Nadira merasa haus. Tenggorokannya benar-benar kering. Ia tidak tahu apa yang dilakukan kedua orang itu sampai ia benar-benar merasa begitu tak kuasa bergerak. Obat apa yang mereka gunakan? Sudah berapa banyak dosis yang mereka berikan? Ia membuka mata dengan kepala yang terasa pening.
“Kau sudah bangun?” sebuah suara menyambutnya saat matanya terbuka. Ruang yang sebelumnya gelap saat terakhir kali Nadira terbangun kini sudah benar-benar terang. Dan orang yang mendekatinya, Nadira mengerutkan dahinya dalam keadaan lemasnya. Siapa dia? Tanyanya pada diri sendiri.
“A..ir..” bisik Nadira dengan susah payah. Tenggorokannya benar-benar terasa perih saat mengucapkan satu kata itu.
“Kau mau minum?” tanyanya dengan perhatian. Orang itu kemudian meraih gelas dan memasukan sedotan ke dalamnya sebelum mendekatkan
“Ya, aku menyukaimu bukan sekedar teman. Aku menyadari itu kalau aku melihatmu tersenyum pada Chasel dan disini,” tunjuknya kembali pada dadanya. “Disini aku merasakan tak suka.” Ucapnya dengan wajah berubah marah. “Terlebih saat kau harus melakukan pemotretan dengan para pria, aku semakin tak suka.” Lanjutnya.“Aku selalu berusaha mendapatkan proyek yang sama denganmu supaya kau tidak terlibat dengan siapapun pria di agency ataupun diluar agency. Aku mencoba menghentikan mereka semua untuk mendekatimu.Hingga kemudian tujuh bulan lalu. Aku sadar, bahwa tindakanku untuk melakukan operasi itu salah. Aku ingin mengakuinya kepadamu. Aku ingin mengatakan siapa diriku yang sebenarnya kala itu. tapi rasanya sulit. Aku takut kau memandangku dengan jijik. Karena itulah, perlahan aku mulai membuatmu menyadari keberadaanku. Kumulai dengan buket dan juga b
Sambungan telepon terus saja berdering memberitahukan informasi yang tidak semuanya benar. Atau sama sekali tidak ada yang benar. Para pemburu hadiah berbondong-bondong memberikan kabar palsu tentang penemuan Bianca. Mereka mengatakan bahwa mereka menemukan Bianca, tapi saat ditelusuri oleh tim detektif yang disewa Adskhan, tidak pernah ada Bianca ataupun Nadira disana.Kesal? Tentu saja mereka kesal. Lebih menjurus pada marah, sebenarnya. Bagaimana tidak, mereka menjadikan nyawa seseorang sebagai bahan lelucon.Dan sekarang, Adskhan sudah mengerahkan lebih banyak orang untuk pencarian Bianca palsu itu. Mereka sudah berkomunikasi dengan pihak kepolisian Thailand karena makhluk tak jelas itu diduga telah menghabisi dua nyawa, atau bahkan lebih?Mereka berkumpul di ruangan Adskhan. Lucas, Adskhan, Ganjar, detektif yang mereka sewa dan tak lupa Erhan yang kini sedang berjalan mondar-mandir dengan kondisi yang bisa dikatakan
Adskhan menghubungi seseorang kembali. Dia menyebutkan sebuah alamat pada orang yang dihubunginya. “Kerahkan semua orang secara diam-diam untuk memantau. Dan buat seluruh persiapan, bahkan untuk persiapan terburuknya.” Perintahnya pada orang di seberang sana.“Siap, Sir.” Ucap pria itu dengan tegas.Lucas dan Erhan yang baru saja kembali dari pencarian mereka kini memandang Adskhan dengan tatapan tajam. “Kau benar-benar sudah menemukannya?” tanya Erhan ingin tahu.“Ini hanya kemungkinan, Erhan. Tenanglah.”“Sial! Bagaimana aku bisa tenang, Khan. Dan berhenti mengucapkan kalimat itu padaku!” bentaknya seraya memelototi kakak sepupu tertuanya itu.“Dengarkan aku, Erhan. Kemarahan dan kepanikanmu tidak akan menyelesaikan masalah.” Ucap Adskhan dengan nada yang masih datar. Ia tidak ingin terpancing oleh emosi Er
“Mereka sudah tahu kalau mereka dikepung.” Ucap si detektif pada Adskhan dan Lucas. Bergegas semua yang ada di dalam mobil itu turun dan berlari menuju ke dalam rusun dan menuju lift yang ada disana. Mereka menekan tombol ke lantai terakhir yang diserukan oleh si detektif.Keluar di lantai lima belas, berharap bisa menangkap kedua penjahat itu dari atas, mereka meleset karena kedua pria itu sudah naik menuju lantai teratas rusun.Adskhan, Lucas, Erhan dan tiga detektif yang naik bersamaan mendengar sebuah seruan dari bagian luar lantai teratas. “Lepaskan dia sekarang, maka kau akan kami biarkan pergi!” seruan bernada negosiasi terdengar tepat saat keenam orang itu memunculkan wajahnya ke bagian luar atap rusun.Tatapan kedua pria yang berdiri di ujung dinding setinggi satu meter itu langsung tertuju pada tiga Levent bersaudara. “Kalian?” dengusnya. “Sebegitu pengecutkah kalian sa
Erhan tidak peduli apa yang terjadi dengan dua orang yang sudah membawa Nadira darinya. Yang ia pikirkan saat ini adalah membawa Nadira ke rumah sakit dan mengetahui apa yang terjadi dengan kekasihnya itu. Ia bahkan tidak peduli kalau ia meninggalkan Lucas dan Adskhan di lokasi kejadian. Ia menuruni rusun dengan lift dan segera menghampiri mobil terdekat yang disupiri oleh salah satu tim detektif sewaan Adskhan.“Bawa aku ke rumah sakit terdekat secepat mungkin.” Perintahnya pada pria yang duduk di balik kemudi. Tanpa banyak kata, pria itu langsung menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan maksimal yang ia bisa.Mereka sampai di rumah sakit terdekat dari rusun hampir sepuluh menit kemudian. Erhan membawa Nadira langsung ke dalam IGD dan memanggil dokter yang ada disana. “Tolong periksa dia. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Kenapa dia bisa seperti in
Nadira kembali merasakan pening dikepalanya. Tubuhnya terasa lemas, bahkan sebelum dia melakukan apa-apa. Dia menggerakkan bola matanya dan kemudian membuka kelopaknya secara perlahan. Silau cahaya membuatnya merasa semakin pening.“Aşkım, kau sudah bangun?” suara pria yang bertanya membuatnya mengernyit. Haruskah pria itu bertanya dengan nada yang begitu lantang hingga membuat telinganya sakit? Batin Nadira dalam hati. “Istriku sadar, panggil dokter kemari!” Suara itu kembali memberikan perintah yang entah dia berikan pada siapa. “Aşkım, buka matamu. Lihat aku.” Pintanya dengan nada yang lebih lembut.Nadira kembali membuka mata. Di depannya dia melihat sosok pria berwajah tampan dengan mata keemasannya yang tampak memandang ke arahnya dengan sorot khawatir.“Aşkım, kau bisa melihatku?” tan
Erhan hanya bisa terdiam lemah memandangi calon istrinya, kekasihnya, pujaan hatinya memandangnya dengan tatapan tak mengenali. Sakit? tentu saja Erhan merasa sakit. jika sebelumnya Nadira memandangnya dengan tatapan penuh cinta, kini tatapan itu menghilang begitu saja. Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi padanya?Dokter yang menangani Nadira seketika memandang ke arahnya. Pria itu meminta Erhan untuk mengikutinya tanpa suara. Lucas, yang hanya bisa memandang sang istri sedang menenangkan sahabatnya turut mengikuli Erhan dan sang dokter. Dalam perjalanan menuju ruangan dokter tersebut, mereka berpapasan dengan Adskhan dan juga Caliana yang tampak kesusahan dengan perut besarnya.“Kalian mau kemana?” tanya pria itu lebih kepada Lucas.“Ada sesuatu yang perlu dokter bicarakan.” Jawab Lucas dengan lirih. “Gisna ada didalam. Dia menemani Nadira.”“Nadira sudah bangun
Nadira terdiam dengan tatapan nyalang memandangi atap kamar rumah sakit. Waktu sudah lewat dari pukul sepuluh malam, ruangan kamarnya sudah dimatikan beberapa waktu lalu dan hanya menyisakan penerangan seadanya dari lampu tidur yang entah diletakkan oleh siapa di atas nakas kamarnya.Matanya sudah mengantuk, tapi sulit rasanya untuk lelap.Tadi, ibu, adiknya dan juga teman-temannya datang untuk menemaninya. Gisna, Meta dan juga seorang wanita cantik yang dikenalnya sebagai saudara ipar Gisna. Caliana. Semuanya menemani Nadira sampai waktu menunjukkan pukul tujuh dan Nadira meminta Randu untuk membawa ibu mereka pulang. Lantas setelahnya teman-temannya pun turut pulang karena suami-suaminya sudah menjemput mereka. Hingga akhirnya, Nadira hanya tinggal sendirian ditemani Meta. Sahabatnya yang satu itu memang masih berstatus lajang, sama seperti dirinya.Selama mereka masih ada di ruangannya, mereka hanya membahas hal-hal y
Pesta pernikahan digelar keesokan hari setelah henna night. Bukan pesta yang mewah seperti yang dibuat Nadira tempo lalu. Melainkan sebuah pesta sederhana yang hanya mengundang beberapa kerabat dan rekan penting keluarga Erhan. Orang-orang yang dikenal yang datang dari Indonesia hanyalah Meta, Ibunya, adiknya dan juga sahabat-sahabatnya yang sudah menikah lebih dulu dengan para sepupu Erhan.Tidak ada kebaya, tidak ada siger, dan tidak ada musik tradisional Indonesia. Saat ini, keseluruhan pesta didominasi dengan acara internasional. Bahkan Nadira sendiri tidak mengenakan pakaian pengantin tradisional Turki, melainkan gaun mewah yang dipesan khusus untuknya dari designer langganan Dilara.“Uwoowwww, pengantin kita benar-benar cantik sekali.” Meta yang berjalan masuk mengenakan gaun berwarna navy tampak memandang Nadira dengan sorot terpukau.Nadira balik memandang sahabatnya itu dengan senyum di wajahnya. Set
TurkiKediaman Erhan tampak lebih sepi daripada biasanya. Karena apa? Karena ini adalahHenna Night.Malam Henna, yang diadakan bukan untuk orang lain, tapi untuk kekasih hatinya, Nadira.Ya, keluarga Erhan kini seluruhnya, para wanitanya, tengah berkumpul di kediaman orangtua Adskhan yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Menyisakan para pria yang tinggal di rumah dengan hanya menggigit jari saja karena tidak diperkenankan untuk hadir.Bukan diharamkan, hanya saja mengingat tradisi orang Indonesia akan pingitan, maka untuk henna night malam ini, para pria tidak diperkenankan hadir. Dan itu termasuk Erhan, Adskhan dan juga Lucas. Ketiga sepupu itu kini diam di kediaman Erhan, menjaga sepupu termuda mereka supaya tidak lari dan pergi ke tempat dimana pesta berlangsung dan melanggar perjanjian dengan calon ibu mertuanya.Erhan kembali melirik ponselnya. lantas mencebik
Bulan-bulan kemudian berlalu dengan cepat. Seperti yang sudah Erhan sarankan sebelumnya, Nadira mengambil kelas bahasa. Erhan memintanya untuk fokus belajar bahasa Italia dan Prancis. Sementara untuk bahasa Turki, pria itu mengatakan bahwa dia akan menjadi mentor Nadira secara gratis. Bahkan jika ada sesuatu yang bisa di praktekkan, pria itu mengatakan bahwa dia akan dengan senang hati memberikan contoh gratis yang seketika ditolak oleh Nadira.Dan memang waktu berlalu menyenangkan. Meskipun sebagian orang menduga bahwa hari-hari yang dilalui Nadira itu berat, tapi faktanya tidak demikian. Dia menikmati semua itu. karena Erhan selalu memanjakannya setelahnya.Bukan dengan acaramake-outseperti saat Nadira masih sehat. Pria itu bahkan sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menyentuhnya selain memberikan kecupan di dahi dan pipi atau ciuman pendek saat Nadira memintanya. Tapi dengan memberikan apapun dan melakukan apapun y
Hari-hari Nadira dan Erhan mungkin terasa datar saja bagi yang memperhatikannya. Erhan bekerja, dan disela waktunya pria itu mengantarkan Nadira untuk pergi terapi. Ya, sebisa mungkin pria itu tidak pernah absen mengantarkan Nadira untuk melakukan fisioterapi. Bagi pria itu, melihat perkembangan Nadira setiap harinya merupakan kebanggan tersendiri. Setelahnya Erhan akan melakukan apapun yang Nadira inginkan. Entah itu berjalan-jalan, makan-makan, atau hanya duduk diam saja di rumah dan menonton acara di televisi. Entah itu tayangan film atau sekedar gosip. Yang jelas bagi Erhan, menghabiskan waktu bersama dengan Nadira adalah bentuk kebahagiaan.Hubungan Erhan dengan Fera bin Feri pun sudah mulai membaik. Erhan sudah bersedia membiarkan Nadira menerima video call dari Feri meskipun seringkali pria itu mencebik dan memalingkan muka dan bahkan meninggalkan Nadira untuk berbicara sendiri tanpa gangguannya.Fera yang takut akan berubah labih sep
Ya, tentu saja dia menginginkannya. Itulah jawaban dari pertanyaan dalam kepalanya. Nadira memandang pria itu dan tersenyum. “Untuk saat ini, aku mengingnkanmu.” Jawabnya lirih. Wajah Erhan kembali dibingkai senyum bahagia yang tentu saja menular pada Nadira. “Sekarang, apa kau mau memelukku?” pinta Nadira yang dijawab Erhan dengan anggukan dan kemudian lengan besarnya merengkuh tubuh Nadira lembut dan mendekap kepala Nadira di dadanya.“Seni seviyorum, Askim.” Ucap pria itu di atas kepala Nadira. “Aku mencintaimu, cintaku.” Ulang pria itu dalam bahasa yang lebih dimengerti Nadira. “Sudah malam, kembalilah tidur.” ucap Erhan tak lama kemudian seraya melepas pelukannya di tubuh Nadira.Nadira memandang pria itu dan mengedipkan mata sebagai tanda setuju. Erhan kemudian menekan tombol yang ada di sisi tempat tidur dan mengembalikan posisi ranjang pada kondisi berbaring datar.
Maap kalo banyak typo, Mimin belum sempet revisi karena pengen cepet-cepet update._____________________________________________Pria itu menarik napasnya dengan perlahan. “Jika ini membuatmu membenciku, tak masalah. Aku hanya perlu usaha lagi untuk membuatmu suka padaku.” Ucapnya dengan percaya diri yang dijawab kekehan Nadira. “Baiklah, darimana aku harus mulai?” tanyanya pada Nadira.“Dari awal?” Nadira balik bertanya.Erhan menganggukkan kepala. “Awal, ya?” ucapnya lirih. Ia kembali menarik napas panjang dan mulai bercerita. “Awal pertama pertemuan kita setelah insiden yang dialami Gisna. Apa kau ingat?” Nadira mengerutkan dahinya. Insiden? Insiden apa yang dimaksud pria itu? hal terakhir yang diingatnya tentang Gisna adalah ketidaksetujuannya atas pernikahan palsu sahabatnya itu. namun sekarang, saat melihat sahabatnya ber
"Memelukmu?" Tanya Erhan ragu. Entah kenapa mendengar permintaan gadis itu ia tiba-tiba merasa malu. Tanpa ia sadari, wajahnya memanas dan memerah seketika.Nadira memandang pria itu dengan heran. "Iya, memelukku. Kenapa? Kamu gak mau lakuin itu?" Tanyanya heran.Erhan bertingkah seperti gadis perawan yang hendak dipinang oleh pria pujaannya. Pria itu mengusap tengkuknya karena merasa kikuk. "Bukan begitu." Ujarnya lirih. "Hanya saja…""Hanya saja apa?" Tanya Nadira dengan nada menuntut."Aku takut tidak bisa menahan diri." Rengek pria itu, seperti bocah yang meminta mainan pada orangtuanya.Nadira terkekeh. Mau tak mau gadis itu memandang Erhan karena tingkah lucunya. "Jangan menertawakanku." Sergah pria itu dengan mimik cemberut. "Aku sudah menahan diri untuk tidak menyentuhmu saat kita dipingit. Dan aku juga sangat merindukanmu saat bajinga
Nadira menunggu. Di kamar inapnya yang sudah kembali sepi karena lagi-lagi, ia meminta ibunya, adiknya, Gisna dan juga sahabatnya Meta untuk pulang saja dan tak menemaninya tinggal.Mereka menolak, tentu saja. Karena mereka takut Nadira kesusahan jika membutuhkan sesuatu, terlebih jika ia memiliki kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi. Tapi lantas ia menghingatkan mereka bahwa ia menggunakan kateter urin yang meskipun terasa tak nyaman tapi harus digunakan untuk sementara waktu sampai minimal dia bisa duduk sendiri.Jam berlalu terasa lama baginya. Menunggu itu memang tidak nyaman. Dan setelah obat yang dikonsumsinya, menahan kantuk itu rasanya sangatlah susah. Tapi ia masih mencoba bertahan karena dia ingin bertemu dengan orang itu. Siapa lagi kalau bukan Erhan. Pria yang hanya akan datang padanya saat dia tidak sadar.Jam berlalu, dan tanpa sadar Nadira terbuai oleh kantuknya. Hingga kemudian dia bisa merasakan tangan s
Hari ini benar-benar melelahkan bagi Nadira. Fisik dan juga batinnya.Bagaimana tidak. setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter umum yang menanganinya. Nadira kemudian dialihkan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dia ‘dipaksa’ untuk mengingat dan menceritakan kejadian terakhir yang ada dalam kepalanya. Dan itu bukan hal yang mudah, mengingat banyaknya hal yang tidak bisa ingat dan bisa dia ingat dalam waktu bersamaan. Dan hal itu membuatnya merasakan sakit di kepala.Setelahnya ia melakukan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dengan tujuan untuk melihat keseluruhan organ dalam Nadira dengan lebih seksama untuk nantinya mereka melakukan penanganan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan amnesia yang Nadira miliki dan juga kelemahan otot yang membuatnya tidak bisa bergerak.“Secara keseluruhan, kondisi fisik Bu Nadira itu ada dalam keadaan prima.” Ucap dokter ahli sara