Home / Romansa / A bittersweet life / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of A bittersweet life : Chapter 11 - Chapter 20

23 Chapters

11. Bar kebakar dan Naya sakit

Pagi yang cerah, matahari hari bersinar sangat indah. Leon baru saja selesai mandi, dia sedang merapikan pakaiannya. Hari ini dia bangun lebih cepat dari Naya, lebih tepatnya dia sama sekali tak tidur karena terus memandang wajah Naya yang begitu tenang saat sedang tidur. Setelah selesai merapikan pakaiannya dan rambutnya, Leon berjalan mengendap-ngendap mengambil tap dan machbooknya secara perlahan agar Naya tidak terbangun."Tu--" "Sstttt....." Luke menutup mulutnya berjalan mendekati Leon sambil mengendap-ngendap."Ayo tuan berangkat," bisik Luke di telinga Leon yang di jawab anggukan oleh Leon. "Pergilah keluar, sebentar lagi aku akan keluar. Aku harus pamit terlebih dahulu dengan Naya," balas Leon dengan berbisik juga.Luke mengangguk, dia berjalan keluar dari kamar Leon sambil mengendap-ngendap.Leon yang telah memastikan Luke sudah keluar dari kamarnya berjalan mendekati Naya yang masih tertidur pulas. Cu
Read more

12. Kelakuan Alex, anak tiri ayah

Helikopter turun di hotel milik keluarga Mark, Leon dan 4 sahabatnya bergegas segera turun. "Apa sudah bisa di lacak, siapa yang melakukannya?" tanya Leon kepada anak buah Mark yang menjemputnya di depan hotel. "Tuan Mark mencurigai satu orang tuan," ucap Juan sambil fokus menyetir."Siapa?" tanya Kenzo yang mulai mengecek cctv yang di kirimkan tim Nara. "Saudara tiri tuan Leon," seru Juan  memberhentikan mobilnya tak jauh dari lokasi bar milik Leon, terlihat di sekitar bar ada 3 mobil pemadam. "HAH?! SAUDARA TIRI?" pekik Kenzo terkejut. Leon dan Juan tidak menjawab mereka sudah lebih dulu turun dari mobil. Leon berlari menuju Mark yang berdiri dengan wajah khawatir."Apa ada korban?" tanya Leon menatap bar yang habis terbakar."Tidak, hanya luka-luka kecil," sahut Mark memandang pasrah. "Bagaimana bisa kau tidak ada di tempat?" Steffen angkat bicara. "Aku tadi mendapatkan tele
Read more

13. Tertembak

Helikopter milik Leon mendarat sempurna di halaman belakang rumah Leon. Anak buah Leon berdiri di pintu belakang menyambut kedatangan 2 helikopter, Nara yang  berdiri paling depan tersenyum saat melihat sang kekasih Steffen kembali dengan selamat. Semua anak buah Leon membungkuk saat Leon lewat, Leon tak membalas membukuk dia langsung saja masuk meninggalkan 4 sahabatanya. "Si Leon ngapatu cepat amat jalannya," ujar Steffen melihat punggung Leon yang mulai menjauh. "Naya sakit," ucap Nara membuat 4 sahabatnya terkejut. "Sakit? Sakit apa?" tanya Dejun kepada Nara. "Sepertinya Naya banyak pikiran, membuat datang bulannya tidak teratur dan membuatnya sakit perut.""Aishh... Pasti rasanya sakit sekali tidak seperti biasanya kau datang bulan," seru Steffen. "Kaau pergilah liat ke adaan Naya, aku dan yang lain akan bersih-bersih terlebih dahulu." Nara mengangguk, "Baiklah." Nara berjalan menuju kamar
Read more

14. Ayah

"Lebihh cepatt lagii Lukee... Lebih cepat lagiii..." seru Naya yang sekarang sedang berada di mobil dengan rasa yang penuh khawatir. Darah yang berada di  perut Leon terus  keluar tak henti-henti. "Iya nyonya iyaa." Luke menaikkan pedal gasnya, saat semua mobil telah menepi."Ku mohon bertahan lah Leon... Hiks.... Bertahanlah..." tangis Naya pecah  melihat wajah Leon pucat pasih. Apalagi tadi saat dia melihat saat Leon tertembak di depan matanya sendiri.  Flasback on "NAYA AWAS!!" Leon berlari kearah Naya, sedangkan Naya yang samar mendengarkan teriakan Leon tetap berdiri di tempat sambil tersenyum. Dorr DorrLeon  memeluk Naya erat, membuat 2  tembakan berhasil mengenai perutnya. Kemeja putihnya telah berganti warna menjadi merah. Semua orang yang berada di acara itu berteriak kuat. "LEON!!" "Syukurlah kau tidak kenapa-napa," ucap Leon sambil tersenyu
Read more

15. Datang kerumah

"Leon apa kau yakin ingin pergi kerumah ayahmu?" Kenzo menarik bahu Leon."Iya, aku sangat muak dengan dirinya!" kesal Leon dengan wajah yang sudah terlihat memerah."Jangan lakukan itu, luka di perutmu masih basah, bisa berdarah kembali jika kau banyak bergerak.""Aku tidak peduli, aku ingin membunuhnya sekarang," ucap Leon membuka bagasi  mobilnya dan mengambil pistol yang dia buat sendiri. "Leon, jangan membuat Naya menangis untuk kedua kalinya, aku akan mengurus semua ini aku akan memperketat semua pengamanan dan turun ke lapangan sendiri untuk memata-matai ayah mu.""Jika aku tidak kerumahnya sekarang, dia akan masuk ke rencana selanjutnya Kenzo, kau macam tidak tau bagaimana ayahku," cerca Leon menatap Kenzo dengan penuh amarah."Cukup-cukup cobalah tenang, ada hal yang ingin ku memberi tahu kepada mu, kalau anak buah kita ada yang berhasil masuk ke dalam
Read more

16. Leon minta maaf

Leon menikmati suasa kafe yang bernuansa perkebunan ini, dia dapat menikmati kenikmatan udara yang masuk delama lobang hidungnya, sengguh sejuk, padahal hari sudah terbilang siang, matahari sudah hampir berada di atas kepala."Udah alam engga kesini rasanya masih sama aja ya," ucap leon memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan napasnyang sangat nikmat sampai dirinya tak ingin melewati satu kenikmatan pun. "Iyaa, masih asri bahkan lebih asri jika di lihat-lihat," sahut Kenzo yang melihat-lihat sekelilingnya. "Gue pengen buat belakang rumah gue kayak gini, kira-kira butuh berapa tukang kebun ya?" "Lo gila, mau letak  bunga-bunga cantik kayak gini di belakang rumah? Ingat helikopter lo bejibun ya Leon, belum terbang helikopter lo masih di panasin di bunga udah berceceran kemana-mana," celetuk Kenzo mengingat belakang rumah Leon ada 4 helikopter dan 3 pesawat wing."Iya juga ya, kalau gitu gue beli rumah lagi deh untuk di bi
Read more

17. Beri pelajaran

Naya duduk di samping Leon, tubuhnya masih terus bergetar, dia masih  merasa ketakutan. Leon sekarang sedang berbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur. Darah yang dia keluarkan cukup banyak membuat tubuhnya menjadi lemas. "N-nara apa kau punya obat penenang?" Nara mengangguk, "Ini, minumlah, setelah itu kau tidur." Naya mengambil obat penenang yang Nara berikan. "Apa kau mau memelukku Nara? Tubuhku menolak untuk tidur jika tidak ada yang memelukku." "Tentu saja, ayo tidur di kamar sebelah. Biar ku pijat juga badan mu agar lebih rileks."Naya mengangguk dia berdiri dan berjalan lebih dulu ke kamarnya. Naraa berjalan di belakang Naya. "Aku akan mengambilkan minum untuk mu sebentar," ucap Nara berjalan kearah dapur. Naya mengangguk lemah. "Bagimana keadaannya?" tanya Steffen mendekati Nara. "Leon belum siuman cuman pendarahannya sudah ku hentikan, kalau Naya, dia masi
Read more

18. Dosen aneh

"Rumah sama kecil ku?" "Itu rencana yang aku katakan untuk memberi pelajaran kepada om Darma," ucap Kenzo dengan percaya diri. "Kau..." Leon menggantung ucapannya menatap Kenzo tajam. Kenzo balik menatap Leon sambil menenguk ludah, wajah Leon tidak seperti ekspetasi Kenzo yang rasa akan terlihat senang, namun kenyataannya dia salah, Leon saat ini sedang mengeraskan rahangnya, mengerutkan keningnya. "Sini!" bentak Leon sambil membesarkan matanya sekarang. Kenzo berjalan mendekati Leon dengan rasa sedikit takut. Seketika seisi meja makan mendadak bungkap dan ketakutan. "A-apa aku melakukan kesalahan?" "Tidak, tapi pekerjaan mu itu bagus," ucap Leon mengubah mimik wajahnya menjadi senang. Kenzo langsung tertawa melihat perubahan wajah Leon yang mengejutkan. Anak buah yang lain, yang ikut serta dalam pembakaran tadi malam ikut tertawa. "Tapi tuan, bagaimana kalau di dalam sana tidak ada ayah
Read more

19. Sadap ponsel

"Hara, aku ada sedikit kurang paham dengan tugas yang di berikan buk Syla tadi," "Mau mengerjakannya bersama-sama?" tawar Hara kepada Naya. Naha mengangguk antusias "Apa kau tidak sibuk?" "Tidak, adikku sedang tidak pulang kerumah beberapa hari ini, dia tidur di rumah kawannya yang berada di dekat kampus, karena masihh ujian praktikum jadi mereka ngumpul untuk belajar bersama." "Kalau begitu aku akan menghubungi Leon terlebih dahulu." Naya mengambil ponselnya dari dalam tasnya untuk meminta izin kepada Leon. "Leon ada menghubungi mu Luke?" tanya Naya kepada Luke.Luke mengangguk, "Tadi ada, tapi udah 1 jam yang lalu, emangnya ada apa?" "Aku ingin meminta izin kepadanya, aku mau membawa Hara kerumah, kira-kira boleh tidak ya?" "Coba saja kau hubungi." Naya mengangguk menghidupkan ponselnya mencari nama Leon. Setelah menemukannya, Naya langsung menekan tombol hijau. 
Read more

20. Naya di culik

Pagi ini hujan turun, membuat udah yang masuk kedalam kamar Leon sangatlah dingin. Naya sudah mematikan ac di  kamar Leon namun dirinya dan Leon masih enggan bangun meninggalkan kasur yang sangat membuat keduanya nyaman. Posisi keduanya masih saling berpelukan, seperti posisi saling peluk adalah posisi yang membuat keduanya nyaman. Naya membukannya matanya perlahan, karena ingat dia harus pergi kuliah sebum jam 9. Saat  mngerjapkan matanya dia melihat Leon yang masih tertidur menghadap dirinya, bentuk wajah Leon sangat indah ternyata, membuat Naya terpesona. "Sudah bangun?" suara berat yang selalu Naya dengar saat bangun tidur adalah suara Leon yang masih memejamkan matanya namun ternyata dia telah bangun. "Hmmm sudah," ucap Naya sambil mengulet. "Pergi mandi sana, sekarang jadwal membersihkan luka di perut mu." "Engga mau mandi, malas, dingin," ucap Leon sambil ngedusel ke bahu  Naya seperti anak kecil. 
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status