Aku berjalan di samping Cody yang terus mengoceh. Dia sepertinya tidak berniat berhenti sedangkan aku tidak mempedulikannya. Bukankah kami sangat cocok? “Jadi di mana kakakmu? Siapa namanya, aku lupa saat kau memberitahukan namanya padaku di pesawat tadi?” “Gio,” jawabku dengan suara lemas. Dia bertanya sesuatu yang penting jadi aku patut menjawabnya. Kami terus berjalan dan aku melihat seorang lelaki yang tidak kukenali menulis nama “Cody Travis” di spanduk yang dibawanya. Aku menoleh ke belakangku dan Cody segera menyeretku mendekati orang tadi. “Matthew, apa kabar?” Cody benar-benar memeluk orang yang menjemputnya dengan erat. Mereka tertawa bersama lalu melepaskan pelukan mereka. “Aku baik, Cody. Bagaimana denganmu? Astaga, tubuhmu makin besar, kau pasti rajin berolahraga,” Matthew kembali tertawa sambil memegang bisep Cody yang makin membuatku muak. Kelakuan mereka sekarang sudah seperti pasangan gay.&
Read more