Semua Bab One Sided Love (Kisah Cinta Raina): Bab 21 - Bab 30

34 Bab

Teman Kos (2)

  "Na, nanti tunggu dulu ya, kita nunggu yang mau bareng liat kos" ucap Yasmin saat mereka sampai di tempat kos yang mereka tuju. Seorang penjaga kos sudah menyambut mereka.    "Siapa?" Tanya Raina. Dia tidak tahu kalau Yasmin membuat janji dengan orang lain. Raina pikir hanya mereka berdua.   "Tunggu bentar, nanti juga lu tahu sendiri" balas Yasmin. Gadis itu mengetik pesan tulisan di ponselnya  "Na, nanti tunggu dulu ya, kita nunggu yang mau bareng liat kos" ucap Yasmin saat mereka sampai di tempat kos yang mereka tuju. Seorang penjaga kos sudah menyambut mereka.    "Siapa?" Tanya Raina. Dia tidak tahu kalau Yasmin membuat janji dengan orang lain. Raina pikir hanya mereka berdua.   "Tunggu bentar, nanti juga lu tahu sendiri"
Baca selengkapnya

Kenyataan yang Menyakitkan (1)

 "Aku lihat dulu ya, ada kemungkinan aku bareng kosnya sama pacar aku" jawab Radit.   Raina tersentak mendengar jawaban Radit.  "Pacar? Apa dia salah dengar?" Tanya Raina dalam hati.   "Pacar?" Tanya Raina. Rasa bahagia lenyap seketika dari hatinya.   "Iya, pacar aku kos sekitar sini juga" jawab Radit.   "Oh" jawab Raina pelan. Gadis itu langsung menunduk dalam, merasa bodoh. Bagaimana mungkin pria semanis dan sebaik Radit belum punya kekasih, bodohnya dirinya yang terlalu naif menyangka kalau Radit masih jomblo.   Di sisi lain, Yasmin hanya bisa menghela napas berat. Dia tahu apa yang sahabatnya itu rasakan. Ini akan menjadi kenyataan yang Menyakitk
Baca selengkapnya

Kenyataan yang Menyakitkan (2)

"Katanya lu mau beli makanan, kok malah kesini?" Tanya Raina bingung, yang dia tahu tempat ini untuk berbelanja.   "Iya, gue disini buat beli makanan, ada yang salah?" Tanya Tama, justru heran dengan pertanyaan Raina. Memang apa salahnya membeli makanan di swalayan, tanya Tama pada dirinya sendiri.   "Gue pikir elu mampir di kafe atau restauran atau food court untuk beli makanan" jawab Raina, menjelaskan maksud dirinya.   "Lebih hemat kalau masak" balas Tama dengan tenang.   "Masak?!" Raina terkejut sekaligus tertawa geli. Dia tidak sanggup membaya
Baca selengkapnya

Menumpang (1)

    Sudah seminggu terakhir Raina berusaha keras untuk melupakan Radit dalam hidupnya, tapi tentu saja sulit. Mereka masih tetap bertemu setiap hari, karena sudah mulai banyak tugas untuk junior baru yang harus dikerjakan bersama kelompok. Radit juga tidak mengetahui isi hati Raina, tentu saja lelaki manis itu tetap berlaku sopan dan baik pada Raina, membuat Raina bertambah sulit untuk melupakannya.    Minggu ini adalah minggu terakhir liburan Raina. Mulai minggu depan Raina mulai mengikuti kegiatan residensi di rumah sakit. Pagi ini Raina mulai mengemas barang-barangnya untuk pindah ke kamar kosnya. Gadis itu sudah sibuk dari pagi hari.   "Mau ibu antar jam berapa?" Tanya Ibu, tiba-tiba berada di depan pintu kamar Raina.   "Duh, Ibu. Buat Nana kaget aja." Balas Raina, dia terlalu serius mengemas barang sampai tidak menyadari kehadiran ibu di kamarnya.   "Kamu aja kagetan, orang ibu dari tadi berd
Baca selengkapnya

Menumpang (2)

 "Tsk, gue turun di depan" pinta Raina dengan ketus.  "Apaan sih?" Balas Tama, heran dengan permintaan tiba-tiba dari Raina. Pria itu tetap menyetir dengan tenang.  "Turunin gue di depan, gue enggak mau lagi menumpang sama elu" balas Raina, sengaja menekankan kata "menumpang" pada kalimatnya.   "Enggak mau," jawab Tama, masih tetap tenang.   "Turun enggak?! Apa gue harus lompat dari mobil?" Tanya Raina, sengaja mengancam.   "Silakan aja, tapi kalau elu kenapa-kenapa gue enggak tanggung jawab ya" balas Tama lagi, masih dengan ekspresi datar saja. Tapi sebenarnya lelaki itu merasa khawatir juga dalam hatinya.   "Sial!" Maki Raina dalam hati, dia hanya ingin mengancam Tama pada awalnya, tapi sialnya lelaki itu justru malah terlihat santai dan tenang. Tentu saja Raina tidak berani untuk melompat, dia masih punya akal sehat dan masih sayang dengan nyawanya sendiri. Gadis itu hanya mende
Baca selengkapnya

Menumpang (3)

  "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin.   "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin.    Yasmin teringat cerita Radit beberapa hari terakhir. Radit cukup nyaman untuk berkeluh kesah dengan Yasmin, mungkin karena Radit tahu Yasmin punya hubungan serius dengan kekasih Yasmin dan gaya berpacaran Yasmin dan kekasihnya dewasa sekali. Radit mengagumi itu, berbeda dengan gaya pacaran dirinya dan Irna. Kekasihnya masih manja, seenaknya dan jauh dari kata dewasa. Setiap hari selalu ada saja bahan untuk bertengkar. Radit kadang merasa lelah sendiri menghadapi sikap kekanakan dari Irna. 
Baca selengkapnya

Putus (1)

  "Oke, Raina ikut juga" ucap Radit.   "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu.  "Oke, Raina ikut juga" ucap Radit.   "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu.  Beberapa detik kemudian Tama terlihat menuruni tangga. Raina yang pertama menyadari, dia langsung melirik kesal ke arah Tama.  "Buat apa si kanebo kering itu ikut-ikutan?" Batin Raina dalam hati.
Baca selengkapnya

Putus (2)

 (3 menit sebelumnya)   "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit, beranjak pergi menuju sudut di luar bioskop.  "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit berdiri, dia tidak bisa menjawab telepon Irna di tengah suasana gaduh begini. Pasti kekasihnya itu akan bertambah kesal.    "Jangan lama-lama, bentar lagi teaternya mau buka" balas Raina, mengingatkan. Radit mengangguj sambil melambaikan tangannya.   "Ada yang mau beli minum?" Tanya Yasmin, Raina langsung mengiyakan.   "Gue enggak, enggak seru nonton sambil makan minum, terlalu mengganggu" balas Tama, menggeleng. Dia lebih suka menikmati film tanpa gangguan makan dan minum. Sayang sekali kal
Baca selengkapnya

Putus (3)

   Entah Raina harus bahagia atau justru waspada dengan keadaan yang saat ini dia hadapi, yang pasti selama Radit putus dari kekasihnya, lelaki itu selalu menempel pada Raina, dimana pun dan kapan pun. Tidak terasa sudah dua minggu Radit putus dari Irna. Dalam hati Radit merasa sangat nyaman, tidak ada lagi yang mengatur dengan kejam semua kehidupannya. Dia bisa menjalani kehidupan residensi dengan nyaman. Semakin hari keduanya semakin lengket, dimana ada Raina pasti ada Radit disana.   "Na, selesai dari rumah sakit, kita makan dulu ya sebelum pulang ke kos" ajak Radit disela-sela acara ilmiah.   "Em" balas Raina langsung mengiyakan tanpa pikir panjang, dia bahkan lupa kalau hari ini orang tuanya datang untuk melihat kamar kosnya. Sudah dua minggu Raina belum juga mengizinkan ayah ibunya untuk datang.   "Oke!" balas Raina dengan bersemangat sambil mengacungkan jempolnya. Dia selalu senang setiap diajak makan
Baca selengkapnya

Putus (4)

   "Apa Kakak enggak kangen sama aku? Setelah putus Kakak sama sekali enggak pernah hubungi aku," keluh Irna. Dia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Radit padanya setelah putus. Irna pikir Radit akan mengejar-ngejar dirinya setelah dia meminta putus, tapi kenyataannya justru Radit malah mendiamkan dirinya dan sama sekali tidak pernah menghubungi dirinya.     "Aku rasa, kita butuh momen untuk sama-sama sendiri, supaya kita bisa pikirkan bagaimana hubungan kita selama ini" balas Radit. Dia masih sangat menyukai Irna, tapi kembali menjadi kekasih Irna masih sedikit sulit bagi Radit. Lelaki itu masih butuh waktu untuk memikirkan hubungan mereka yang dia rasa mulai tidak sehat.     "Aku kangen Kakak" ucap Irna tiba-tiba. Dia merasa harus jujur tentang hal ini.     "Rindu?" ucap Radit dalam hati, dia cukup terkejut dengan kejujuran Irna. Detak jantung Radit menjadi cepat saat mendengar ucapan mantan kek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status