Share

Bab 3

Penulis: Inaya Barakah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 10:25:45
Malam itu, aku bermimpi aneh.

Dalam mimpi, aku melihat ibuku membelakangiku, sibuk mencuci pakaian. Tak peduli berapa kali aku memanggilnya, dia tak menghiraukanku.

Aku pun berjalan mendekat dan menepuk bahunya.

Dia menoleh, wajahnya penuh dengan sisik berwarna merah darah, kulitnya kencang dan mengecil. Lidahnya yang bercabang keluar masuk dengan suara berdecit pelan, seperti ular.

Aku langsung terbangun, tubuhku basah oleh keringat dingin yang meresap hingga ke kasur.

Sepanjang hari itu, saat mengikuti kelas daring, pikiranku benar-benar kacau. Bayangan tentang sosok ibu yang menyerupai monster ular dalam mimpi terus menghantuiku.

Beberapa hari berikutnya, setiap hari ibu berlutut di depan patung ular itu, membakar dupa dan bersujud.

Entah karena sering dibersihkan atau alasan lain, warna patung itu terlihat semakin gelap. Sisik-sisiknya juga tampak mulai terbuka, seperti ular sungguhan yang sedang melingkar di sana. Jika dilihat sepintas, sulit membedakannya dengan ular asli.

Aku yang masih trauma dengan mimpi buruk malam itu, membeli berbagai jenis aroma terapi untuk membantu kualitas tidurku. Aku juga meletakkan sebungkus belerang yang kubeli di Shopee di bawah bantal. Baru setelah itu, aku merasa lebih tenang untuk tidur.

Sebulan kemudian, kulit ibu benar-benar terlihat lebih halus dan lembut. Namun, setiap kali dia berkeringat setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, terkadang ada aroma amis samar yang keluar dari tubuhnya.

Aromanya seperti bau ikan, tapi tidak sepenuhnya sama.

Di sisi lain, ayahku tampak semakin lelah. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas dan tubuhnya menjadi lebih kurus.

Namun, aku tidak heran. Bagaimana tidak? Orang tuaku yang sudah berusia lima puluhan itu hampir melakukan hal itu setiap malam. Aku sampai harus memakai penutup telinga untuk bisa tidur.

Entah dari mana datangnya semangat untuk mereka yang sudah berusia lima puluhan!

Perutku merasa nyeri lagi, itu tanda bahwa sudah waktunya menstruasi. Aku pun buru-buru ke kamar mandi.

Saat keluar, aku bertemu dengan ayahku yang baru saja pulang dari pasar, dia membawa sekantong daging dan telur.

"Ayah, kenapa wajahmu begitu pucat?"

Bibirnya tampak keunguan, napasnya tersengal-sengal, seperti suara sapi kehabisan napas.

Dia menundukkan badan, melambaikan tangan dan menjawab, "Nggak apa-apa, nak. Ayah hanya terburu-buru tadi. Cukup istirahat sebentar saja."

Namun, aku melihat sesuatu yang aneh di lehernya, ada luka kecil berwarna ungu kemerahan.

"Ayah, lehermu kenapa?" tanyaku, sambil mendekat untuk melihat lebih jelas.

Ayah tampak canggung, buru-buru menaikkan kerah bajunya.

"Oh ... ini nggak sengaja. Ibumu bercanda tadi pagi, terus nggak sengaja menggigitku. Bukan luka serius."

Gigitan ibuku?

Tapi terlihat jelas ada dua lubang kecil di luka itu, seperti bekas gigitan ular!

Aku ingin bertanya lebih jauh, tapi ayahku tiba-tiba terjatuh ke lantai. Tubuhnya kejang-kejang dan mulutnya berbisa.

Aku dan ibuku panik, langsung menelepon ambulans.

Di rumah sakit, setelah proses penyelamatan yang panjang, akhirnya dokter memberitahu bahwa ayahku selamat.

Karena harus dirawat di rumah sakit, ibuku pulang untuk mengambil barang-barang kebutuhan.

Diriku sebagai keluarga pasien, diajak dokter ke ruangannya. Wajah dokter tampak serius.

"Maaf, tapi kalian pelihara ular beracun di rumah, ya? Banyak anak muda yang suka memelihara hewan aneh seperti itu sekarang! Apa ular berbisa boleh sembarangan dipelihara?"

Aku terkejut dan segera menyangkal bahwa kami tidak memelihara hewan di rumah.

Dokter semakin marah, dia berkata, "Nggak pelihara? Kalau nggak, lalu bagaimana ayahmu bisa terkena racun bisa ular?! Untung saja segera ditangani, kalau nggak, dia bisa meninggal, kamu tahu nggak?!"

Setelah aku bertanya lagi, dokter akhirnya menjelaskan bahwa ayahku terkena bisa ular dari jenis viper hijau.

Ular jenis ini biasanya tidak ada di daerah kami tinggal. Itulah sebabnya dokter yakin ada orang yang memelihara ular itu di rumah.

Aku berjalan keluar dari ruangan dokter dengan pemikiran yang kacau balau.

Daerah ini sedang musim dingin, tidak mungkin ada ular. Bahkan jika ada pun, kami tinggal di apartemen, bagaimana bisa ular seperti itu muncul?

Aku langsung teringat patung ular yang dibawa ibuku dari Xaver.

Namun, bagaimana mungkin patung itu hidup dan menggigit ayahku?

Malam itu, aku duduk di samping ranjang ayah, memegang tangannya erat-erat. Seketika, aku merasa takut.

Jika terlambat sedikit, aku mungkin akan kehilangan ayah.

Sekitar pukul sepuluh malam, ibuku belum juga kembali ke rumah sakit. Aku mulai khawatir, setelah meminta perawat menjaga ayah, aku memutuskan untuk pulang.

Sampai di bawah apartemen, aku melihat semua jendela rumah gelap.

Apa ibu nggak ada di rumah?

Ke mana ibuku?

Rumahku di lantai 10 dan lift terjebak di lantai 26 karena renovasi. Aku tak sabar menunggu dan memutuskan untuk naik tangga ke lantai 10.

Saat membuka pintu, rumah gelap gulita, tetapi terdengar suara aneh dari dapur.

Aku mengambil sapu yang ada di dekat pintu, berjalan pelan menuju dapur.

Di bawah sinar bulan, aku melihat ibuku duduk di lantai dapur dan sedang mengunyah sesuatu.

Di sampingnya ada kantong plastik hitam dan suara krek-krek itu berasal dari dalam kantong tersebut.

Aku hendak mendekat untuk melihat lebih jelas, tetapi tiba-tiba sesuatu melayang ke arah wajahku. Aku pun menjerit terkejut.

Benda itu hampir mengenai wajahku, baunya amis dan terasa lengket.

Jeritanku menarik perhatian ibu dan dia berhenti mengunyah. Ibu pun mengambil seekor katak dari kantong plastik itu.

Aku berusaha menenangkan diriku sendiri dan memastikan bahwa benda itu adalah katak.

"Bu, kamu makan ini?!"

Suaraku bergetar dan hampir tidak percaya melihat ini.

Ibuku dengan enggan membuang katak itu. Mungkin karena terlalu erat digenggam, katak itu melompat dua kali sebelum akhirnya tak bergerak.

Ibu buru-buru mengelap tangannya di celemek dan berkata gugup,

"Jangan takut, Luna. Ibu hanya mau memasak sup katak. Katanya bagus untuk kesehatan. Ini semua dibeli di pasar tadi pagi."

Tapi aku melihat jelas, aku melihat dia memakan katak itu mentah-mentah.

Entah karena pengaruh gelap atau mataku yang salah lihat, aku sepertinya melihat pupil ibuku berubah menjadi vertikal seperti mata ular.

Namun begitu dia menyalakan lampu, pupilnya kembali normal.

"Ibu belum selesai masak, kamu bantu ibu ambil pakaian untuk dibawa ke rumah sakit, ya? Kita harus menemani ayahmu di rumah sakit beberapa hari ini."

Aku mengangguk dan meletakkan sapu, lalu masuk ke kamar mereka.

Ibuku sedang sibuk di dapur, jadi tidak memperhatikanku. Pikiranku terus kembali ke ucapan dokter di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku mendekati patung ular itu.

Aku bahkan memberanikan diri untuk menyentuhnya.

Patung itu terasa dingin seperti logam, tapi ada sesuatu yang salah.

Wajah patung ular itu tampak berbeda dari sebelumnya, tetapi aku juga tak bisa menjelaskan dengan pasti apa yang berubah.

Sampai aku melihat foto pernikahan orang tuaku di dinding, aku baru sadar apa yang membuatku merasa aneh.

Wajah patung ular itu semakin lama semakin mirip dengan wajah ibuku.

Bab terkait

  • Misteri Ular Xaver   Bab 4

    Ada semangkuk kecil darah yang dipersembahkan di depan patung ular itu.Aku bergegas ke kamar mandi dan benar saja, tempat sampah di sana sudah kosong lagi.Dari arah dapur sama sekali tidak terdengar suara. Saat aku menoleh, aku mendapati ibuku berdiri di pintu dapur, hanya menampakkan separuh wajahnya. Entah sudah berapa lama dia diam-diam memperhatikanku.Ketika aku menatapnya, dia memaksakan senyuman dan berkata bahwa makanan sudah siap. Dia menyuruhku makan sendiri di rumah, karena dia harus kembali ke rumah sakit untuk menjaga ayahku.Setelah ibuku pergi, aku melihat makanan di meja makan, termasuk katak-katak tadi, aku merasa mual.Bahkan nasi putih terlihat seperti semangkuk belatung yang bergerak-gerak.Aku langsung membuang semua makanan itu ke tempat sampah dan mengeluarkan ponselku untuk menelepon Feby, teman asramaku di kampus.Feby berasal dari Xaver dan menurut ceritanya, neneknya adalah seorang dukun di sebuah desa kecil.Kami semua di asrama tidak pernah percaya pada h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 5

    Aku menutup jendela rapat-rapat dan memastikan pintu kamar terkunci dari dalam.Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki di lorong. Suara itu terdengar tidak terlalu jauh, seperti seseorang yang sedang mondar-mandir di depan pintu kamarku.Namun, sepertinya dia tidak bisa memastikan aku ada di dalam kamar.Mungkin benar, abu dupa yang disebarkan di sudut-sudut kamar seperti saran Feby benar-benar berfungsi.Asalkan aku tidak bersuara, dia tidak akan bisa menemukan lokasiku dengan pasti.Kemudian, aku mendengar suara pelan dari balik pintu."Lapar ... aku lapar sekali ... "Sosok itu terus berjalan mondar-mandir di depan pintu selama lebih dari sepuluh menit sebelum akhirnya pergi tanpa suara.Dalam situasi seperti ini, mana mungkin aku bisa tidur? Aku bahkan tak berani bergerak sedikit pun.Aku takut benda itu akan menempelkan telinganya ke pintu dan mendengarkan pergerakanku di dalam kamar.Aku ketakutan dan tidak berdaya. Tubuhku gemetar di balik selimut, menunggu hingga f

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 6

    "Kok ibu sudah pulang? Bagaimana kondisi ayah?"Ibu menatapku dengan dingin tanpa menjawab. Matanya melirik ke arah altar di kamar."Mana barangnya?"Aku pura-pura tidak tahu.Mata ibu memerah, suaranya terdengar berat dan lengket, "Darah di altar itu, di mana?"Aku menjawab, "Sudah kubuang."Mendengar jawabanku, ibuku langsung marah, dia berteriak padaku, "Kenapa? Kenapa kamu buang?! Ayahmu baru saja bangun dan langsung mau mencari perempuan jalang itu! Dia bahkan mau cerai denganku!""Semua ini salahmu! Kenapa kamu buang darah itu?!!!"Aku terdiam mendengar kata perempuan jalang.Jadi, ternyata ibu sudah tahu selama ini ...Aku teringat kejadian tahun lalu, di hari valentine. Aku dan pacarku sedang makan malam di restoran mewah, aku tak sengaja melihat ayah sedang mengenakan kalung ke leher seorang wanita muda yang cantik.Saat itu, ayah langsung berlutut di hadapanku, memohon agar aku tidak memberitahu ibu.Dia bahkan bersumpah akan mengakhiri hubungannya dengan wanita itu.Aku per

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 7

    Orang-orang dari suku Xaver tahu bahwa memelihara roh ada aturan yang harus diikuti.Biasanya, penyembah adalah roh induk, sementara roh anak adalah pihak yang menerima persembahan, seperti dewa ular. Ketika roh anak meminum darah roh induk, maka akan terbentuk ikatan darah di antara mereka, membuat keduanya menyatu secara spiritual.Oleh karena itu, orang yang memelihara roh tidak pernah menggunakan darah mereka sendiri untuk memberi makan roh.Aku teringat bagaimana wajah patung ular itu semakin mirip dengan wajah ibu, ditambah dengan adegan ibu menelan katak hidup-hidup. Seketika, aku merinding.Jangan-jangan, ini bukan pertama kalinya ibu menggunakan darahnya sendiri untuk memberi makan roh?Aku ingat mangkuk di altar itu selalu terisi darah. Kalau hanya menggunakan darahku, tidak mungkin bertahan selama sebulan.Kemungkinan besar, ibu sudah menggunakan darahnya sendiri sejak awal.Setelah menyadari hal itu, aku dan Tante Julia segera bergegas ke rumah sakit.Namun, ibuku tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 8

    Tubuh ibu mulai berbuih di tempat yang terkena belerang. Dia kesakitan dan berguling-guling di lantaiTante Julia datang tepat waktu, dia mengeluarkan tengkorak kecil berwarna cokelat dari kantongnya dan mulai membacakan mantra sambil mengarahkan tengkorak itu ke patung ular.Patung ular itu mengeluarkan asap dan menyebarkan bau amis yang menyengat di udara.Namun, tak lama kemudian, asap itu mulai mereda. Aku merasa mendengar suara tawa mengejek dari dalam patung ular itu."Kamu pikir aku nggak punya cara untuk melawanmu?!"Di sekitar, terdengar suara desis seperti sekelompok ular merayap di lantai.Aku melihat ke bawah dan menyadari bahwa muncul kabut hitam yang perlahan menjadi wujud ular-ular kecil di dinding ruangan, mereka merayap mendekati kami.Namun, Tante Julia tetap tenang. Dia mengeluarkan tiga batang dupa, membasahinya dengan darah dari jari tengahnya, lalu menyalakan dupa tersebut.Dia membacakan mantra dalam bahasa yang tak kumengerti. Perlahan, ular-ular hiram itu mulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 1

    Setelah menginjak umur 45 tahun, ibuku menjadi sangat terobsesi dengan kecantikan.Dia membeli skincare yang harganya jutaan, melakukan perawatan mahal seperti thermage ... tapi semua itu tak bisa menghentikan kulitnya yang semakin kendur dan kerutan yang mulai muncul.Tahun lalu, dia ikut tur ke Xaver, aku dan ayah yang menjemputnya di bandara.Namun, kami tak melihat kopernya, yang ada malah sebuah kotak kayu kecil yang dia pegang dengan hati-hati di tangannya.Ibuku terlihat sangat semangat di mobil, mengatakan bahwa di dalam kotak itu ada benda berharga, yaitu Vasuki, yang dia beli dengan harga mahal. Katanya, patung itu bisa membuatnya semakin muda dan kulitnya menjadi halus seperti kulit gadis muda.Aku sudah tidak kaget mendengar kata-kata seperti itu. jadi hanya menjawab seadanya.Ayahku menghela napas, "Mahal? Aduh ... kamu membuang-buang uang lagi ... ""Itu bukan buang-buang uang, kalau istrimu jadi lebih cantik, bukannya kamu juga yang ikut bangga?!"Ujar ibuku, dia begitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 2

    "Bu, apa yang sedang kamu lakukan?! Hentikan!"Aku mencoba merebut mangkuk kecil itu. tapi ibuku langsung memegang tanganku dengan erat."Luna, tolong bantu itu. Ibu nggak pernah meminta apa-apa darimu sebelumnya. Ibu bahkan sudah membesarkanmu sampai sebesar ini, bantu ibu sekali saja ... "Usai bicara, dia mengambil gunting dari lantai belakangnya, lalu tanpa ragu memotong rambut panjangku.Ibu melepaskanku, lalu mengambil potongan rambut itu dan melilitkannya di kepala patung ular.Aku ingin menghentikannya, tapi tiba-tiba tubuhku terasa kaku, seperti ada sesuatu yang menahanku."Bu, jangan seperti ini ... "Aku panik, suaraku bahkan bergetar hampir menangis, tapi dia seolah tak mendengar.Setelah selesai melilitkan rambut, ibuku berlutut di lantai, membakar dupa dan bersujud dengan hormat di depan patung ular itu.Setelah semuanya selesai, dia menatap patung itu dengan ekspresi tegang sekaligus penuh harap. Seketika, aku merasakan sesuatu di belakangku, sesuatu yang basah menyentuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Misteri Ular Xaver   Bab 8

    Tubuh ibu mulai berbuih di tempat yang terkena belerang. Dia kesakitan dan berguling-guling di lantaiTante Julia datang tepat waktu, dia mengeluarkan tengkorak kecil berwarna cokelat dari kantongnya dan mulai membacakan mantra sambil mengarahkan tengkorak itu ke patung ular.Patung ular itu mengeluarkan asap dan menyebarkan bau amis yang menyengat di udara.Namun, tak lama kemudian, asap itu mulai mereda. Aku merasa mendengar suara tawa mengejek dari dalam patung ular itu."Kamu pikir aku nggak punya cara untuk melawanmu?!"Di sekitar, terdengar suara desis seperti sekelompok ular merayap di lantai.Aku melihat ke bawah dan menyadari bahwa muncul kabut hitam yang perlahan menjadi wujud ular-ular kecil di dinding ruangan, mereka merayap mendekati kami.Namun, Tante Julia tetap tenang. Dia mengeluarkan tiga batang dupa, membasahinya dengan darah dari jari tengahnya, lalu menyalakan dupa tersebut.Dia membacakan mantra dalam bahasa yang tak kumengerti. Perlahan, ular-ular hiram itu mulai

  • Misteri Ular Xaver   Bab 7

    Orang-orang dari suku Xaver tahu bahwa memelihara roh ada aturan yang harus diikuti.Biasanya, penyembah adalah roh induk, sementara roh anak adalah pihak yang menerima persembahan, seperti dewa ular. Ketika roh anak meminum darah roh induk, maka akan terbentuk ikatan darah di antara mereka, membuat keduanya menyatu secara spiritual.Oleh karena itu, orang yang memelihara roh tidak pernah menggunakan darah mereka sendiri untuk memberi makan roh.Aku teringat bagaimana wajah patung ular itu semakin mirip dengan wajah ibu, ditambah dengan adegan ibu menelan katak hidup-hidup. Seketika, aku merinding.Jangan-jangan, ini bukan pertama kalinya ibu menggunakan darahnya sendiri untuk memberi makan roh?Aku ingat mangkuk di altar itu selalu terisi darah. Kalau hanya menggunakan darahku, tidak mungkin bertahan selama sebulan.Kemungkinan besar, ibu sudah menggunakan darahnya sendiri sejak awal.Setelah menyadari hal itu, aku dan Tante Julia segera bergegas ke rumah sakit.Namun, ibuku tidak ada

  • Misteri Ular Xaver   Bab 6

    "Kok ibu sudah pulang? Bagaimana kondisi ayah?"Ibu menatapku dengan dingin tanpa menjawab. Matanya melirik ke arah altar di kamar."Mana barangnya?"Aku pura-pura tidak tahu.Mata ibu memerah, suaranya terdengar berat dan lengket, "Darah di altar itu, di mana?"Aku menjawab, "Sudah kubuang."Mendengar jawabanku, ibuku langsung marah, dia berteriak padaku, "Kenapa? Kenapa kamu buang?! Ayahmu baru saja bangun dan langsung mau mencari perempuan jalang itu! Dia bahkan mau cerai denganku!""Semua ini salahmu! Kenapa kamu buang darah itu?!!!"Aku terdiam mendengar kata perempuan jalang.Jadi, ternyata ibu sudah tahu selama ini ...Aku teringat kejadian tahun lalu, di hari valentine. Aku dan pacarku sedang makan malam di restoran mewah, aku tak sengaja melihat ayah sedang mengenakan kalung ke leher seorang wanita muda yang cantik.Saat itu, ayah langsung berlutut di hadapanku, memohon agar aku tidak memberitahu ibu.Dia bahkan bersumpah akan mengakhiri hubungannya dengan wanita itu.Aku per

  • Misteri Ular Xaver   Bab 5

    Aku menutup jendela rapat-rapat dan memastikan pintu kamar terkunci dari dalam.Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki di lorong. Suara itu terdengar tidak terlalu jauh, seperti seseorang yang sedang mondar-mandir di depan pintu kamarku.Namun, sepertinya dia tidak bisa memastikan aku ada di dalam kamar.Mungkin benar, abu dupa yang disebarkan di sudut-sudut kamar seperti saran Feby benar-benar berfungsi.Asalkan aku tidak bersuara, dia tidak akan bisa menemukan lokasiku dengan pasti.Kemudian, aku mendengar suara pelan dari balik pintu."Lapar ... aku lapar sekali ... "Sosok itu terus berjalan mondar-mandir di depan pintu selama lebih dari sepuluh menit sebelum akhirnya pergi tanpa suara.Dalam situasi seperti ini, mana mungkin aku bisa tidur? Aku bahkan tak berani bergerak sedikit pun.Aku takut benda itu akan menempelkan telinganya ke pintu dan mendengarkan pergerakanku di dalam kamar.Aku ketakutan dan tidak berdaya. Tubuhku gemetar di balik selimut, menunggu hingga f

  • Misteri Ular Xaver   Bab 4

    Ada semangkuk kecil darah yang dipersembahkan di depan patung ular itu.Aku bergegas ke kamar mandi dan benar saja, tempat sampah di sana sudah kosong lagi.Dari arah dapur sama sekali tidak terdengar suara. Saat aku menoleh, aku mendapati ibuku berdiri di pintu dapur, hanya menampakkan separuh wajahnya. Entah sudah berapa lama dia diam-diam memperhatikanku.Ketika aku menatapnya, dia memaksakan senyuman dan berkata bahwa makanan sudah siap. Dia menyuruhku makan sendiri di rumah, karena dia harus kembali ke rumah sakit untuk menjaga ayahku.Setelah ibuku pergi, aku melihat makanan di meja makan, termasuk katak-katak tadi, aku merasa mual.Bahkan nasi putih terlihat seperti semangkuk belatung yang bergerak-gerak.Aku langsung membuang semua makanan itu ke tempat sampah dan mengeluarkan ponselku untuk menelepon Feby, teman asramaku di kampus.Feby berasal dari Xaver dan menurut ceritanya, neneknya adalah seorang dukun di sebuah desa kecil.Kami semua di asrama tidak pernah percaya pada h

  • Misteri Ular Xaver   Bab 3

    Malam itu, aku bermimpi aneh.Dalam mimpi, aku melihat ibuku membelakangiku, sibuk mencuci pakaian. Tak peduli berapa kali aku memanggilnya, dia tak menghiraukanku.Aku pun berjalan mendekat dan menepuk bahunya.Dia menoleh, wajahnya penuh dengan sisik berwarna merah darah, kulitnya kencang dan mengecil. Lidahnya yang bercabang keluar masuk dengan suara berdecit pelan, seperti ular.Aku langsung terbangun, tubuhku basah oleh keringat dingin yang meresap hingga ke kasur.Sepanjang hari itu, saat mengikuti kelas daring, pikiranku benar-benar kacau. Bayangan tentang sosok ibu yang menyerupai monster ular dalam mimpi terus menghantuiku.Beberapa hari berikutnya, setiap hari ibu berlutut di depan patung ular itu, membakar dupa dan bersujud.Entah karena sering dibersihkan atau alasan lain, warna patung itu terlihat semakin gelap. Sisik-sisiknya juga tampak mulai terbuka, seperti ular sungguhan yang sedang melingkar di sana. Jika dilihat sepintas, sulit membedakannya dengan ular asli.Aku ya

  • Misteri Ular Xaver   Bab 2

    "Bu, apa yang sedang kamu lakukan?! Hentikan!"Aku mencoba merebut mangkuk kecil itu. tapi ibuku langsung memegang tanganku dengan erat."Luna, tolong bantu itu. Ibu nggak pernah meminta apa-apa darimu sebelumnya. Ibu bahkan sudah membesarkanmu sampai sebesar ini, bantu ibu sekali saja ... "Usai bicara, dia mengambil gunting dari lantai belakangnya, lalu tanpa ragu memotong rambut panjangku.Ibu melepaskanku, lalu mengambil potongan rambut itu dan melilitkannya di kepala patung ular.Aku ingin menghentikannya, tapi tiba-tiba tubuhku terasa kaku, seperti ada sesuatu yang menahanku."Bu, jangan seperti ini ... "Aku panik, suaraku bahkan bergetar hampir menangis, tapi dia seolah tak mendengar.Setelah selesai melilitkan rambut, ibuku berlutut di lantai, membakar dupa dan bersujud dengan hormat di depan patung ular itu.Setelah semuanya selesai, dia menatap patung itu dengan ekspresi tegang sekaligus penuh harap. Seketika, aku merasakan sesuatu di belakangku, sesuatu yang basah menyentuh

  • Misteri Ular Xaver   Bab 1

    Setelah menginjak umur 45 tahun, ibuku menjadi sangat terobsesi dengan kecantikan.Dia membeli skincare yang harganya jutaan, melakukan perawatan mahal seperti thermage ... tapi semua itu tak bisa menghentikan kulitnya yang semakin kendur dan kerutan yang mulai muncul.Tahun lalu, dia ikut tur ke Xaver, aku dan ayah yang menjemputnya di bandara.Namun, kami tak melihat kopernya, yang ada malah sebuah kotak kayu kecil yang dia pegang dengan hati-hati di tangannya.Ibuku terlihat sangat semangat di mobil, mengatakan bahwa di dalam kotak itu ada benda berharga, yaitu Vasuki, yang dia beli dengan harga mahal. Katanya, patung itu bisa membuatnya semakin muda dan kulitnya menjadi halus seperti kulit gadis muda.Aku sudah tidak kaget mendengar kata-kata seperti itu. jadi hanya menjawab seadanya.Ayahku menghela napas, "Mahal? Aduh ... kamu membuang-buang uang lagi ... ""Itu bukan buang-buang uang, kalau istrimu jadi lebih cantik, bukannya kamu juga yang ikut bangga?!"Ujar ibuku, dia begitu

DMCA.com Protection Status