Home / Romansa / Side Story of Erhan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Side Story of Erhan: Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Feri ?

“Dia membawaku.” Ucapan Alden seketika membuat tubuh Erhan menegang.   Terdengar suara kesiapan kaget sebagai sambutan lainnya. Ibu Nadira memandang Alden dengan mata terbelalak ngeri sebelum akhirnya terkulai lemas tak sadarkan diri. Kedua MUA yang sejak tadi membisu di ruangan itu mencoba untuk menahan tubuhnya supaya tidak jatuh ke lantai. Sementara Erhan yang sejak tadi sudah dalam posisi menegang, kini menarik kertas yang ada di tangan Alden dengan kasar. Ia menatap tulisan yang tidak dimengertinya dan memandang Alden dengan tatapan tajam. “Katakan sekali lagi!” perintahnya dengan berupa geraman.   “Ini bukan tanda tangan, Erhan. Tapi tulisan Tagalog.” Ucapnya menjelaskan. “Disana tertulis kalau ‘Dia membawaku’.” Lanjutnya. “Gisna, siapa yang membawa Nadira?” tanyanya ingin tahu. “Apa sepupuku ada dalam bahay
Read more

Interogasi

“Jadi, selama ini dia menipu kita? Dia itu J.D?” tanya Erhan tak percaya. Ia memandang kedua sepupunya dengan tatapan tak percaya.   Mendengar pertanyaan Erhan, kedua sepupunya itu terdiam. Adskhan kembali melihat layar persegi di hadapannya. Kenapa? Mungkinkah benar kalau J.D yang selama ini ditakutkan oleh Nadira, si pengirim bunga dengan pesan itu adalah Fera bin Feri? Kalau memang benar, pria setengah matang itu benar-benar hebat hingga membuat mereka terkecoh sampai sedemikian rupa.   Tapi bagi Adskhan, tetap ada sesuatu yang mengganjal disini. Namun dia bingung, apa itu.   “Sebaiknya kita laporkan hal ini ke polisi.” Ucap Lucas kemudian.   Adskhan seketika menggelengkan kepala. “Tidak, polisi tidak akan membantu.” Tolaknya. “Sekalipun kita melaporkan
Read more

Sejak Awal Dia Milikku

Erhan sudah kehilangan akal. Kehilangan Nadira dan rasa takutnya membuatnya ingin memukuli semua orang yang ada di hadapannya. Kenapa Adskhan tidak menginterogasi mereka dengan cara yang halus seperti itu? kenapa dia tidak memukuli mereka semua. Peduli setan jika dua diantara mereka itu perempuan. Mereka jelas turut andil dalam hilangnya Nadira.   Dimana Nadira sekarang? Kekasihnya itu pasti merasa tengah ketakutan sekarang. Sialan! Bagaimana bisa dia begitu saja percaya pada makhluk setengah matang itu? seharusnya sejak awal dia menjauhkan Nadira dari pria yang bahkan tidak menerimakan identitas aslinya itu.   Erhan kembali menatap keempat orang itu. Dan tatapannya berakhir pada Meta. Gadis yang merupakan sahabat kekasihnya itu tampak terdiam dengan wajah pucat. Tangannya sesekali mengusap wajahnya yang menitikkan airmata. Ternyata, bukan hanya Erhan yang ketakutan disini. Ada Meta, dan te
Read more

Telepon

Mereka keluar dari lift dan terpaksa naik tangga untuk sampai di lantai terakhir gedung. Chasel tampak kesulitan menarik tubuh Feri yang berbadan gempal itu supaya tidak terus meronta dan mendekati dinding pembatas gedung. “Fer, sadar!” itulah ucapan yang diucapkan Chasel diantara deru napasnya mencoba menahan Feri.   Adskhan, Lucas dan Erhan yang berlari segera membantu Chasel dan menarik tubuh Feri yang terus meronta ingin meloncat dari gedung. “Bagaimana cara menyadarkan hipnotisnya?” tanya Lucas dengan kesusahan karena pria bertubuh gempal itu masih saja berusaha meronta dan ingin berlari menuju dinding. Keempat orang itu dengan susah payah membawa Feri kembali masuk ke bagian dalam gedung.   “Cari sesuatu. Ikat dia. Kalau perlu panggil seorang ahli hipnotis untuk datang kemari.” Perintah Adskhan dengan susah payah diantara rontaan Feri. 
Read more

Bantulah Dia

Nadira mengerjapkan mata. Kepalanya terasa begitu pusing. Perutnya juga terasa begitu mual. Ruangan yang dilihatnya pun terlihat begitu gelap. Dimana dia? Batinnya lirih.   Nadira kembali merasa mual. Ia ingin ke kamar mandi. Tapi… Kenapa ia sulit bergerak? Nadira mencoba menggerakkan kedua kakinya, tapi kakinya sama sekali tak bergerak. Begitu juga dengan tangannya. Apa seseorang sedang mengikat tubuhnya? Tidak, ia tidak terikat, tapi ia merasa mati rasa. Ya Tuhan, apa yang terjadi padanya? Tanyanya panik. Nadira kembali memejamkan mata. Mencoba mengingat kembali apa yang terjadi. Apa yang terjadi sebelum ia tidak sadarkan diri? Samar-samar Nadira melihat sosok seorang wanita mengenakan kebaya putih yang cantik berhias payet-payet berkilau, dengan bawahan berupa samping batik berwarna silver abu. Mata yang indah tampak memand
Read more

Palsu

Dua hari sudah berlalu sejak menghilangnya Nadira. Semua orang sudah mengerahkan tenaga mereka untuk mencari keberadaan Nadira. Polisi dan bahkan detektif sewaan Adskhan seolah tidak mendapatkan titik temu dimana keberadaan Nadira. Indonesia bukanlah Negara berteknologi canggih dimana setiap sudut tempatnya memiliki CCTV. Bahkan Negara maju pun masih memiliki kekurangan akan hal itu. Dan hal ini, semakin mempersulit pencarian.   Belum lagi kondisi Erhan yang tidak baik-baik saja. Pria itu bahkan enggan untuk tidur dan memilih untuk mencari Nadira sepanjang malam dengan mengendarai mobilnya. Seolah-olah hal itu bisa membantu. Seolah dengan mengelilingi kota dia tiba-tiba akan melihat Nadira berlarian di pinggir jalan.   Bukannya membuat keadaan semakin baik, Erhan malah membuat keadaan semakin memburuk. Dan sekarang, mereka terpaksa meminta Gilang untuk membuat Erhan tak sadarkan diri. Kalau
Read more

Aku J.D

Nadira merasa haus. Tenggorokannya benar-benar kering. Ia tidak tahu apa yang dilakukan kedua orang itu sampai ia benar-benar merasa begitu tak kuasa bergerak. Obat apa yang mereka gunakan? Sudah berapa banyak dosis yang mereka berikan? Ia membuka mata dengan kepala yang terasa pening.   “Kau sudah bangun?” sebuah suara menyambutnya saat matanya terbuka. Ruang yang sebelumnya gelap saat terakhir kali Nadira terbangun kini sudah benar-benar terang. Dan orang yang mendekatinya, Nadira mengerutkan dahinya dalam keadaan lemasnya. Siapa dia? Tanyanya pada diri sendiri.   “A..ir..” bisik Nadira dengan susah payah. Tenggorokannya benar-benar terasa perih saat mengucapkan satu kata itu.   “Kau mau minum?” tanyanya dengan perhatian. Orang itu kemudian meraih gelas dan memasukan sedotan ke dalamnya sebelum mendekatkan
Read more

Bersembunyi

“Ya, aku menyukaimu bukan sekedar teman. Aku menyadari itu kalau aku melihatmu tersenyum pada Chasel dan disini,” tunjuknya kembali pada dadanya. “Disini aku merasakan tak suka.” Ucapnya dengan wajah berubah marah. “Terlebih saat kau harus melakukan pemotretan dengan para pria, aku semakin tak suka.” Lanjutnya.   “Aku selalu berusaha mendapatkan proyek yang sama denganmu supaya kau tidak terlibat dengan siapapun pria di agency ataupun diluar agency. Aku mencoba menghentikan mereka semua untuk mendekatimu.   Hingga kemudian tujuh bulan lalu. Aku sadar, bahwa tindakanku untuk melakukan operasi itu salah. Aku ingin mengakuinya kepadamu. Aku ingin mengatakan siapa diriku yang sebenarnya kala itu. tapi rasanya sulit. Aku takut kau memandangku dengan jijik. Karena itulah, perlahan aku mulai membuatmu menyadari keberadaanku. Kumulai dengan buket dan juga b
Read more

Siapa Dia?

Sambungan telepon terus saja berdering memberitahukan informasi yang tidak semuanya benar. Atau sama sekali tidak ada yang benar. Para pemburu hadiah berbondong-bondong memberikan kabar palsu tentang penemuan Bianca. Mereka mengatakan bahwa mereka menemukan Bianca, tapi saat ditelusuri oleh tim detektif yang disewa Adskhan, tidak pernah ada Bianca ataupun Nadira disana. Kesal? Tentu saja mereka kesal. Lebih menjurus pada marah, sebenarnya. Bagaimana tidak, mereka menjadikan nyawa seseorang sebagai bahan lelucon. Dan sekarang, Adskhan sudah mengerahkan lebih banyak orang untuk pencarian Bianca palsu itu. Mereka sudah berkomunikasi dengan pihak kepolisian Thailand karena makhluk tak jelas itu diduga telah menghabisi dua nyawa, atau bahkan lebih? Mereka berkumpul di ruangan Adskhan. Lucas, Adskhan, Ganjar, detektif yang mereka sewa dan tak lupa Erhan yang kini sedang berjalan mondar-mandir dengan kondisi yang bisa dikatakan
Read more

Penemuan

Adskhan menghubungi seseorang kembali. Dia menyebutkan sebuah alamat pada orang yang dihubunginya. “Kerahkan semua orang secara diam-diam untuk memantau. Dan buat seluruh persiapan, bahkan untuk persiapan terburuknya.” Perintahnya pada orang di seberang sana. “Siap, Sir.” Ucap pria itu dengan tegas. Lucas dan Erhan yang baru saja kembali dari pencarian mereka kini memandang Adskhan dengan tatapan tajam. “Kau benar-benar sudah menemukannya?” tanya Erhan ingin tahu. “Ini hanya kemungkinan, Erhan. Tenanglah.” “Sial! Bagaimana aku bisa tenang, Khan. Dan berhenti mengucapkan kalimat itu padaku!” bentaknya seraya memelototi kakak sepupu tertuanya itu. “Dengarkan aku, Erhan. Kemarahan dan kepanikanmu tidak akan menyelesaikan masalah.” Ucap Adskhan dengan nada yang masih datar. Ia tidak ingin terpancing oleh emosi Er
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status