Share

Misteri Ular Xaver
Misteri Ular Xaver
Penulis: Inaya Barakah

Bab 1

Penulis: Inaya Barakah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 10:25:45
Setelah menginjak umur 45 tahun, ibuku menjadi sangat terobsesi dengan kecantikan.

Dia membeli skincare yang harganya jutaan, melakukan perawatan mahal seperti thermage ... tapi semua itu tak bisa menghentikan kulitnya yang semakin kendur dan kerutan yang mulai muncul.

Tahun lalu, dia ikut tur ke Xaver, aku dan ayah yang menjemputnya di bandara.

Namun, kami tak melihat kopernya, yang ada malah sebuah kotak kayu kecil yang dia pegang dengan hati-hati di tangannya.

Ibuku terlihat sangat semangat di mobil, mengatakan bahwa di dalam kotak itu ada benda berharga, yaitu Vasuki, yang dia beli dengan harga mahal. Katanya, patung itu bisa membuatnya semakin muda dan kulitnya menjadi halus seperti kulit gadis muda.

Aku sudah tidak kaget mendengar kata-kata seperti itu. jadi hanya menjawab seadanya.

Ayahku menghela napas, "Mahal? Aduh ... kamu membuang-buang uang lagi ... "

"Itu bukan buang-buang uang, kalau istrimu jadi lebih cantik, bukannya kamu juga yang ikut bangga?!"

Ujar ibuku, dia begitu marah dan ayahku pun tak berani berkomentar lagi.

Sesampainya di rumah, ibuku mulai menggumamkan beberapa kata dialek Xaver dengan suara pelan, mungkin sedang memanggil ... dewi ular atau semacamnya.

Lalu, dengan hormat dia meletakkan kotak itu di atas meja dan sujud tiga kali

Ketika ibu mengangkat kepalanya, setetes darah mengalir dari dahinya ke tulang hidungnya. Aku langsung panik dan mencari kotak P3K.

"Bu! Kepalamu berdarah, ayo pakai obat dulu!"

Namun, ibu malah dengan bersemangat memegang tanganku, seolah tidak merasakan sakit sama sekali pada luka di dahinya.

Dia berkata, "Luna, kamu harus bantu ibu, ya!"

"Bu, kita pakai obat dulu, itu nanti saja baru dibicarakan!"

Namun, ibu tetap menggenggam tanganku erat-erat dan saat ayah tidak melihat, dia menarikku ke kamar.

Setelah masuk kamar, ibuku menatapku dengan mata berbinar, lalu bertanya apakah aku sudah datang bulan.

Tanpa pikir panjang, mengira dia hanya perhatian padaku, jadi aku memegang perutku yang agak sakit dan mengangguk.

Ibu tersenyum dan berkata, "Pinjamkan sedikit darah padaku."

Aku terkejut.

Meskipun ibu tersenyum, kata-katanya membuatku merinding.

Pinjam darah? Darah apa? Apa yang dia maksud itu darah menstruasiku?"

Itu terdengar menjijikkan, untuk apa dia membutuhkan itu?

Ibu menjelaskan, agar patung Vasuki bisa memberi berkah, setiap bulan harus dipersembahkan dengan darah menstruasi gadis perawan. Selain itu, dia juga harus memotong sedikit rambutku dan mengikatnya pada patung, katanya itu untuk mengikat dewa, agar dewa itu selalu tinggal dan memberikan berkah.

Aku belum pernah mendengar cara pemujaan yang begitu aneh. Seketika, wajahku langsung memerah, malu dan marah sekaligus.

"Bu, jangan-jangan kamu dibohongi orang?! Mana ada dewa yang disembah pakai ... pakai hal seperti itu?! Aku nggak mau!"

Ibu marah dan mencubit keras lenganku, sampai aku merasa sakit dan hidungku terasa agak perih.

"Dasar kamu! Aku sudah melahirkan dan membesarkanmu, hanya meminta sedikit darahmu saja nggak mau, itu bahkan nggak menimbulkan rasa sakit! Dasar anak durhaka!"

Aku tidak berani memberitahu ibu bahwa alasan aku tak mau membantunya adalah karena aku punya alasan yang sulit diungkapkan.

Waktu kuliah, aku sudah pernah diam-diam menginap di hotel dengan pacarku.

Meskipun dia mengambil darahku, itu juga tak akan bisa digunakan.

Namun, setelah ibu memarahiku, dia tak mengatakan apa-apa lagi dan pergi begitu saja.

Malam itu, setelah makan malam, ibu membawa kotak berharga itu ke kamar.

Saat aku pergi ke kamar mandi untuk mengganti pembalut, aku baru sadar ada yang aneh ... tempat sampah di kamar mandi hilang.

Mengingat apa yang ibuku katakan tadi, aku mulai merasa cemas dan langsung masuk ke kamar ibu tanpa mengetuk pintu.

"Bu! Tempat sampah di kamar mandi ... "

Kalimatku terhenti.

Kosmetik berserakan di atas meja rias, digantikan oleh sebuah patung ular. Sisik-sisiknya berwarna ungu gelap dengan kilau metalik.

Yang paling aneh adalah kepala patung ular itu, meskipun berbentuk kepala ular segitiga, wajah ular itu justru terlihat seperti wajah manusia yang sangat mengganggu dan menjijikkan.

Ibuku sedang memeras darah dari pembalut yang dia ambil dari tempat sampah dan dengan hati-hati memasukkannya ke dalam sebuah mangkuk di depan patung ular tersebut.

Bab terkait

  • Misteri Ular Xaver   Bab 2

    "Bu, apa yang sedang kamu lakukan?! Hentikan!"Aku mencoba merebut mangkuk kecil itu. tapi ibuku langsung memegang tanganku dengan erat."Luna, tolong bantu itu. Ibu nggak pernah meminta apa-apa darimu sebelumnya. Ibu bahkan sudah membesarkanmu sampai sebesar ini, bantu ibu sekali saja ... "Usai bicara, dia mengambil gunting dari lantai belakangnya, lalu tanpa ragu memotong rambut panjangku.Ibu melepaskanku, lalu mengambil potongan rambut itu dan melilitkannya di kepala patung ular.Aku ingin menghentikannya, tapi tiba-tiba tubuhku terasa kaku, seperti ada sesuatu yang menahanku."Bu, jangan seperti ini ... "Aku panik, suaraku bahkan bergetar hampir menangis, tapi dia seolah tak mendengar.Setelah selesai melilitkan rambut, ibuku berlutut di lantai, membakar dupa dan bersujud dengan hormat di depan patung ular itu.Setelah semuanya selesai, dia menatap patung itu dengan ekspresi tegang sekaligus penuh harap. Seketika, aku merasakan sesuatu di belakangku, sesuatu yang basah menyentuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 3

    Malam itu, aku bermimpi aneh.Dalam mimpi, aku melihat ibuku membelakangiku, sibuk mencuci pakaian. Tak peduli berapa kali aku memanggilnya, dia tak menghiraukanku.Aku pun berjalan mendekat dan menepuk bahunya.Dia menoleh, wajahnya penuh dengan sisik berwarna merah darah, kulitnya kencang dan mengecil. Lidahnya yang bercabang keluar masuk dengan suara berdecit pelan, seperti ular.Aku langsung terbangun, tubuhku basah oleh keringat dingin yang meresap hingga ke kasur.Sepanjang hari itu, saat mengikuti kelas daring, pikiranku benar-benar kacau. Bayangan tentang sosok ibu yang menyerupai monster ular dalam mimpi terus menghantuiku.Beberapa hari berikutnya, setiap hari ibu berlutut di depan patung ular itu, membakar dupa dan bersujud.Entah karena sering dibersihkan atau alasan lain, warna patung itu terlihat semakin gelap. Sisik-sisiknya juga tampak mulai terbuka, seperti ular sungguhan yang sedang melingkar di sana. Jika dilihat sepintas, sulit membedakannya dengan ular asli.Aku ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 4

    Ada semangkuk kecil darah yang dipersembahkan di depan patung ular itu.Aku bergegas ke kamar mandi dan benar saja, tempat sampah di sana sudah kosong lagi.Dari arah dapur sama sekali tidak terdengar suara. Saat aku menoleh, aku mendapati ibuku berdiri di pintu dapur, hanya menampakkan separuh wajahnya. Entah sudah berapa lama dia diam-diam memperhatikanku.Ketika aku menatapnya, dia memaksakan senyuman dan berkata bahwa makanan sudah siap. Dia menyuruhku makan sendiri di rumah, karena dia harus kembali ke rumah sakit untuk menjaga ayahku.Setelah ibuku pergi, aku melihat makanan di meja makan, termasuk katak-katak tadi, aku merasa mual.Bahkan nasi putih terlihat seperti semangkuk belatung yang bergerak-gerak.Aku langsung membuang semua makanan itu ke tempat sampah dan mengeluarkan ponselku untuk menelepon Feby, teman asramaku di kampus.Feby berasal dari Xaver dan menurut ceritanya, neneknya adalah seorang dukun di sebuah desa kecil.Kami semua di asrama tidak pernah percaya pada h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 5

    Aku menutup jendela rapat-rapat dan memastikan pintu kamar terkunci dari dalam.Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki di lorong. Suara itu terdengar tidak terlalu jauh, seperti seseorang yang sedang mondar-mandir di depan pintu kamarku.Namun, sepertinya dia tidak bisa memastikan aku ada di dalam kamar.Mungkin benar, abu dupa yang disebarkan di sudut-sudut kamar seperti saran Feby benar-benar berfungsi.Asalkan aku tidak bersuara, dia tidak akan bisa menemukan lokasiku dengan pasti.Kemudian, aku mendengar suara pelan dari balik pintu."Lapar ... aku lapar sekali ... "Sosok itu terus berjalan mondar-mandir di depan pintu selama lebih dari sepuluh menit sebelum akhirnya pergi tanpa suara.Dalam situasi seperti ini, mana mungkin aku bisa tidur? Aku bahkan tak berani bergerak sedikit pun.Aku takut benda itu akan menempelkan telinganya ke pintu dan mendengarkan pergerakanku di dalam kamar.Aku ketakutan dan tidak berdaya. Tubuhku gemetar di balik selimut, menunggu hingga f

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 6

    "Kok ibu sudah pulang? Bagaimana kondisi ayah?"Ibu menatapku dengan dingin tanpa menjawab. Matanya melirik ke arah altar di kamar."Mana barangnya?"Aku pura-pura tidak tahu.Mata ibu memerah, suaranya terdengar berat dan lengket, "Darah di altar itu, di mana?"Aku menjawab, "Sudah kubuang."Mendengar jawabanku, ibuku langsung marah, dia berteriak padaku, "Kenapa? Kenapa kamu buang?! Ayahmu baru saja bangun dan langsung mau mencari perempuan jalang itu! Dia bahkan mau cerai denganku!""Semua ini salahmu! Kenapa kamu buang darah itu?!!!"Aku terdiam mendengar kata perempuan jalang.Jadi, ternyata ibu sudah tahu selama ini ...Aku teringat kejadian tahun lalu, di hari valentine. Aku dan pacarku sedang makan malam di restoran mewah, aku tak sengaja melihat ayah sedang mengenakan kalung ke leher seorang wanita muda yang cantik.Saat itu, ayah langsung berlutut di hadapanku, memohon agar aku tidak memberitahu ibu.Dia bahkan bersumpah akan mengakhiri hubungannya dengan wanita itu.Aku per

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 7

    Orang-orang dari suku Xaver tahu bahwa memelihara roh ada aturan yang harus diikuti.Biasanya, penyembah adalah roh induk, sementara roh anak adalah pihak yang menerima persembahan, seperti dewa ular. Ketika roh anak meminum darah roh induk, maka akan terbentuk ikatan darah di antara mereka, membuat keduanya menyatu secara spiritual.Oleh karena itu, orang yang memelihara roh tidak pernah menggunakan darah mereka sendiri untuk memberi makan roh.Aku teringat bagaimana wajah patung ular itu semakin mirip dengan wajah ibu, ditambah dengan adegan ibu menelan katak hidup-hidup. Seketika, aku merinding.Jangan-jangan, ini bukan pertama kalinya ibu menggunakan darahnya sendiri untuk memberi makan roh?Aku ingat mangkuk di altar itu selalu terisi darah. Kalau hanya menggunakan darahku, tidak mungkin bertahan selama sebulan.Kemungkinan besar, ibu sudah menggunakan darahnya sendiri sejak awal.Setelah menyadari hal itu, aku dan Tante Julia segera bergegas ke rumah sakit.Namun, ibuku tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Misteri Ular Xaver   Bab 8

    Tubuh ibu mulai berbuih di tempat yang terkena belerang. Dia kesakitan dan berguling-guling di lantaiTante Julia datang tepat waktu, dia mengeluarkan tengkorak kecil berwarna cokelat dari kantongnya dan mulai membacakan mantra sambil mengarahkan tengkorak itu ke patung ular.Patung ular itu mengeluarkan asap dan menyebarkan bau amis yang menyengat di udara.Namun, tak lama kemudian, asap itu mulai mereda. Aku merasa mendengar suara tawa mengejek dari dalam patung ular itu."Kamu pikir aku nggak punya cara untuk melawanmu?!"Di sekitar, terdengar suara desis seperti sekelompok ular merayap di lantai.Aku melihat ke bawah dan menyadari bahwa muncul kabut hitam yang perlahan menjadi wujud ular-ular kecil di dinding ruangan, mereka merayap mendekati kami.Namun, Tante Julia tetap tenang. Dia mengeluarkan tiga batang dupa, membasahinya dengan darah dari jari tengahnya, lalu menyalakan dupa tersebut.Dia membacakan mantra dalam bahasa yang tak kumengerti. Perlahan, ular-ular hiram itu mulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Misteri Ular Xaver   Bab 8

    Tubuh ibu mulai berbuih di tempat yang terkena belerang. Dia kesakitan dan berguling-guling di lantaiTante Julia datang tepat waktu, dia mengeluarkan tengkorak kecil berwarna cokelat dari kantongnya dan mulai membacakan mantra sambil mengarahkan tengkorak itu ke patung ular.Patung ular itu mengeluarkan asap dan menyebarkan bau amis yang menyengat di udara.Namun, tak lama kemudian, asap itu mulai mereda. Aku merasa mendengar suara tawa mengejek dari dalam patung ular itu."Kamu pikir aku nggak punya cara untuk melawanmu?!"Di sekitar, terdengar suara desis seperti sekelompok ular merayap di lantai.Aku melihat ke bawah dan menyadari bahwa muncul kabut hitam yang perlahan menjadi wujud ular-ular kecil di dinding ruangan, mereka merayap mendekati kami.Namun, Tante Julia tetap tenang. Dia mengeluarkan tiga batang dupa, membasahinya dengan darah dari jari tengahnya, lalu menyalakan dupa tersebut.Dia membacakan mantra dalam bahasa yang tak kumengerti. Perlahan, ular-ular hiram itu mulai

  • Misteri Ular Xaver   Bab 7

    Orang-orang dari suku Xaver tahu bahwa memelihara roh ada aturan yang harus diikuti.Biasanya, penyembah adalah roh induk, sementara roh anak adalah pihak yang menerima persembahan, seperti dewa ular. Ketika roh anak meminum darah roh induk, maka akan terbentuk ikatan darah di antara mereka, membuat keduanya menyatu secara spiritual.Oleh karena itu, orang yang memelihara roh tidak pernah menggunakan darah mereka sendiri untuk memberi makan roh.Aku teringat bagaimana wajah patung ular itu semakin mirip dengan wajah ibu, ditambah dengan adegan ibu menelan katak hidup-hidup. Seketika, aku merinding.Jangan-jangan, ini bukan pertama kalinya ibu menggunakan darahnya sendiri untuk memberi makan roh?Aku ingat mangkuk di altar itu selalu terisi darah. Kalau hanya menggunakan darahku, tidak mungkin bertahan selama sebulan.Kemungkinan besar, ibu sudah menggunakan darahnya sendiri sejak awal.Setelah menyadari hal itu, aku dan Tante Julia segera bergegas ke rumah sakit.Namun, ibuku tidak ada

  • Misteri Ular Xaver   Bab 6

    "Kok ibu sudah pulang? Bagaimana kondisi ayah?"Ibu menatapku dengan dingin tanpa menjawab. Matanya melirik ke arah altar di kamar."Mana barangnya?"Aku pura-pura tidak tahu.Mata ibu memerah, suaranya terdengar berat dan lengket, "Darah di altar itu, di mana?"Aku menjawab, "Sudah kubuang."Mendengar jawabanku, ibuku langsung marah, dia berteriak padaku, "Kenapa? Kenapa kamu buang?! Ayahmu baru saja bangun dan langsung mau mencari perempuan jalang itu! Dia bahkan mau cerai denganku!""Semua ini salahmu! Kenapa kamu buang darah itu?!!!"Aku terdiam mendengar kata perempuan jalang.Jadi, ternyata ibu sudah tahu selama ini ...Aku teringat kejadian tahun lalu, di hari valentine. Aku dan pacarku sedang makan malam di restoran mewah, aku tak sengaja melihat ayah sedang mengenakan kalung ke leher seorang wanita muda yang cantik.Saat itu, ayah langsung berlutut di hadapanku, memohon agar aku tidak memberitahu ibu.Dia bahkan bersumpah akan mengakhiri hubungannya dengan wanita itu.Aku per

  • Misteri Ular Xaver   Bab 5

    Aku menutup jendela rapat-rapat dan memastikan pintu kamar terkunci dari dalam.Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki di lorong. Suara itu terdengar tidak terlalu jauh, seperti seseorang yang sedang mondar-mandir di depan pintu kamarku.Namun, sepertinya dia tidak bisa memastikan aku ada di dalam kamar.Mungkin benar, abu dupa yang disebarkan di sudut-sudut kamar seperti saran Feby benar-benar berfungsi.Asalkan aku tidak bersuara, dia tidak akan bisa menemukan lokasiku dengan pasti.Kemudian, aku mendengar suara pelan dari balik pintu."Lapar ... aku lapar sekali ... "Sosok itu terus berjalan mondar-mandir di depan pintu selama lebih dari sepuluh menit sebelum akhirnya pergi tanpa suara.Dalam situasi seperti ini, mana mungkin aku bisa tidur? Aku bahkan tak berani bergerak sedikit pun.Aku takut benda itu akan menempelkan telinganya ke pintu dan mendengarkan pergerakanku di dalam kamar.Aku ketakutan dan tidak berdaya. Tubuhku gemetar di balik selimut, menunggu hingga f

  • Misteri Ular Xaver   Bab 4

    Ada semangkuk kecil darah yang dipersembahkan di depan patung ular itu.Aku bergegas ke kamar mandi dan benar saja, tempat sampah di sana sudah kosong lagi.Dari arah dapur sama sekali tidak terdengar suara. Saat aku menoleh, aku mendapati ibuku berdiri di pintu dapur, hanya menampakkan separuh wajahnya. Entah sudah berapa lama dia diam-diam memperhatikanku.Ketika aku menatapnya, dia memaksakan senyuman dan berkata bahwa makanan sudah siap. Dia menyuruhku makan sendiri di rumah, karena dia harus kembali ke rumah sakit untuk menjaga ayahku.Setelah ibuku pergi, aku melihat makanan di meja makan, termasuk katak-katak tadi, aku merasa mual.Bahkan nasi putih terlihat seperti semangkuk belatung yang bergerak-gerak.Aku langsung membuang semua makanan itu ke tempat sampah dan mengeluarkan ponselku untuk menelepon Feby, teman asramaku di kampus.Feby berasal dari Xaver dan menurut ceritanya, neneknya adalah seorang dukun di sebuah desa kecil.Kami semua di asrama tidak pernah percaya pada h

  • Misteri Ular Xaver   Bab 3

    Malam itu, aku bermimpi aneh.Dalam mimpi, aku melihat ibuku membelakangiku, sibuk mencuci pakaian. Tak peduli berapa kali aku memanggilnya, dia tak menghiraukanku.Aku pun berjalan mendekat dan menepuk bahunya.Dia menoleh, wajahnya penuh dengan sisik berwarna merah darah, kulitnya kencang dan mengecil. Lidahnya yang bercabang keluar masuk dengan suara berdecit pelan, seperti ular.Aku langsung terbangun, tubuhku basah oleh keringat dingin yang meresap hingga ke kasur.Sepanjang hari itu, saat mengikuti kelas daring, pikiranku benar-benar kacau. Bayangan tentang sosok ibu yang menyerupai monster ular dalam mimpi terus menghantuiku.Beberapa hari berikutnya, setiap hari ibu berlutut di depan patung ular itu, membakar dupa dan bersujud.Entah karena sering dibersihkan atau alasan lain, warna patung itu terlihat semakin gelap. Sisik-sisiknya juga tampak mulai terbuka, seperti ular sungguhan yang sedang melingkar di sana. Jika dilihat sepintas, sulit membedakannya dengan ular asli.Aku ya

  • Misteri Ular Xaver   Bab 2

    "Bu, apa yang sedang kamu lakukan?! Hentikan!"Aku mencoba merebut mangkuk kecil itu. tapi ibuku langsung memegang tanganku dengan erat."Luna, tolong bantu itu. Ibu nggak pernah meminta apa-apa darimu sebelumnya. Ibu bahkan sudah membesarkanmu sampai sebesar ini, bantu ibu sekali saja ... "Usai bicara, dia mengambil gunting dari lantai belakangnya, lalu tanpa ragu memotong rambut panjangku.Ibu melepaskanku, lalu mengambil potongan rambut itu dan melilitkannya di kepala patung ular.Aku ingin menghentikannya, tapi tiba-tiba tubuhku terasa kaku, seperti ada sesuatu yang menahanku."Bu, jangan seperti ini ... "Aku panik, suaraku bahkan bergetar hampir menangis, tapi dia seolah tak mendengar.Setelah selesai melilitkan rambut, ibuku berlutut di lantai, membakar dupa dan bersujud dengan hormat di depan patung ular itu.Setelah semuanya selesai, dia menatap patung itu dengan ekspresi tegang sekaligus penuh harap. Seketika, aku merasakan sesuatu di belakangku, sesuatu yang basah menyentuh

  • Misteri Ular Xaver   Bab 1

    Setelah menginjak umur 45 tahun, ibuku menjadi sangat terobsesi dengan kecantikan.Dia membeli skincare yang harganya jutaan, melakukan perawatan mahal seperti thermage ... tapi semua itu tak bisa menghentikan kulitnya yang semakin kendur dan kerutan yang mulai muncul.Tahun lalu, dia ikut tur ke Xaver, aku dan ayah yang menjemputnya di bandara.Namun, kami tak melihat kopernya, yang ada malah sebuah kotak kayu kecil yang dia pegang dengan hati-hati di tangannya.Ibuku terlihat sangat semangat di mobil, mengatakan bahwa di dalam kotak itu ada benda berharga, yaitu Vasuki, yang dia beli dengan harga mahal. Katanya, patung itu bisa membuatnya semakin muda dan kulitnya menjadi halus seperti kulit gadis muda.Aku sudah tidak kaget mendengar kata-kata seperti itu. jadi hanya menjawab seadanya.Ayahku menghela napas, "Mahal? Aduh ... kamu membuang-buang uang lagi ... ""Itu bukan buang-buang uang, kalau istrimu jadi lebih cantik, bukannya kamu juga yang ikut bangga?!"Ujar ibuku, dia begitu

DMCA.com Protection Status