Share

Bab 2

Penulis: Farah Ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 13:27:09
Setelah berusaha keras, aku akhirnya berhasil keluar dari kompleks vila. Namun, aku langsung menyadari bahwa aku tak punya tempat untuk dituju. Tiga tahun lebih bersama Joey, aku kehilangan keluargaku, memutuskan hubungan dengan teman-teman, dan meninggalkan semua kehidupan sosialku, hanya untuk berakhir seperti ini.

Saat aku masih meraba-raba jalan dengan kebingungan, tiba-tiba bau alkohol yang menyengat menerpa wajahku. Detik berikutnya, aku dipeluk erat oleh sepasang tangan kasar yang menjijikkan. Bau alkohol yang memuakkan menyusup di tubuhku dan aku menjerit, "Tolong ...!"

Namun, teriakanku hanya dibalas dengan senyum jahat dari pria itu. Akhirnya, dia menekanku ke lantai semen yang dingin. Tubuhku gemetaran dan aku memohon dengan putus asa, "Jangan ... jangan lakukan ini padaku, aku punya uang ... berapa pun akan kuberikan ...."

Orang itu merasa tertarik. Dia mengeluarkan suara tawa yang menjijikkan, "Benarkah? Berapa pun akan kau berikan?"

"Iya." Aku menelan ludah dengan gugup, lalu menyebutkan nomor telepon Joey sambil memohon, "Telepon dia. Kamu bisa minta berapa pun darinya."

Setelah panggilan itu terhubung, pria itu menyalakan pengeras suara. Dari ujung telepon, terdengar suara film. Joey sedang menonton film bersama Rachel.

"Tolong aku!" Aku berusaha merangkak mendekati ponsel itu dengan suara yang gemetaran, "Jo ... Joey, ada yang mau melecehkanku. Bi ... bisa nggak kamu berikan uang padanya supaya dia melepaskanku?"

Setelah hening sesaat, terdengar dengusan kecil dari Joey. Dia mencemooh, "Kenapa, Yasmin? Sekarang kamu nyesal minta putus sama aku? Kamu bahkan pakai cara begini sebagai alasan? Lihat dulu apa aku mau menerimanya atau nggak."

Pria itu merebut ponselnya dengan marah, "Ternyata cuma mantan pacar? Kukira benaran bisa dapat banyak uang! Jalang sialan, berani-beraninya kamu bohongi aku!" Dia langsung menamparku sehingga membuat kepalaku terasa pusing dan muntah darah.

Namun, Joey malah tertawa semakin lebar. "Akting saja terus."

"Kamu itu cuma orang buta, memangnya bisa sehebat apa kamu? Begitu di luar sana, kamu bahkan nggak akan sanggup beli sebotol air tanpa uang sepeser pun. Kamu baru sadar sekarang, betapa aku memanjakanmu selama ini, 'kan?"

"Ini cara yang kamu pikirkan untuk mendapatkan uang? Membohongiku dengan cara menjijikkan seperti ini?" Cemoohannya yang tanpa belas kasihan membuatku seolah-olah terjatuh dalam jurang es.

Aku menutupi wajahku dan berkata dengan bersusah payah, "Aku nggak bohong ...."

Di seberang telepon, terdengar suara Rachel yang semakin mendekat, "Joey, jangan persulit dia."

"Yasmin, kamu butuh berapa? Gimana kalau aku yang transfer untukmu? Kamu ini seorang gadis dan juga nggak bisa melihat. Kalau benar-benar dilecehkan orang, nanti nggak ada lagi yang mau bersamamu."

Saat aku merasakan tangan kasar pria itu menekan pinggangku dengan kuat, aku bergumam kaku, "Be ... benarkah?"

"Iya, dong!" Rachel terdiam sejenak, lalu terkekeh-kekeh dengan licik, "Asalkan ... kamu mohon sama aku. Gimana?"

....

Tubuhku gemetar hebat. Pria itu semakin mendekat dan dia mulai kehilangan kesabaran, "Jadi, uang itu bisa ditransfer atau nggak?" Dia mendekat ke leherku dengan semakin intim, "Kalau nggak ada uang, paling nggak aku bisa bersenang-senang, 'kan?"

Air mataku mengalir tanpa hent. Harga diriku hancur dan aku berbisik dengan gemetaran, "Aku mohon .... Aku mohon, Rachel, kumohon ...."

"Cukup." Suara Joey tiba-tiba memotong ucapanku. Sejenak, muncul secercah harapan di hatiku. Aku mengira dia akan menghentikan permintaan Rachel yang tidak berdasar itu.

Namun, dia hanya berkata dengan nada tak acuh, "Untuk apa buang-buang uang? Kalau sudah nggak tahan, dia akan kembali sendiri nantinya."

"Nggak berikan uang padanya adalah untuk memberinya pelajaran. Supaya dia tahu, kepada siapa dia bergantung hidup selama ini. Setelah keluar dari sini, dia itu cuma orang buta yang nggak berguna."

Hatiku langsung menjadi beku. Aku membelalakkan mata dengan tak percaya. Sekujur tubuhku gemetaran hebat. Detik berikutnya, terdengar suara tawa Rachel yang manja. "Joey, kamu ini kejam sekali."

Aku memekik dengan emosi yang membeludak, "Joey, aku nggak bohong!" Kemudian, aku mengulurkan tangan hendak merebut ponsel tersebut. Air mataku berderai dengan deras saat aku berteriak.

"Apa kamu sudah lupa? Kamu sudah lupa semuanya? Kalau bukan karena aku mendonorkan korneaku untukmu waktu itu, kamu nggak mungkin bisa mewarisi Grup Cahyadi. Mungkin sekarang kamu sudah jadi pemulung di jalanan!"

Setelah itu, aku menimpali dengan putus asa, "Kenapa kamu tega seperti ini padaku?"

Seketika, di ujung telepon langsung hening. Dalam keheningan itu, Joey tertawa sinis. "Yasmin, kamu masih mau pura-pura?"

Dengan napas berpacu, tebersit raut kebingungan di wajahku.

"Waktu itu, kalau bukan kamu yang merencanakan kecelakaan itu dan membuat dirimu seolah-olah sebagai pahlawan demi menikahiku ... mana mungkin aku akan jadi buta?"

Aku terkejut mendengar hal itu. "Mana mungkin? Aku nggak pernah ...."

"Jangan pura-pura! Kalaupun kamu benar-benar dilecehi orang, itu memang pantas kamu terima!" Setelah melontarkan kata-kata jijik itu, dia langsung menutup telepon.

Pria di samping langsung menamparku dan menerjang ke arahku. "Jalang sialan, nggak seharusnya aku buang-buang waktu mendengarkan omong kosongmu!"

Bab terkait

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 3

    Hari itu, aku dijemput oleh kakakku. Mendengar suara yang tidak asing dari ujung telepon itu, aku menangis histeris.Padahal dia sedang dirawat di rumah sakit karena pendarahan lambung. Namun begitu mendengar tangisanku, dia langsung mencabut infusnya dan bergegas menemuiku tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.Sambil memeluk diriku yang berada dalam kondisi mengenaskan, kakakku berusaha menenangkanku, "Yasmin, kenapa kamu nggak bilang sama kita kamu diperlakukan begini?""Ayah dan Ibu nggak mungkin menyalahkanmu, mereka cuma merasa gengsi kalau harus mencarimu terlebih dulu. Berani-beraninya orang itu menindas keluarga kita, aku akan beri dia pelajaran!"Meski tidak sekaya Keluarga Cahyadi, keluargaku termasuk kuat secara finansial. Jika tidak, orang tuaku juga pasti tidak akan semarah itu padaku dulu. Mereka tidak mengerti, mengapa aku bisa begitu tergila-gila padahal tidak kekurangan uang ataupun kasih sayang.Sebenarnya, aku sendiri juga tidak paham dengan diriku yang saat itu. Na

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 4

    Setelah melapor polisi, kakakku meminta rekaman kamera pengawas malam itu dari pihak kepolisian. Rekaman video itu selalu tersimpan di ponselnya. Dia membongkar video itu dan menunjukkannya ke hadapan Joey.Tangan Joey yang memegang ponsel itu bergetar hebat. Pada akhirnya, dia terduduk lemas di lantai dengan wajah gusar."Kenapa bisa begitu? Daerah kompleks biasanya sangat aman, kenapa bisa ada ...."Joey mendongak dan mencengkeram kerah kakakku sambil bertanya, "Gimana kondisi Yasmin sekarang?"Kakakku menepis tangannya dan menjawab dengan nada datar, "Nggak ada hubungannya lagi denganmu!""Di mana dia sekarang? Aku jemput dia ...." Joey bangkit berdiri dan hendak berlari keluar dengan panik.Namun pada saat ini, tiba-tiba terdengar kericuhan dari arah kerumunan. "Ada yang pingsan!"Joey langsung melupakanku lagi. Dia berlari keluar karena orang yang pingsan itu adalah Rachel.....Saat kakakku menceritakan kejadian di lokasi pernikahan itu, aku hanya terdiam sejenak. Dia bertanya pa

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 5

    Tanggapanku adalah memberi Joey sebuah tamparan. Dia terdiam sesaat karena terkejut, lalu langsung meledak marah. Dia mengangkat tangan, hendak memukul balik sambil berteriak, "Yasmin, jangan nggak tahu diuntung!"Lihatlah, harga dirinya hanya bisa bertahan sampai titik itu. Aku sadar, kalau bukan karena tekanan dari Keluarga Cahyadi dan keinginannya menjaga reputasi, mungkin dia tak akan repot-repot mencariku. Bahkan, pernikahan ini mungkin juga akan langsung digantikan oleh Rachel.Aku mengangkat tangan untuk melindungi kepalaku dari pukulannya. Kakakku langsung membuka pintu dan menarikku masuk.Aku tidak mengatakan apa-apa, tetapi Joey berkata dengan napas tertahan, "Yasmin, pikirkan baik-baik.""Malam itu aku memang nggak seharusnya meninggalkanmu sendirian di luar. Meskipun kamu dilecehkan waktu itu, tetap saja nggak ada dampak nyata yang terjadi," ucapnya kata demi kata. "Aku sudah datang untuk memberimu alasan untuk kembali. Itu sudah cukup menghargai Keluarga Yanuar.""Kalau k

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 6

    Setelah Joey kehilangan penglihatannya, Keluarga Cahyadi tak punya pilihan lain untuk meneruskan bisnis mereka selain menyerahkannya kepada putri mereka, Vinny. Siapa sangka, dia justru menunjukkan kemampuan yang jauh melampaui harapan, bahkan lebih cemerlang dari kebanyakan pria. Dia berhasil mengamankan beberapa proyek bernilai miliaran dan membawa Grup Cahyadi ke pasar saham.Saat tahu aku akan mendonorkan kornea mataku untuk Joey, Vinny sama sekali tidak merasa terancam. Dengan penuh keyakinan, dia berkata, "Biar hasil kerja yang berbicara! Kalau dia bisa kerja lebih baik dariku, tak masalah kalau Grup Cahyadi diberikan padanya."Dia dan kakakku adalah sahabat baik. Waktu itu, satu-satunya yang dia khawatirkan adalah aku. "Yasmin, sebenarnya aku cukup khawatir kamu akan terluka."Namun, aku yang sedang mabuk cinta saat itu tidak peduli pada hal-hal seperti itu.Tak disangka, ternyata Keluarga Cahyadi hanya mementingkan gender. Begitu penglihatannya pulih, Joey segera menyingkirkan

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 7

    Dalam waktu yang lama, aku merasa Joey hanya tidak mencintaiku. Namun, aku baru saja tersadar bahwa ternyata Joey bukan tidak mencintaiku. Dia memang tidak mencintai siapa pun, yang dia cintai hanya dirinya sendiri.Rachel langsung menerobos masuk dari luar. Dia menyiramkan air panas ke wajah Joey dan menamparnya dengan keras. Dia memaki Joey, "Joey, kenapa kamu perlakukan aku seperti itu?!""Semua bujuk rayu yang kamu bilang itu semua tipuan ya?!"Namun, alih-alih menghiburnya, Joey malah menepis tangan Rachel dan buru-buru meraih lenganku. Kini, semua perhatiannya kembali terfokus padaku.Joey buru-buru berkata, "Yasmin, kamu harus percaya padaku. Sebelumnya aku dibutakan oleh Rachel. Sebenarnya, yang kucintai itu kamu. Tanpa kehadiranmu beberapa waktu ini, aku terus memikirkanmu.""Aku menyesal. Nggak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu. Kembalilah padaku, ya?" Joey menarik tanganku dengan erat.Demi masa depannya dan perusahaan, dia bahkan tidak menyadari bahwa para tamu tel

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 8

    "Itu benar-benar hanya sebuah kecelakaan." Aku melanjutkan dengan tenang, "Aku tahu kalian mungkin nggak percaya, tapi setidaknya kalian bisa percaya pada laporan polisi, bukan?"Aku menghela napas pelan dan tertawa sinis, "Rachel, lihatlah dirimu ... sama seperti aku, kamu juga telah dipermainkan oleh Joey.""Polisi sedang dalam perjalanan ke sini. Pria yang terlibat malam itu telah mengakui bahwa kamu yang menyewanya. Selanjutnya, yang akan kamu hadapi adalah hukuman penjara."Rachel berteriak tak percaya, "Kenapa bisa seperti ini? Joey, kamu bilang ... kamu bilang selama ini yang kamu cintai hanyalah aku, kamu nggak bisa melupakanku .... Bukankah Yasmin yang sebenarnya seorang pembohong?""Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan," Joey masih mencoba berbohong. "Yasmin, aku nggak pernah mengatakan bahwa kejadian itu adalah rencanamu. Percayalah padaku, semua rumor ini disebarkan oleh Rachel. Aku nggak tahu apa-apa soal ini ...."Dia melangkah maju untuk menarik lenganku. Namun, kata-k

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 1

    Saat berjalan keluar dari pintu, aku meremas tiket bioskop yang sudah kusut, lalu merobeknya, dan membuangnya ke tempat sampah. Karena terlalu buru-buru, aku bahkan lupa membawa tongkat putihku.Tanpa sengaja, aku menabrak pot bunga di pintu dan pecahan keramik yang tajam melukai betisku. Aku mengerang perlahan karena kesakitan. Rachel yang melihatnya lebih dulu bertanya, "Joey, sepertinya dia terluka. Kamu nggak mau keluar untuk lihat keadaannya?"Joey mendengus tidak sabar, "Besar sekali nyalinya sekarang sampai berani kabur dari rumah! Kalau nggak merasakan sedikit kesulitan, dia nggak tahu seberapa baiknya aku melindunginya selama ini! Biarkan saja, dia harus alami kesulitan dulu baru tahu jalan pulang!"Rachel menghela napas pelan dan kemudian menawarinya, "Aku sebenarnya lebih suka film ini. Lagian dia nggak bakal nonton film itu lagi, gimana kalau aku yang temani kamu saja?" Joey langsung mengiakan tanpa ragu, sama sekali tidak peduli pada darahku yang mengucur deras.Aku berjal

Bab terbaru

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 8

    "Itu benar-benar hanya sebuah kecelakaan." Aku melanjutkan dengan tenang, "Aku tahu kalian mungkin nggak percaya, tapi setidaknya kalian bisa percaya pada laporan polisi, bukan?"Aku menghela napas pelan dan tertawa sinis, "Rachel, lihatlah dirimu ... sama seperti aku, kamu juga telah dipermainkan oleh Joey.""Polisi sedang dalam perjalanan ke sini. Pria yang terlibat malam itu telah mengakui bahwa kamu yang menyewanya. Selanjutnya, yang akan kamu hadapi adalah hukuman penjara."Rachel berteriak tak percaya, "Kenapa bisa seperti ini? Joey, kamu bilang ... kamu bilang selama ini yang kamu cintai hanyalah aku, kamu nggak bisa melupakanku .... Bukankah Yasmin yang sebenarnya seorang pembohong?""Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan," Joey masih mencoba berbohong. "Yasmin, aku nggak pernah mengatakan bahwa kejadian itu adalah rencanamu. Percayalah padaku, semua rumor ini disebarkan oleh Rachel. Aku nggak tahu apa-apa soal ini ...."Dia melangkah maju untuk menarik lenganku. Namun, kata-k

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 7

    Dalam waktu yang lama, aku merasa Joey hanya tidak mencintaiku. Namun, aku baru saja tersadar bahwa ternyata Joey bukan tidak mencintaiku. Dia memang tidak mencintai siapa pun, yang dia cintai hanya dirinya sendiri.Rachel langsung menerobos masuk dari luar. Dia menyiramkan air panas ke wajah Joey dan menamparnya dengan keras. Dia memaki Joey, "Joey, kenapa kamu perlakukan aku seperti itu?!""Semua bujuk rayu yang kamu bilang itu semua tipuan ya?!"Namun, alih-alih menghiburnya, Joey malah menepis tangan Rachel dan buru-buru meraih lenganku. Kini, semua perhatiannya kembali terfokus padaku.Joey buru-buru berkata, "Yasmin, kamu harus percaya padaku. Sebelumnya aku dibutakan oleh Rachel. Sebenarnya, yang kucintai itu kamu. Tanpa kehadiranmu beberapa waktu ini, aku terus memikirkanmu.""Aku menyesal. Nggak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu. Kembalilah padaku, ya?" Joey menarik tanganku dengan erat.Demi masa depannya dan perusahaan, dia bahkan tidak menyadari bahwa para tamu tel

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 6

    Setelah Joey kehilangan penglihatannya, Keluarga Cahyadi tak punya pilihan lain untuk meneruskan bisnis mereka selain menyerahkannya kepada putri mereka, Vinny. Siapa sangka, dia justru menunjukkan kemampuan yang jauh melampaui harapan, bahkan lebih cemerlang dari kebanyakan pria. Dia berhasil mengamankan beberapa proyek bernilai miliaran dan membawa Grup Cahyadi ke pasar saham.Saat tahu aku akan mendonorkan kornea mataku untuk Joey, Vinny sama sekali tidak merasa terancam. Dengan penuh keyakinan, dia berkata, "Biar hasil kerja yang berbicara! Kalau dia bisa kerja lebih baik dariku, tak masalah kalau Grup Cahyadi diberikan padanya."Dia dan kakakku adalah sahabat baik. Waktu itu, satu-satunya yang dia khawatirkan adalah aku. "Yasmin, sebenarnya aku cukup khawatir kamu akan terluka."Namun, aku yang sedang mabuk cinta saat itu tidak peduli pada hal-hal seperti itu.Tak disangka, ternyata Keluarga Cahyadi hanya mementingkan gender. Begitu penglihatannya pulih, Joey segera menyingkirkan

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 5

    Tanggapanku adalah memberi Joey sebuah tamparan. Dia terdiam sesaat karena terkejut, lalu langsung meledak marah. Dia mengangkat tangan, hendak memukul balik sambil berteriak, "Yasmin, jangan nggak tahu diuntung!"Lihatlah, harga dirinya hanya bisa bertahan sampai titik itu. Aku sadar, kalau bukan karena tekanan dari Keluarga Cahyadi dan keinginannya menjaga reputasi, mungkin dia tak akan repot-repot mencariku. Bahkan, pernikahan ini mungkin juga akan langsung digantikan oleh Rachel.Aku mengangkat tangan untuk melindungi kepalaku dari pukulannya. Kakakku langsung membuka pintu dan menarikku masuk.Aku tidak mengatakan apa-apa, tetapi Joey berkata dengan napas tertahan, "Yasmin, pikirkan baik-baik.""Malam itu aku memang nggak seharusnya meninggalkanmu sendirian di luar. Meskipun kamu dilecehkan waktu itu, tetap saja nggak ada dampak nyata yang terjadi," ucapnya kata demi kata. "Aku sudah datang untuk memberimu alasan untuk kembali. Itu sudah cukup menghargai Keluarga Yanuar.""Kalau k

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 4

    Setelah melapor polisi, kakakku meminta rekaman kamera pengawas malam itu dari pihak kepolisian. Rekaman video itu selalu tersimpan di ponselnya. Dia membongkar video itu dan menunjukkannya ke hadapan Joey.Tangan Joey yang memegang ponsel itu bergetar hebat. Pada akhirnya, dia terduduk lemas di lantai dengan wajah gusar."Kenapa bisa begitu? Daerah kompleks biasanya sangat aman, kenapa bisa ada ...."Joey mendongak dan mencengkeram kerah kakakku sambil bertanya, "Gimana kondisi Yasmin sekarang?"Kakakku menepis tangannya dan menjawab dengan nada datar, "Nggak ada hubungannya lagi denganmu!""Di mana dia sekarang? Aku jemput dia ...." Joey bangkit berdiri dan hendak berlari keluar dengan panik.Namun pada saat ini, tiba-tiba terdengar kericuhan dari arah kerumunan. "Ada yang pingsan!"Joey langsung melupakanku lagi. Dia berlari keluar karena orang yang pingsan itu adalah Rachel.....Saat kakakku menceritakan kejadian di lokasi pernikahan itu, aku hanya terdiam sejenak. Dia bertanya pa

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 3

    Hari itu, aku dijemput oleh kakakku. Mendengar suara yang tidak asing dari ujung telepon itu, aku menangis histeris.Padahal dia sedang dirawat di rumah sakit karena pendarahan lambung. Namun begitu mendengar tangisanku, dia langsung mencabut infusnya dan bergegas menemuiku tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.Sambil memeluk diriku yang berada dalam kondisi mengenaskan, kakakku berusaha menenangkanku, "Yasmin, kenapa kamu nggak bilang sama kita kamu diperlakukan begini?""Ayah dan Ibu nggak mungkin menyalahkanmu, mereka cuma merasa gengsi kalau harus mencarimu terlebih dulu. Berani-beraninya orang itu menindas keluarga kita, aku akan beri dia pelajaran!"Meski tidak sekaya Keluarga Cahyadi, keluargaku termasuk kuat secara finansial. Jika tidak, orang tuaku juga pasti tidak akan semarah itu padaku dulu. Mereka tidak mengerti, mengapa aku bisa begitu tergila-gila padahal tidak kekurangan uang ataupun kasih sayang.Sebenarnya, aku sendiri juga tidak paham dengan diriku yang saat itu. Na

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 2

    Setelah berusaha keras, aku akhirnya berhasil keluar dari kompleks vila. Namun, aku langsung menyadari bahwa aku tak punya tempat untuk dituju. Tiga tahun lebih bersama Joey, aku kehilangan keluargaku, memutuskan hubungan dengan teman-teman, dan meninggalkan semua kehidupan sosialku, hanya untuk berakhir seperti ini.Saat aku masih meraba-raba jalan dengan kebingungan, tiba-tiba bau alkohol yang menyengat menerpa wajahku. Detik berikutnya, aku dipeluk erat oleh sepasang tangan kasar yang menjijikkan. Bau alkohol yang memuakkan menyusup di tubuhku dan aku menjerit, "Tolong ...!"Namun, teriakanku hanya dibalas dengan senyum jahat dari pria itu. Akhirnya, dia menekanku ke lantai semen yang dingin. Tubuhku gemetaran dan aku memohon dengan putus asa, "Jangan ... jangan lakukan ini padaku, aku punya uang ... berapa pun akan kuberikan ...."Orang itu merasa tertarik. Dia mengeluarkan suara tawa yang menjijikkan, "Benarkah? Berapa pun akan kau berikan?""Iya." Aku menelan ludah dengan gugup,

  • Kornea Untuk Kekasih yang Mengkhianatiku   Bab 1

    Saat berjalan keluar dari pintu, aku meremas tiket bioskop yang sudah kusut, lalu merobeknya, dan membuangnya ke tempat sampah. Karena terlalu buru-buru, aku bahkan lupa membawa tongkat putihku.Tanpa sengaja, aku menabrak pot bunga di pintu dan pecahan keramik yang tajam melukai betisku. Aku mengerang perlahan karena kesakitan. Rachel yang melihatnya lebih dulu bertanya, "Joey, sepertinya dia terluka. Kamu nggak mau keluar untuk lihat keadaannya?"Joey mendengus tidak sabar, "Besar sekali nyalinya sekarang sampai berani kabur dari rumah! Kalau nggak merasakan sedikit kesulitan, dia nggak tahu seberapa baiknya aku melindunginya selama ini! Biarkan saja, dia harus alami kesulitan dulu baru tahu jalan pulang!"Rachel menghela napas pelan dan kemudian menawarinya, "Aku sebenarnya lebih suka film ini. Lagian dia nggak bakal nonton film itu lagi, gimana kalau aku yang temani kamu saja?" Joey langsung mengiakan tanpa ragu, sama sekali tidak peduli pada darahku yang mengucur deras.Aku berjal

DMCA.com Protection Status