Home / Romansa / CAN'T STOP (INDONESIA) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of CAN'T STOP (INDONESIA): Chapter 21 - Chapter 30

97 Chapters

20. Two Mysterious People

    Julia berjalan sendirian di pinggir jalanan kota New York yang ramai. Sesuatu yang sangat jarang ia lakukan, sebab ia terbiasa pergi keluar rumah dengan ditemani oleh seseorang—misalnya sang kakak. Walau kakaknya menemaninya dengan setengah terpaksa, tetapi itu saja sudah merupakan sesuatu yang bagus. Namun, karena hari itu Louis terlihat begitu sibuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari kamar dan pergi menemani sang adik jalan-jalan di luar.Julia sangat paham dengan kesibukan sang kakak, dan tidak ingin menganggu pekerjaan yang digeluti olehnya. Kakaknya itu memang sedang menyiapkan sebuah kegiatan amal di salah satu panti asuhan di dekat balai kota, yang berarti lokasinya juga tidak terlalu jauh dari kantor gubernur. Sebuah lokasi yang pas untuk sebuah tempat yang sering dilalui oleh orang-orang. Apalagi Louis begitu senang ketika bepergian ke sana, tidak terlihat seperti dirinya yang biasanya. Di s
Read more

21. Julia's Kidnap!

    Julia terus berlari, tak memedulikan kakinya yang terluka, tak peduli dengan dadanya yang lagi-lagi terasa sesak. Walaupun harus memaksakan dirinya sendiri untuk terus berlari dari kejaran dua orang misterius yang begitu bersemangat mengejarnya. Ia harus segera pergi dari sini.    Walau dengan lutut yang masih terluka dan terus mengeluarkan darah, tetapi Julia tidak ingin menyerah begitu saja. Sudah cukup ketakutannya di hari itu, sudah cukup trauma yang ia rasakan kala itu di waktu dan dengan orang yang berbeda. Julia tidak ingin lagi mengalaminya!    Satu di antara kedua orang bertopeng itu tiba-tiba saja menghentikan larinya. Dia lalu berdiri diam menatap kepergian Julia bersama pria bertopeng hitam yang masih sibuk mengejar sang gadis Peterson. Ia lalu menyimpan kembali alat setrum listriknya, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk melump
Read more

22. Behind The Mission

    "Hei, kau yakin sudah menghubungi Javier dan dia benar-benar sudah ada di depan gang ini?" tanya Daniel tiba-tiba. Dari kesan yang ditunjukkan, sepertinya ia kurang percaya dengan ucapan sahabatnya sendiri—Mark.    "Kau meragukanku?" Nada suara Mark naik sedikit. Perasaannya tengah campur aduk sekarang, dan Daniel berniat memancingnya lebih besar lagi? Jangan bercanda!    "Tidak, aku percaya padamu," jawab Daniel cepat. Tidak biasanya ia mengalah kepada Mark, terkadang ia sendiri yang sering memulai pertengkaran dengan pemuda Simpson itu. Akan tetapi, kali ini biarlah dia mengalah dengan cara tidak menanggapi suasana hati sahabatnya yang tengah memburuk.    Dan benar saja apa yang telah Mark ucapkan, Javier memang sudah berada di depan pintu keluar dari gang kecil itu dengan mobil merah kesayangannya. Pemuda yang jauh lebih muda dari Daniel dan Mark it
Read more

23. The Victory Is Almost In Sight

    Sesaat sebelum Julia tertangkap....    Di suatu komplek perumahan yang cukup ramai penduduknya meski tak selalu berbaur antara satu tetangga dengan tetangganya yang lain, berdirilah satu rumah besar dan megah yang kentara sekali menunjukkan strata tinggi kelas sosialnya.    Walaupun sering terkena sinar matahari yang panas, atau musim dingin yang membekukan, tetapi rumah dengan interior menarik serta taman bunga di halaman depannya itu tetap berdiri kokoh, tak mengenal musim yang berganti-ganti setiap beberapa bulan sekali di sekitarnya.    Walau memiliki ukuran yang besar dan halaman belakang yang terhampar begitu luas, sama sekali tak terlihat adanya aktivitas yang berarti di sekitar rumah itu.    Rumah besar itu adalah satu-satunya tempat tinggal di tengah pemukiman yang terlihat begitu sepi dari luar. Bahkan dari gerban
Read more

24. Nostalgia

    "Hari ini, aku akan minum sepuasnya!" gumam Louis sambil menenggak habis segelas vodka yang ada di gelas sloki, lalu menaruh kembali gelasnya dengan cepat ke atas meja.    Sore hari menjelang malam, di saat ada banyak sekali orang-orang berjas dan berpenampilan rapi yang baru saja pulang dari aktivitasnya bekerja seharian dan tampak memenuhi jalanan dengan kendaraan roda empat, di waktu itulah Louis Peterson menghabiskan waktunya dengan cara bersenang-senang sendirian di sudut bar langganan, sembari meminum beberapa gelas sloki berisi cairan tanpa warna yang bening yang memiliki kadar alkohol cukup tinggi.    Pria berusia 27 tahun itu masih terlihat normal, meski sudah menghabiskan tujuh gelas minuman beralkohol dalam beberapa kali tegukan. Louis yang sekarang memang cukup tahan dengan kadar alkohol dari minuman keras jenis apa pun yang dia minum, tidak seperti dirinya yang dulu.
Read more

25. Basement

    "Hei, Vi, masih lama?" Daniel mengetuk-ngetuk setir mobil yang ia kemudikan. Sudah lebih dari tiga jam mereka berkendara dari pusat kota ke sekitar pegunungan dekat perbatasan, mencari keberadaan rumah lama Javier yang tersembunyi di dalam gunung.    Wajar Daniel tak tahu rumah lama keluarga Leckner, sebab dia hanya tahu rumah baru yg anak-anak itu tempati saja. Berbeda dengan Mark, pemuda itu sudah sering berkunjung ke rumah lama Javier saat keduanya masih anak-anak.Javier terlihat tak acuh. Dia terlalu sibuk dengan ponsel di tangannya. Sebab ada pesan yang harus dia balas dan ada sesuatu yang harus dia periksa dengan saksama. Melihat sikap sahabatnya itu, Daniel mendengkus seketika. "Aku tak masalah mencari rumahmu ke sana kemari dengan mobil yang bukan tipe offroad ini," komentarnya lagi dengan suara yang dinaikan sedikit. "Yang paling aku pikirkan itu adalah bagaimana jika gadis ini bangun di tenga
Read more

26. Feeling Worried

    Pukul delapan malam, suasana kota yang gemerlap dari atas bangunan tinggi akan memanjakan mata setiap orang yang kebetulan menyaksikannya. Lalu lalang kendaraan, terdengar begitu bising, memecah kesunyian malam. Di tengah-tengah waktu itu, ada seorang pemuda yang baru saja bangun dari tidurnya karena udara di sekitarnya yang terasa panas.    Jacob lantas terduduk, mengerjap-ngerjapkan kedua matanya perlahan, lalu mengedarkan mata ke sekitar. Dia sempat mendapat mimpi buruk, mimpi yang terasa nyata sekali, tetapi dia tak tahu apa itu. Matanya lantas terpaku pada jam dinding yang menunjukkan pukul delapan, dengan jarum panjang yang mengarah ke angka 20. Hampir setengah sembilan, dan hari sudah gelap.    Sembari menghela napas perlahan, Jacob turun dari atas ranjang dan membuka laci meja kecil di samping ranjangnya. Lalu mengambil ponsel, dan menjelajah setiap isinya, hanya demi memeriksa sesuat
Read more

27. Just Regretful

    Julia menundukkan kepala, air matanya menetes secara perlahan, hingga tak berhenti mengalir membasahi pipi. Seberapa keras pun dia mencoba menggerakkan kedua tangannya, hasilnya akan tetap sama. Tak berhasil. Tangannya terikat kuat oleh sesuatu.    Entah tali atau benda panjang lainnya.    Julia tidak mengerti, apa yang membuatnya terjebak di tempat mengerikan dan gelap seperti itu? Apa salahnya?Kegelapan di sekitar perlahan mulai menyelimuti. Dirinya benar-benar merasa takut. Apa yang akan terjadi kepadanya jika terus berada di sana? Untuk apa orang-orang itu membawanya ke tempat yang gelap dan pengap seperti ini?Apa dia menjadi korban penculikan? Tapi ... atas dasar apa orang-orang itu menculiknya? Apa yang mereka inginkan dari Julia yang tidak punya apa-apa ini. Dia memang dari keluarga kaya, apa itu alasan orang-orang yang tadi mengikutiny
Read more

28. Just Hope

    Papa, Mama ... aku mau pulang. Pulang ke rumah. Papa ... Jacob ... tolong aku, Jacob .... Julia membatin dalam tangisnya. Ia menangis, tersedu-sedu walau tak ada isakan lirih yang keluar dari mulutnya yang tertutupi lakban hitam.    Namun, air matanya mengalir dengan deras dari telaga bening miliknya. Gadis itu ketakutan, kesepian dan merasa ingin pulang dan menemui keluarganya yang ada di rumah. Julia berjanji, akan menjadi anak yang lebih baik dan rajin lagi di rumah. Serta dia akan hidup lebih berhati-hati lagi nantinya.    Asalkan dia pulang ke rumah, izinkan dia pulang ke rumah dan kembali bersama keluarganya.    Untuk apa menyekapnya di tempat itu? Akan diapakan dia di sana? Apa maksud mereka menjadikan Julia target penculikan? Padahal ... ada banyak orang yang bisa mereka bawa selain Julia tentu saja. Julia merasa takut sekali, ia ingin segera pulang
Read more

29. She Don't Wanna Eat

    Hari Senin, pagi-pagi sekali, di saat fajar belum menampakkan diri, Javier sudah berangkat dari kediamannya menggunakan mobil pribadi untuk segera pergi ke rumah lamanya yang berada di kaki gunung. Dengan meninggalkan secarik kertas catatan di atas meja makan yang sudah diisi dengan sepiring bacon dan telus goreng buatannya, Javier berangkat tanpa memberitahu sang kakak.    Setidaknya, dia pergi setelah menyiapkan sarapan untuk kakaknya. Memang masakan itu tidak wajib dilakukan, sebab biasanya Jacob lah yang membuatkan sarapan untuk mereka, tetapi untuk kali ini, Javier tak suka menunggu hingga kakaknya itu bangun dari tidur. Ia akan pergi di saat hari masih gelap, dan menyempatkan diri membuatkan sarapan juga untuk Jacob.    Di tengah perjalanan, Javier mampir dulu ke sebuah minimarket langganannya. Tentu saja untuk membeli makanan siap saji dan beragam minuman juga cemilan teruntuk dua oran
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status