Home / Romansa / Unexpected Baby / Chapter 1 - Chapter 7

All Chapters of Unexpected Baby: Chapter 1 - Chapter 7

7 Chapters

Bab 1 Selamat Tinggal, Boston

Liburan musim panas sudah datang. Perlahan tapi pasti aku berkemas lagi lalu mencoret sebuah tulisan di catatan yang kubuat setelah memasukan sebuah mini dress kesayanganku yang berwarna erah muda dengan panjang sepaha ke dalam tas ransel. Sebuah mini dress yang pas digunakan anak remaja sepertiku yang masih berusia belasan tahun. Mungkin maksudku, akhir belasan tahun.Hari ini aku akan melakukan penerbangan menuju kota Liverpool tempat kakak angkatku, Gio, tinggal. Dia memintaku datang dan berkunjung. Dan berhubung aku memang ada urusan pekerjaan ke sana akhirnya aku memutuskan menemuinya. Selain itu, menyenangkan hati saudara angkatku yang hampir 2 tahun tidak kutemui rasanya bukan ide yang buruk. Seingatku, kami bahkan terakhir kali bertemu saat kami pulang ke rumah orangtua kami di kota London. Aku sendiri sekarang sedang melanjutkan kuliahku di Boston University. Ada sebuah rahasia
Read more

Bab 2 Keluarga Baru di Liverpool

Aku berjalan di samping Cody yang terus mengoceh. Dia sepertinya tidak berniat berhenti sedangkan aku tidak mempedulikannya. Bukankah kami sangat cocok? “Jadi di mana kakakmu? Siapa namanya, aku lupa saat kau memberitahukan namanya padaku di pesawat tadi?” “Gio,” jawabku dengan suara lemas. Dia bertanya sesuatu yang penting jadi aku patut menjawabnya. Kami terus berjalan dan aku melihat seorang lelaki yang tidak kukenali menulis nama “Cody Travis” di spanduk yang dibawanya. Aku menoleh ke belakangku dan Cody segera menyeretku mendekati orang tadi. “Matthew, apa kabar?” Cody benar-benar memeluk orang yang menjemputnya dengan erat. Mereka tertawa bersama lalu melepaskan pelukan mereka. “Aku baik, Cody. Bagaimana denganmu? Astaga, tubuhmu makin besar, kau pasti rajin berolahraga,” Matthew kembali tertawa sambil memegang bisep Cody yang makin membuatku muak. Kelakuan mereka sekarang sudah seperti pasangan gay.&
Read more

Bab 3 Balapan

“Aku melihatnya,” kataku dengan suara datar. “Jadi apa rencanamu sekarang? Kau mau kita melihat situasinya terlebih dahulu atau kau ingin melakukan sesuatu secepatnya?” “Tidak perlu terburu-buru, Code. Kita lihat saja apa yang dilakukannya. Bagaimana kau tahu tempat ini?” Cody tertawa. “Aku mendapatkan salinan target dari Ryan. Meskipun menjadi pendamping aku harus bisa memaksimalkan diriku. Sekali lagi kutanya apa yang akan kau rencanakan untuk menggagalkan rencana si brengsek itu?” “Kau akan tahu nanti, bisakah kau melawannya tapi jangan sampai menang. Kau harus mengalah apapun yang terjadi.” Aku memberikan intruksi pada Cody. Seperti tahu apa yang harus ia lakukan, Cody mengangguk dan aku turun dari motornya. Aku memperhatikan Cody yang perlahan mendekati target. Dia membuka helmnya dan bersalaman sebentar. Aku bisa melihat Cody mengajak pria itu tertawa. Badannya yang besar dan berotot bena
Read more

Bab 4 Kehidupan

Cody mengantarkanku sampai di depan gerbang rumah. Setelahnya dia pamit dan aku masuk ke dalam rumah. Gio yang sepertinya menungguku dengan segera membukakan pintu saat aku baru melangkah hendak membuka gerbang rumah. Dia melipat tangannya di dada dan aku bisa melihat wajahnya yang tegang. Aku melambai dengan senyum merekah tapi bukannya membalas Gio malah masuk ke dalam. Aku masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa di ruang tamu di mana Gio juga sedang duduk di sana. “Kau menungguku?” “Ya, ke mana saja kau?” tanya Gio ketus. “Kau baru sampai kemari dan sudah berhasil membuatku takut. Kau bahkan tidak mengangkat telponku.” Aku merogoh sakuku dan mengeluarkan ponselku. Benar sekali, ada 5 panggilan tidak terjawab dari Gio. “Maafkan aku.” “Kau bahkan belum tahu di mana letak dan alamat lengkap rumah ini, bagaimana jika temanmu tidak mengantarkanmu pulang?” katanya. Aku tahu dia sangat mengkhawatirkanku. Sungguh aku se
Read more

Bab 5 Email

Aku menggunakan kemeja putih dengan rok span hitam yang kupunya. Berjalan menggunakan sepatu hitam berhak 5 senti lalu berjalan mengantarkan dokumen penting milik Lucy ke mejanya. Kami saling tukar senyuman sampai akhirnya Lucy menyapaku duluan. “Terimakasih, Sam,” jawabnya dan aku hanya mengangguk. Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di kantor ini, dan pekerjaanku yaitu menjadi asisten Lucy. Membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya di kantor. “Apa kau mau kubuatkan kopi? Aku akan ke pantry.” Aku menawarinya dengan ramah. Meskipun dia teman serumahku tapi aku juga sadar bahwa sekarang dia juga sebagai atasanku, setidaknya selama kami di kantor. “Tolong, tapi jangan beri gula ya!” Aku mengangguk lalu meninggalkan meja Lucy, aku tahu dia sedang sibuk. Dan rasanya aku bisa mengerti bahwa dia belum sepenuhnya mempercayakan pekerjaannya untuk kubantu. Aku hanya bolak-balik ke mesin fotocopy
Read more

Bab 6 Shawn Blackmore

Aku memang tidak seharusnya mempercayai Cody. Ryan salah besar tentangnya! Bagaimana bisa sudah lewat 3 hari tapi pesananku tidak pernah sampai. Aku ingat betapa muaknya aku saat harus menghubunginya lewat telpon 2 hari yang lalu. “Bajingan!” sapaku tidak sabar saat mendengar suaranya menyapaku; Halo! Aku benar-benar tidak butuh basa-basinya. “Sweet, jangan marah-marah dulu! Aku tahu kau merindukanku tapi tidak perlu memakiku seperti itu juga.” “Demi neptunus, aku tidak pernah merindukanmu, Travis! Kau melupakan perintahku terakhir kali kita bicara. Kau dengar aku!” bentakku. “Jika kau tidak bisa membantu banyak mengapa tidak mundur saja dan biarkan orang yang lebih cekatan untuk membantuku!” “Aku cukup cekatan, Sweet. Masalah motor itu ya? Aku sedang melakukan sedikit modifikasi, Sweet. Jadi bisakah kau tenang dan membiarkanku tidur sebentar. Aku janji akan menyelesaikannya sabtu ini.” “Aku tidak percaya padamu,
Read more

Bab 7 Chris Williams

Aku harus berterimakasih pada Cody karena malam ini ia membuatku sangat senang setelah obrolanku dengan Shawn. Pria itu jelas-jelas berlebihan menanggapi hubungan kami. Kami hanya berciuman sekali dan dia sudah menganggapku lebih dari teman kencan. Aku akan menjadikan ini pelajaran bahwa tidak ada kencan kedua jika aku tidak menghendakinya sama sekali. Tidak peduli bagaimana orang-orang semacam Gio akan menceramahiku untuk tidak menjauhinya. Aku mengendarai Ninja putihku dengan cepat ke arena balap liar. Cody tidak ikut denganku dan katanya dia mau tidur saja karena gara-gara proyek motorku yang harus ia utak-atik beberapa hari ini membuatnya seperti vampire. Wajahnya pucat karena kelelahan dan kurang tidur. Area yang berupa jalanan beraspal nampak makin ramai saja. Aku sudah memakai stelanku malam ini. Hanya jaket kulit hitam yang berbeda dari yang kupakai minggu kemarin. Bahkan saking niatnya, aku memakai kaus hingga 4 lapis da
Read more
DMCA.com Protection Status