Beranda / Thriller / Shadow / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Shadow: Bab 71 - Bab 80

86 Bab

71. Kisah lama

Siang ini Jason tak sendirian. Di ruangannya sudah ada dua orang yang mengaku sebagai ayahnya dan kekasihnya. Jason membiarkan saja kedua orang itu terus bertingkah seperti peran yang di mainkannya. Saat ini Jason hanya ingin mengembalikan ingatannya tanpa bantuan siapapun. Jason bangun dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar mandi. Franco pun membantu Jason untuk berjalan ke kamar mandi. Jason mengernyitkan dahinya saat melihat Franco yang begitu peduli padanya. Jason sempat mengira bahwa Franco memang benar ayahnya, namun saat ini ia sedang hilang ingatan. Siapapun bisa mengaku dan berpura-pura menjadi keluarganya. "Aku bisa sendiri." Ujar Jason saat tiba di depan pintu kamar mandi. Franco melepaskan tangannya dari lengan Jason sambil tersenyum. "Baiklah. Aku akan menunggu di luar. Jason menganggukan kepalanya, lalu ia segera masuk ke dalam kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, Jason mengin
Baca selengkapnya

72. Badmood

Jason mengganti pakaiannya dengan baju sehari-harinya. Ia harus segera keluar dari rumah sakit. Ia harus segera meyelesaikan rencana nya. Sejak 2 jam kepergian Jean dan Tangan Kanan, ia langsung merencanakan untuk kabur dari rumah sakit. Jason memasukan semua barang nya yang si bawa ke rumah sakit. Setelah semuanya siap, Jason pun segera keluar dari kamarnya. Jason berjalan sambil menundukan kepalanya melewati koridor yang lumayan sepi. Lalu dari ujung koridor, terlihat seorang suster yang berjalan ke arahnya. Jason pun segera masuk kembali ke kamarnya. Ia segera merebahkan tubuhnya di kasur rumah sakit. Namun suara langkah suster itu terdengar menjauh. Jason pun memutuskan bangun karena suster itu tak kunjung datang. Sebelum pergi, Jason menyambar keranjang buah yang ia lupakan. Lalu ia segera keluar dari ruangan tersebut. Jason melangkah cepat ke arah tangga darurat. Ia tak bisa melewati lift karena akan ketahuan. Maka dari itu ia memutuskan untuk melewa
Baca selengkapnya

73. Bangunan rahasia

Jika seandainya waktu bisa di putar kembali, Jason akan memilih lahir sebagai batu. Sama sekali tak akan ada yang menyakiti batu selain anak-anak yang kesepian. Selain itu batu juga berguna, misalnya untuk melemparnya ke kepala seseorang. Jason merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Ia mengambil sebuah kertas dan pulpen dari saku celananya. Ia melihat daftar nama yang ada di kertas tersebut. Jason menandai nama Watt, Keanna, dan Nancy dengan tanda silang. Itu artinya mereka sudah keluar dari permainan. Kini di kertas itu menyisakan Jean, Franco, Holland, Eliza, Lusiana, dan Walikota. Jason menuliskan nomor di atas nama mereka. Nomor-nomor itu yang nantinya akan menjadi urutan kematian mereka. Jason bangkit dari sofa empuknya, lalu ia mengambil ponselnya yang ada di kamar. Terdapat banyak sekali panggilan dan pesan disana. Namun Jason sama sekali tak berniat membacanya. Jason memilih menghapus semua pesan dan riwayat panggilan itu. Jason pergi ke ruang baw
Baca selengkapnya

74. Saudara

Jason mengambil kertas dan pulpen dari saku celana nya. Ia melihat kertas yang terdapat nama-nama orang yang akan di bunuh olehnya. Jason pun menandai nama Eliza dengan tanda silang. Selanjutnya, ia akan segera mendatangi Holland yang menjadi korban nomor 2 nya. Jason segera memasuki mobilnya. Ia tak ingin membuang waktunya. Setiap menitnya akan sangat berarti jika di gunakan untuk menyiksa korbannya. Jason melajukan mobilnya menuju kediaman Holland yang tak terlalu jauh dari rumah Eliza. Jason berhasil mengumpulkan informasi tentang kediaman semua korbannya agar ia menjadi lebih mudah dalam mencarinya. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, Jason sudah berada di depan sebuah rumah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi. Matahari nampaknya sudah lelah bersinar, kini bulan lah yang mengambil alih tugasnya.  "Haaah... semoga dia belum mati. Aku tidak ingin jauh-jauh kesini hanya untuk menelepon bantuan lagi." Gumam
Baca selengkapnya

75. Berhenti mencintai

"Selanjutnya giliranmu." Jason berjalan ke arah Jean sambil terus menodongkan pistolnya. Jason menatap Jean dengan sorot datarnya. Lalu ia berhenti tepat di hadapan Jean yang juga terus menatapnya. Moncong pistol itu sudah berada tepat di dahi Jean. Sedangkan Franco yang ada di samping Jean hanya bisa diam melihat pemandangan tersebut. "Ucapkan selamat tinggal." Ujar Jason. Jean tersenyum tipis sambil menatap anaknya tersebut. "Selamat tinggal, Jason." Jason tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi ayahnya tersebut. Jason menurunkan pistolnya, lalu ia memeluk ayahnya dengan erat. Jason menepuk-nepuk bahu Jean sambil tersenyum. Jean yang semula kaget pun mulai bisa memahami situasi aneh tersebut. Jason memang tak pernah bisa di tebak.  Jason melepas pelukannya, lalu ia menoleh ke arah Tangan Kanan yang masih tersungkur di lantai. Jason berj
Baca selengkapnya

76. Gagal menikah

Jason memasukan tubuh sepasang suami istri itu ke dalam mobilnya. Tak lupa ia kembali mengunci pintu agar tak ada orang yang curiga. Namun saat Jason hendak masuk ke mobilnya, ada seorang nenek yang menghampirinya. "Sedang apa disini, nak?" Tanya nenek itu. Jason yang terkejut berusaha mengendalikan ekspresinya. "Mengunjungi ayah dan ibu ku." Nenek itu tersenyum sambil menepuk bahu Jason. "Kau sama sedang pak Lion. Sama-sama tampan." Lalu nenek itu pergi dari hadapan Jason sambil terkekeh pelan. Jason pun menatap dirinya di spion mobil. Ia memang sangat tampan, tapi ia sama sekali tak mirip dengan Lion. Jason mencebikan bibirnya lalu masuk ke dalam mobil. Ia harus segera tiba di rumah Holland sebelum matahari terbit. Jika ia terlambat, akan banyak orang yang menyadari kehadirannya disana. Jason melajukan mobilnya dengan kecepatan seperti biasa. Jalan
Baca selengkapnya

77. Masa lalu yang sebenarnya

"Kita tidak bisa menikah, Lusiana." Lusiana tak bisa lagi berkata apapun. Ia bahkan tak bisa merasakan apapun lagi, karena rasanya sungguh sakit sampai membuat hatinya mati rasa. Lusiana mengernyitkan dahinya sambil terus menatap Jason. "Mengapa?" Tanya Lusiana. Jason yang semula mengalihkan tatapannya kini mulai berani menatap wanita di hadapannya. Jason menggelengkan kepalanya entah menandakan apa. Jason menggiring tubuh Lusiana kembali masuk ke pekarangan rumahnya. Jason bahkan menutup pagar itu sambil tersenyum ke arah Lusiana yang masih tak mengerti apapun.  "Kau belum menjawabku!" Teriak Lusiana dari balik pagar.  Jason menggelengkan kepalanya. "Pertanyaan itu... aku tak bisa menjawabnya." Setelah mengatakan hal itu, Jason kembali berjalan menuju mobilnya. Lusiana yang melihat Jason pergi pun segera kemb
Baca selengkapnya

78. Santa

"Kau pernah menjadi sopir Holland?" Tanya Jason. Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Ia baru saja memberitahu Jason tentang masa lalunya. Asal usul keluarga nya dan bagaimana dia bisa mengenal Jean. Sebenarnya pertemuannya dengan Jason saat itu memang sudah di rencanakan bersama Jean. Tangan Kanan sengaja menemui Jason yang masih kecil itu untuk berteman dengannya. "Lalu mengapa kau di undang ke permainan?" Tanya Jason. Tangan Kanan mengedikan bahunya. "Mungkin dia takut rahasianya terbongkar." Jason menganggukan kepalanya, itu bisa jadi alasan yang sangat masuk akal. Pasti Holland sangat takut rahasia besarnya terbongkar oleh Tangan Kanan. "Apa Holland pernah membunuh seseorang?" Tanya Jason. Tangan Kanan mengangguk. "Aku pernah di perintahkan untuk mengubur seorang wanita yang di jadikan eksperimen olehnya." 
Baca selengkapnya

79. Siaran langsung

Jean merasa sangat resah saat ini. Sudah lebih dari 2 jam saat Jason memutuskan untuk menjemput Franco dan Walikota. Seharusnya ia menembak mati Jason saat diminta. Namun rupanya ia sama sekali tak bisa menyingkirkan iblise kecil itu. Jadilah kini ia yang sangat resah karena Jason tak kunjung kembali. Hanya ada dua kemungkinan saat ini. Kemungkinan pertama Jason tertangkap, lalu kemungkinan kedua Jason mati di tempat. Jean menghela nafasnya dengan kasar. Ia menatap Tangan Kanan yang tengah fokus memakan sesuatu di mangkuk. Jean pun menarik mangkuk itu dan mengambil alihnya. "Itu punya ku." Ujar Tangan Kanan. Jean mengedikan bahunya. "Mengalah dengan yang lebih tua."  Tangan Kanan hanya bisa mendengus pelan menatap mie instan nya yang sudah habis tak tersisa di makan oleh seniornya tersebut. Tangan Kanan bangkit dari kursi nya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Ia lupa jika d
Baca selengkapnya

80. Terbongkar

Jason mengambil ponselnya, lalu ia beranjak ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia melihat walikota yang sedang meringsut di kasurnya. Jason masuk ke kamarnya, lalu mengunci pinter tersebut. Walikota itu sangat panik saat melihat Jason sudah ada di dalam bersama nya. Jason meletakan ponselnya di atas meja yang bisa menangkap seluruh kamarnya. Kemudian Jason mengenakan topeng yang pernah di beli nya sewaktu kecil. Setelah menggunakan topeng, Jason menekan layar ponselnya. Jason melambaikan tangannya ke kamera saat siaran langsung di mulai. "Selamat siang semuanya." Sapa Jason sambil melambaikan tangannya.  Jason dapat melihat banyak sekali komentar, tapi ia tak bisa membacanya karena jarak yang cukup jauh. Jason sedikit menggeser tubuhnya agar para penonton bisa melihat walikota yang sedang ketakutan. "Aku tidak akan menyakiti pak walikota. Aku hanya akan menanyakan beberapa hal padanya." Ujar Jason.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status