tampannya, bahkan wangi lembut parfumnya. Ya, itu benar dia. Bukan bayang-bayang, apa lagi mimpi. <span;>"Kamu?" Emily berucap pelan. <span;>"Ya, Mily. Ini aku." <span;>Emily pun terus menatap Tomy dengan rasa terkejut yang tidak bisa dia sembunyikan. Sementara Tomy tampak kikuk berdiri di hadapan Emily dengan sikap yang ragu. <span;>"Berani sekali kamu mendekati aku, Tomy! Apa kamu lupa apa yang papa bilang dulu padamu? Jangan pernah kamu dekati aku lagi!" Wajah Emily terlihat gusar. Ini adalah perjumpaan yang tidak pernah dia inginkan. <span;>"Maafkan aku, Mily. Aku tidak berniat mengganggumu. Aku ingat apa yang papa katakan dulu. Tapi aku butuh bantuanmu saat ini." Tomy menjawab dengan gelisah.
last updateLast Updated : 2021-08-23
Read more

Tawaran Baik Dari Bayu

<span;>Kedua laki-laki itu berdiri berhadapan. Mereka sama melepas pandangan tajam yang tak bersahabat. Meski tak saling kenal mereka tampak tak saling suka. Dan Emily yang berada di dekat mereka pun jadi merasa serba salah. <span;>"Laki-laki ini yang dulu mengkhianatimu kan, Mily?" tanya Bayu dengan ekspresi wajah yang kaku. <span;>Belum sempat Emily menjawab, terdengar Tomy berseru tak senang pada Bayu. "Hei! Apa urusanmu bicara seperti itu?!" <span;>"Aku sahabat Emily," kata Bayu menyahuti. <span;>"Sahabat Emily? Jangan mengarang cerita bohong seperti itu di hadapanku. Aku kenal siapa saja sahabat Emily. Dan aku tidak mengenalmu!" sanggah Tomy cepat. <span;>"Namaku Bayu. Aku sahabat Emily sejak SMA dulu," sahut Bayu masih dengan ekspresi wajah yang kaku sambil menatap Tomy dengan tajam. <span;>"Begitukah? Tapi ini bukan urusanmu. Jangan ikut campur!" <s
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status