Aku tahu bahwa Kent sebenarnya tidak benar-benar menyadari kesalahannya. Dia hanya takut kehilangan segalanya. Bagaimanapun, semua yang dia miliki saat ini adalah hasil dari bantuanku.Setelah perceraian, aku akan mengambil kembali semuanya dan dia akan kembali menjadi pria miskin seperti dulu. Kalaupun dia ingin mendapatkan sebagian hartaku, tetap saja hal itu tidak memungkinkan. Dengan bukti perselingkuhannya saja, tim hukum perusahaan keluargaku bisa menghancurkannya di pengadilan.Kolom komentar di siaran langsung pun meledak.[ Jadi, ternyata yang ngaku-ngaku istri sah itu malah sebenarnya adalah pelakor. ][ Wah, plot twist banget! Lain kali aku harus hati-hati sebelum berpihak. ][ Presdir apanya? Cuma pria yang hidupnya bergantung sama wanita. Istri sahnya ternyata putri raja perhiasan. Orang-orang yang menyerangnya bakal kena batunya. ]Dengan demikian, seluruh kebenaran pun terungkap.Kent masih mencoba mendekatiku, tapi aku mendorongnya pergi dan berjalan keluar. Aku tidak m
Jika aku bukan putri ayahku dan keluargaku tidak kaya, Kent tidak akan pernah bersamaku. Memikirkan hal ini membuatku bergidik, mungkin bahkan sejak sekolah dia sudah tahu latar belakangku dan sengaja mendekatiku."Kent, kamu tahu sendiri bagaimana aku memperlakukanmu!""Omong kosong!" Kent tampak semakin emosional. "Yuliana, jangan pikir aku nggak tahu bahwa kamu cuma memanfaatkanku. Kamu nggak pernah benar-benar mencintaiku."Aku tertegun sejenak dan akhirnya aku mengerti kenapa dia bersama Imelda. Aku sudah melihatnya sebelumnya ... Imelda mencintainya dengan sepenuh hati dan patuh padanya. Bukan hanya karena mengira dia kaya, tapi karena dia benar-benar menyerahkan hatinya pada Kent.Sementara itu, aku dididik untuk menjadi pewaris perusahaan sejak kecil. Sifatku rasional dan mandiri. Dalam pandanganku, hubungan suami-istri adalah hubungan setara yang saling menghormati. Aku menyampaikan perasaanku dengan lebih tersirat.Oleh karena itulah, bahkan jika aku sangat mencintai Kent, ak
Saat baru turun dari mobil dan bersiap untuk masuk ke dalam mal untuk berbelanja, aku melihat sekelompok orang berwajah garang yang mendekatiku dari seberang jalan. Mereka membawa ponsel dan pengeras suara, tampaknya sedang melakukan siaran langsung. Pengeras suara itu terus-menerus mengatakan bahwa mereka akan memberikan pelajaran pada seorang pelakor.Aku menggelengkan kepala. Sekarang ini siaran langsung benar-benar tidak ada batasnya, tak heran jika penontonnya banyak. Tiba-tiba, aku memfokuskan pandangan dan melihat wanita yang sedang menggendong bayi di tengah kerumunan. Aku mengenalnya.Imelda, dia adalah mahasiswi yang disponsori oleh suamiku. Kondisi ekonomi keluarga suamiku tidak terlalu baik. Beberapa tahun yang lalu dia mengatakan padaku bahwa dia ingin mensponsori beberapa mahasiswa untuk berkuliah. Aku mengira bahwa dia mau membantu orang lain karena dia sendiri juga pernah mengalami kesulitan, sehingga aku pun mendukung keputusannya ini.Imelda adalah salah satu mahasisw
Melihat perhiasan yang kukenakan, Imelda kembali mengulurkan tangannya dan menarik anting dari telingaku dengan paksa. Aku meringis kesakitan dan telingaku sudah pasti berdarah."Imelda, kamu sudah gila? Sudah kubilang, aku nggak kenal suamimu!"Imelda baru hendak bicara ketika ponsel di tangannya berbunyi. Dia melihat nomor peneleponnya, lalu tersenyum manis. "Pasti suamiku yang menelepon untuk memastikan aku baik-baik saja."Salah satu temannya berkata, "Aktifkan speaker-nya, biar perempuan ini dengar seberapa sayangnya suamimu padamu.""Oke."Begitu panggilan tersambung, Imelda yang tadinya berwajah garang langsung berubah menjadi lembut dan manja. "Sayang, aku lagi gendong bayi dan belanja sama teman-teman."Di ujung telepon, suara laki-laki itu terdengar, "Jangan pulang terlalu malam, jaga anak baik-baik."Aku tertegun. Aku dan Kent sudah saling mengenal bertahun-tahun dan aku langsung bisa mengenali suara itu. Sebelum mendengar suara ini, aku berpikir bahwa semua ini hanyalah kes
Imelda mengangkat gelang itu di udara sambil menatapku dengan senyum penuh kebencian. "Semakin kamu peduli, semakin ingin aku menghancurkannya. Siapa suruh kamu jadi pelakor dan menghancurkan keluargaku!"Begitu kata-katanya selesai, dia melepaskan gelang itu dari tangannya. Aku berteriak, "Jangan!"Seiring dengan suara benturan, gelang itu jatuh ke tanah dan pecah berkeping-keping. Seluruh tubuhku bergetar karena marah. Yang menyakitkan bukanlah nilai gelang itu, tetapi makna yang tersimpan di baliknya.Sejak kecil, karena orang tuaku sangat sibuk, aku dibesarkan oleh nenekku. Dua tahun yang lalu, nenek meninggal dan gelang ini adalah pemberiannya di saat-saat terakhirnya. Memakai gelang itu membuatku merasa seperti nenek masih berada di sisiku.Sekarang gelang itu sudah hancur! Satu-satunya kenanganku pun hilang.Dengan mata memerah, aku menatap Imelda dan teman-temannya dengan gigi gemeretak saat berkata, "Kalian akan menyesal! Bahkan kalau nanti kalian berlutut memohon ampun padaku
Ketika tersadar, aku sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa tubuhku mengalami banyak luka, gegar otak, dan lengan kiriku patah.Aku melihat lenganku yang dibalut perban dan tersenyum dingin, "Sampah-sampah itu ... aku akan mengurus mereka satu per satu."Di ranjang sebelah, seorang wanita tiba-tiba meludah ke arahku. "Kamu pelakor itu, bukan? Memalukan sekali merusak rumah tangga orang lain, pantas saja dihajar."Aku menatapnya sekilas tanpa menjawab. Siaran langsung terputus setelah aku pingsan. Jadi, sampai sekarang belum ada yang tahu identitasku yang sebenarnya. Semua orang hanya menganggapku pelakor seperti yang dikatakan Imelda.Aku meminta dokter untuk memindahkanku ke kamar VIP yang lebih baik. Dokter pun segera melakukannya.Beberapa menit kemudian, aku sudah berada di kamar VIP. Ketika aku meraih ponsel, layarnya terlihat retak akibat diinjak, tapi masih bisa digunakan. Saat hendak menelepon, aku melihat banyak panggilan tak terjawab dari Kent yang te
Saat sedang melamun, telepon dari Kent kembali masuk. Aku menolak panggilannya dan malah menghubungi sekretarisku. Atas instruksiku, dia segera mencetak surat perjanjian cerai.Tak lama kemudian, sekretarisku tiba di rumah sakit membawa surat perjanjian cerai. Sementara itu, Imelda dan sekelompok kerabat serta temannya sudah dibawa ke kantor polisi.Aku turun dari ranjang rumah sakit. Dengan bantuan sekretarisku, aku berjalan keluar menuju kantor polisi. Begitu melihatku, Imelda langsung melontarkan amarahnya. "Kenapa kalian nggak nangkap pelakor ini? Kenapa malah menangkapku!"Aku menatapnya sejenak, lalu berjalan ke arah polisi. "Selamat siang. Saya ingin melaporkan bahwa Imelda dan rekan-rekannya sengaja menganiaya saya, merusak mobil saya, serta menghancurkan barang-barang berharga milik saya yang bernilai ratusan miliar. Saya akan menuntut sampai tuntas, mohon bantuannya."Imelda memaki, "Jalang sialan, kamu mau nipu lagi? Barang-barangmu itu seharga ratusan miliar? Kenapa nggak s
Jika aku bukan putri ayahku dan keluargaku tidak kaya, Kent tidak akan pernah bersamaku. Memikirkan hal ini membuatku bergidik, mungkin bahkan sejak sekolah dia sudah tahu latar belakangku dan sengaja mendekatiku."Kent, kamu tahu sendiri bagaimana aku memperlakukanmu!""Omong kosong!" Kent tampak semakin emosional. "Yuliana, jangan pikir aku nggak tahu bahwa kamu cuma memanfaatkanku. Kamu nggak pernah benar-benar mencintaiku."Aku tertegun sejenak dan akhirnya aku mengerti kenapa dia bersama Imelda. Aku sudah melihatnya sebelumnya ... Imelda mencintainya dengan sepenuh hati dan patuh padanya. Bukan hanya karena mengira dia kaya, tapi karena dia benar-benar menyerahkan hatinya pada Kent.Sementara itu, aku dididik untuk menjadi pewaris perusahaan sejak kecil. Sifatku rasional dan mandiri. Dalam pandanganku, hubungan suami-istri adalah hubungan setara yang saling menghormati. Aku menyampaikan perasaanku dengan lebih tersirat.Oleh karena itulah, bahkan jika aku sangat mencintai Kent, ak
Aku tahu bahwa Kent sebenarnya tidak benar-benar menyadari kesalahannya. Dia hanya takut kehilangan segalanya. Bagaimanapun, semua yang dia miliki saat ini adalah hasil dari bantuanku.Setelah perceraian, aku akan mengambil kembali semuanya dan dia akan kembali menjadi pria miskin seperti dulu. Kalaupun dia ingin mendapatkan sebagian hartaku, tetap saja hal itu tidak memungkinkan. Dengan bukti perselingkuhannya saja, tim hukum perusahaan keluargaku bisa menghancurkannya di pengadilan.Kolom komentar di siaran langsung pun meledak.[ Jadi, ternyata yang ngaku-ngaku istri sah itu malah sebenarnya adalah pelakor. ][ Wah, plot twist banget! Lain kali aku harus hati-hati sebelum berpihak. ][ Presdir apanya? Cuma pria yang hidupnya bergantung sama wanita. Istri sahnya ternyata putri raja perhiasan. Orang-orang yang menyerangnya bakal kena batunya. ]Dengan demikian, seluruh kebenaran pun terungkap.Kent masih mencoba mendekatiku, tapi aku mendorongnya pergi dan berjalan keluar. Aku tidak m
Imelda tertegun, lalu berteriak ke arah Kent, "Sayang, aku di sini!"Namun, Kent mengabaikannya. Meski berusaha tampak tenang, aku bisa melihat jelas punggungnya sudah dibasahi keringat. Cuaca saat ini sangat dingin, seharusnya tidak akan bisa berkeringat. Hal ini menunjukkan bahwa dia sangat gugup sekarang.Dia menatapku dengan lembut, "Sayang, dengarkan aku. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan, ya?"Aku tertawa sinis, "Jelaskan bagaimana kamu berselingkuh, menggunakan uangku, dan rumahku untuk menafkahi pelakor dan anaknya?"Melihat hal itu, Imelda segera mendekat dan mencengkeram lengan Kent, "Sayang, kamu salah orang, kan? Istrimu itu aku! Kamu ini kenapa?"Kent melepaskan diri darinya dengan kasar. "Diam kamu!""Yuliana adalah istri sahku. Aku menikah dengannya, bukan denganmu. Pergi dari sini dan jangan buat masalah."Dengan kata lain, akta nikah yang diberikan Kent kepada Imelda adalah barang palsu.Imelda menatap Kent dengan ekspre
Saat sedang melamun, telepon dari Kent kembali masuk. Aku menolak panggilannya dan malah menghubungi sekretarisku. Atas instruksiku, dia segera mencetak surat perjanjian cerai.Tak lama kemudian, sekretarisku tiba di rumah sakit membawa surat perjanjian cerai. Sementara itu, Imelda dan sekelompok kerabat serta temannya sudah dibawa ke kantor polisi.Aku turun dari ranjang rumah sakit. Dengan bantuan sekretarisku, aku berjalan keluar menuju kantor polisi. Begitu melihatku, Imelda langsung melontarkan amarahnya. "Kenapa kalian nggak nangkap pelakor ini? Kenapa malah menangkapku!"Aku menatapnya sejenak, lalu berjalan ke arah polisi. "Selamat siang. Saya ingin melaporkan bahwa Imelda dan rekan-rekannya sengaja menganiaya saya, merusak mobil saya, serta menghancurkan barang-barang berharga milik saya yang bernilai ratusan miliar. Saya akan menuntut sampai tuntas, mohon bantuannya."Imelda memaki, "Jalang sialan, kamu mau nipu lagi? Barang-barangmu itu seharga ratusan miliar? Kenapa nggak s
Ketika tersadar, aku sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa tubuhku mengalami banyak luka, gegar otak, dan lengan kiriku patah.Aku melihat lenganku yang dibalut perban dan tersenyum dingin, "Sampah-sampah itu ... aku akan mengurus mereka satu per satu."Di ranjang sebelah, seorang wanita tiba-tiba meludah ke arahku. "Kamu pelakor itu, bukan? Memalukan sekali merusak rumah tangga orang lain, pantas saja dihajar."Aku menatapnya sekilas tanpa menjawab. Siaran langsung terputus setelah aku pingsan. Jadi, sampai sekarang belum ada yang tahu identitasku yang sebenarnya. Semua orang hanya menganggapku pelakor seperti yang dikatakan Imelda.Aku meminta dokter untuk memindahkanku ke kamar VIP yang lebih baik. Dokter pun segera melakukannya.Beberapa menit kemudian, aku sudah berada di kamar VIP. Ketika aku meraih ponsel, layarnya terlihat retak akibat diinjak, tapi masih bisa digunakan. Saat hendak menelepon, aku melihat banyak panggilan tak terjawab dari Kent yang te
Imelda mengangkat gelang itu di udara sambil menatapku dengan senyum penuh kebencian. "Semakin kamu peduli, semakin ingin aku menghancurkannya. Siapa suruh kamu jadi pelakor dan menghancurkan keluargaku!"Begitu kata-katanya selesai, dia melepaskan gelang itu dari tangannya. Aku berteriak, "Jangan!"Seiring dengan suara benturan, gelang itu jatuh ke tanah dan pecah berkeping-keping. Seluruh tubuhku bergetar karena marah. Yang menyakitkan bukanlah nilai gelang itu, tetapi makna yang tersimpan di baliknya.Sejak kecil, karena orang tuaku sangat sibuk, aku dibesarkan oleh nenekku. Dua tahun yang lalu, nenek meninggal dan gelang ini adalah pemberiannya di saat-saat terakhirnya. Memakai gelang itu membuatku merasa seperti nenek masih berada di sisiku.Sekarang gelang itu sudah hancur! Satu-satunya kenanganku pun hilang.Dengan mata memerah, aku menatap Imelda dan teman-temannya dengan gigi gemeretak saat berkata, "Kalian akan menyesal! Bahkan kalau nanti kalian berlutut memohon ampun padaku
Melihat perhiasan yang kukenakan, Imelda kembali mengulurkan tangannya dan menarik anting dari telingaku dengan paksa. Aku meringis kesakitan dan telingaku sudah pasti berdarah."Imelda, kamu sudah gila? Sudah kubilang, aku nggak kenal suamimu!"Imelda baru hendak bicara ketika ponsel di tangannya berbunyi. Dia melihat nomor peneleponnya, lalu tersenyum manis. "Pasti suamiku yang menelepon untuk memastikan aku baik-baik saja."Salah satu temannya berkata, "Aktifkan speaker-nya, biar perempuan ini dengar seberapa sayangnya suamimu padamu.""Oke."Begitu panggilan tersambung, Imelda yang tadinya berwajah garang langsung berubah menjadi lembut dan manja. "Sayang, aku lagi gendong bayi dan belanja sama teman-teman."Di ujung telepon, suara laki-laki itu terdengar, "Jangan pulang terlalu malam, jaga anak baik-baik."Aku tertegun. Aku dan Kent sudah saling mengenal bertahun-tahun dan aku langsung bisa mengenali suara itu. Sebelum mendengar suara ini, aku berpikir bahwa semua ini hanyalah kes
Saat baru turun dari mobil dan bersiap untuk masuk ke dalam mal untuk berbelanja, aku melihat sekelompok orang berwajah garang yang mendekatiku dari seberang jalan. Mereka membawa ponsel dan pengeras suara, tampaknya sedang melakukan siaran langsung. Pengeras suara itu terus-menerus mengatakan bahwa mereka akan memberikan pelajaran pada seorang pelakor.Aku menggelengkan kepala. Sekarang ini siaran langsung benar-benar tidak ada batasnya, tak heran jika penontonnya banyak. Tiba-tiba, aku memfokuskan pandangan dan melihat wanita yang sedang menggendong bayi di tengah kerumunan. Aku mengenalnya.Imelda, dia adalah mahasiswi yang disponsori oleh suamiku. Kondisi ekonomi keluarga suamiku tidak terlalu baik. Beberapa tahun yang lalu dia mengatakan padaku bahwa dia ingin mensponsori beberapa mahasiswa untuk berkuliah. Aku mengira bahwa dia mau membantu orang lain karena dia sendiri juga pernah mengalami kesulitan, sehingga aku pun mendukung keputusannya ini.Imelda adalah salah satu mahasisw