Share

Bab 3

Penulis: Shifra Kamalia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 17:57:20
Aku membungkuk untuk mengambil ponselku, tapi tiba-tiba Rani menginjak punggungku dengan kakinya, "Aku sudah memberi tahu suamiku tadi, dia akan datang ke sini sebentar lagi. Lihat saja, apa nanti kamu masih bisa berlagak sombong!"

Aku menahan rasa sakit ini, dan segera meraih kakinya kemudian menariknya keras. Rani sampai terjatuh ke lantai. Manajer hotel yang melihat hal itu pun sontak kaget, dan bergegas membantu Rani berdiri, "Aduh, Nyonya Rani, apa kamu baik-baik saja? Apa perlu kupanggilkan ambulans?"

"Nggak usah. Tangkap saja wanita itu! Dia itu selingkuhan yang nggak tahu malu!" Rani berteriak sambil menunjuk dan mencaci makiku, "Dasar wanita murahan! Beraninya menggoda suamiku bahkan memukulku! Akan kubuat nama baikmu tercoreng!"

Pemilik hotel terlihat sangat marah, dia menunjukku dan berteriak, "Beraninya kamu memukul Nyonya Rani! Ada kamera pengawas di hotel ini, aku sudah melaporkan hal ini ke polisi!"

Orang-orang yang sebelumnya hanya menonton pun mulai sok ikut menegakkan keadilan. Mereka menunjuk ke arahku, bahkan ada yang mulai berani menjambak dan merobek bajuku.

"Berani sekali memukul Nyonya Rani! Aku akan bantu Nyonya Rani mengumpulkan bukti! Kamu itu sudah jadi selingkuhan, malah masih berani memukul orang juga!"

"Iya, benar! Sebarkan saja identitasnya di internet biar terkenal, biar viral."

Aku lalu didorong dan diseret menuju foto pranikah yang menjadi foto sambutan di aula pernikahan. Seseorang lalu merobek fotoku dan Galang menjadi dua bagian.

Aku hanya diam saja melihat foto kami hancur berkeping-keping. Daripada marah, aku justru merasa muak.

Baguslah kalau foto itu akhirnya dirobek!

"Apa wanita itu sudah difoto? Aku mau semua orang melihat wajah aslinya!" Rani memberikan perintah dengan sombong, seolah-olah dialah pemenang dalam masalah ini.

Aku menggenggam erat ponselku, layarnya terus berkedip karena ada puluhan pesan belum terbaca dari Galang.

Cih, pria itu masih berani mengirimkan pesan padaku?

Aku pun membuka pesan-pesan itu ketika mereka tidak memerhatikanku. Seperti yang sudah kuduga, semua pesan itu berisi permintaan maaf, penjelasan, dan omong kosong minta ampun.

Aku membacanya dengan cepat, lalu segera menghapus dan memblokir nomornya tanpa ragu. Kemudian aku mengirimkan pesan pada sekretarisku, "Pernikahan besok batal, minta ayahku menarik sahamnya dari Hotel Surya, dan usir Galang dari perusahaanku!"

Sebuah pesan balasan langsung masuk, dan hanya berisi satu kalimat, "Baik, Bu Kiara."

Rani melihatku menggunakan ponsel, dan segera menghampiriku sambil menatapku tajam. Dia melangkah mendekat dengan menggunakan sepatu hak tinggi setinggi sepuluh sentimeter untuk menyerangku tanpa ampun.

Aku tidak sempat menghindar ketika dia menendang perut bagian bawahku.

Aku menggeram saat terjatuh dan meringkuk kesakitan, sambil memegangi perut bagian bawahku di lantai.

Kerumunan orang-orang di sekitar juga ikut kaget, tapi kemudian mereka kembali tenang. Pemilik hotel ini menatapku yang masih tersungkur di lantai sambil berkata, "Berhenti pura-pura, Nona Kiara. Kerusakan di aula pernikahan ini karena ulahmu sendiri. Hotel kami nggak akan bertanggung jawab."

"Selain itu, kamu juga harus minta maaf pada Nyonya Rani!"

Rasa sakit yang kurasakan membuat pandanganku jadi buram, dan tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Aku menatap orang-orang di sekelilingku dengan mata berkaca-kaca.

Manajer hotel kemudian menunjuk celanaku sambil berkata dengan suara gemetar, "Darah!"

Aku menunduk dan mengikuti arah pandangnya ... aku ... keguguran?

Rani terlihat panik sekilas, tapi dia segera menormalkan ekspresi wajahnya lagi. Sambil melipat tangan di depan dada, dia berkata dengan tersenyum kejam, "Hah! Wanita murahan ini pasti mengira dirinya bisa merebut harta keluarga suamiku hanya karena mengandung anak haram suamiku, 'kan?"

"Anak itu mati karena Tuhan bahkan nggak mengizinkan hal itu terjadi! Kamu pantas menerimanya!"

Aku menggigit bibirku dengan keras, berusaha agar tidak pingsan.

Kemudian terdengar suara langkah kaki yang terburu-baru dari pintu masuk hotel. Suara itu makin dekat, lalu terdengar suara orang yang sangat kukenal, "Kiara!"

Aku mendongak dengan susah payah, dan melihat sosok Galang menghampiriku dengan cemas. Ada beberapa pengawal memakai jas di belakangnya.

Cih ... Galang!

Dia sudah berani memakai uangku untuk berselingkuh!

Lihat saja bagaimana aku akan menghancurkan kalian!

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Liana Mailani
hallo poin yang sdh saya beli bagaimana mana ? masak tdk bisa dibuka novel ini
goodnovel comment avatar
Liana Mailani
saya hanya beli poin tp selalu disuruh berlangganan
goodnovel comment avatar
Liana Mailani
ssaya sdh bayar tp tdk bisa membuka bab 4
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 4

    Galang menatapku yang sedang dikerumuni orang-orang, dia lalu melihat darah segar yang mengalir di kakiku. Sontak dia panik dan berusaha mengangkatku.Namun, sebelum dia mendekat, Rani sudah merangkul lengannya, "Sayang! Ada apa denganmu? Kenapa kamu malah mau mengadakan pernikahan dengannya?""Apa dia yang sudah merayumu?"Orang-orang mulai mengelilingi Galang begitu melihatnya, "Pak Galang, asal Bapak tahu, wanita murahan itu sangat arogan! Dia bahkan berani memukul Nyonya Rani!""Benar! Namanya juga pria, wajar kalau buat salah. Nyonya Rani, maafkan saja Pak Galang."Galang segera melepaskan tangan Rani, tapi wanita itu masih saja memegangi tangannya. Wajah Galang sudah memerah, dia lalu berteriak pada orang-orang, "Semuanya diam!"Orang-orang yang kaget dengan teriakannya pun langsung terdiam.Baru setelah itu Galang menoleh ke arahku, dia lalu berkata dengan cemas sekaligus bingung, "Bagaimana kondisimu, Kiara? Apa kamu baik-baik saja?"Aku mendengus, lalu menepis tangannya yang h

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 5

    Pemilik hotel itu menatap Rani dengan tatapan tidak suka. Dia lalu mendekatiku sambil memasang senyum palsu, "Nona Kiara, semua ini ... hanya kesalahpahaman. Kami juga tertipu oleh wanita itu!"Wita yang berdiri di sampingku terlihat menatap pemilik hotel dengan tatapan dingin. Dia kemudian berkata dengan penuh penekanan, "Pak Tiko sudah memutuskan untuk menarik semua investasi di hotel ini mulai hari ini. Untuk hal yang lain, akan kita bicarakan di pengadilan."Orang-orang yang sebelumnya berpihak pada Rani mendadak panik saat melihat kedatangan polisi. Mereka buru-buru cuci tangan dari masalah ini, "Nona Kiara, aku tadi nggak ikut campur ... aku bisa jadi saksi. Wanita bernama Rani itu yang lebih dulu menyerangmu."Aku merasa sedih sekaligus geli melihat perubahan tingkah mereka yang mau memanfaatkan kesempatan.Aku menutup mataku, menahan segala rasa lelah yang mendera. Kemudian berkata dengan lemas, "Kalau ada yang mau kalian katakan, katakan saja pada polisi nanti."Sesampainya di

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 6

    Mendengar kalau dirinya harus mengganti rugi sampai puluhan miliar membuat Rani panik. Dia lalu menatap Galang dengan tatapan memohon, "Sayang, tolong aku. Aku nggak punya uang sebanyak itu ...."Dia menangis tersedu-sedu, sungguh menyedihkan, "Sayang, kita memang nggak punya surat nikah, tapi kita memang punya hubungan yang sama seperti sudah menikah, 'kan? Lagipula, kamu juga belum resmi menikah dengan Kiara. Kenapa kamu nggak mau memilihku saja?"Kenapa?Karena kamu tidak bisa memberikan apa yang Keluarga Maheswari berikan padanya!Rani mungkin mengira kalau Galang adalah seorang CEO, bukan?Aku tertawa sinis, "Terima kasih sudah mengingatkan. Untung saja aku belum menikah dengan Galang."Mendengar ucapanku barusan membuat Galang langsung mengalihkan pandangannya dari Rani. Dia juga terlihat panik, dan buru-buru merapikan kerah bajunya, "Pernikahan kita nggak bisa dibatalkan. Aku sudah mengundang semua teman dan kerabat. Mau ditaruh mana mukaku kalau sampai semua ini batal?"Dia lal

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 7

    Setelah kondisi tubuhku pulih, aku pun kembali menjalani hidup seperti biasa. Aku makan, minum, bahkan bepergian ke berbagai tempat bersama Wita kalau ada waktu luang.Namun, sepertinya aku terlalu meremehkan sifat ambisius Rani.Suatu hari, saat aku baru saja turun dari pesawat, Wita yang sedang memegang ponselnya itu tampak cemas, "Bu Kiara, menurutmu apa yang akan Rani lakukan untuk membuat onar lagi?"Aku menatap Wita, dia sudah banyak membantuku selama beberapa waktu belakangan. Terutama soal urusan Galang.Aku lalu menjawab dengan santai, "Panggil saja aku Kiara.""Omong-omong, memangnya kenapa lagi dengan Rani? Apa dia buat masalah lagi?""Bukan cuma buat masalah, dia benar-benar sedang cari masalah besar!" Wita lalu menyerahkan ponselnya padaku, "Lihatlah sendiri. Aku kaget sampai mau tertawa melihatnya."Aku mengambil ponselnya, di layar terlihat Rani yang memakai riasan seperti selebgram. Wanita itu sedang menangis dan menceritakan soal betapa jahatnya diriku.Dia mengklaim b

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 8

    Rani berbalik dan membuka lemarinya untuk memamerkan lebih banyak barang mewah pemberian Galang. Acara siaran langsung miliknya pun makin banyak yang menonton.Tunggu ... kenapa dekorasi kamarnya terlihat familier?Aku langsung duduk tegak dan menatap layar dengan saksama. Sebuah pemikiran absurd melintas di benakku.Jangan-jangan ....Untuk memastikan dugaanku, aku segera membuka galeri ponsel dan mencari foto mesraku dan Galang. Aku memperbesar foto itu lagi dan lagi.Benar saja!Latar belakang dalam foto itu sama persis dengan tata letak kamar yang dipakai Rani untuk melakukan siaran langsung!"Wita, panggil tim hukum dan ikut aku sekarang." Aku berkata dengan tegas, tatapan mataku juga makin tajam."Ke mana?" Wita bertanya dengan ekspresi bingung."Ke tempat Rani untuk mengantarkan hadiah istimewa," jawabku sambil tersenyum penuh arti.Sepuluh menit kemudian, aku membuka blokir kontak Galang dan mengirimkan sebuah alamat padanya.Warganet suka menonton drama, bukan?Kalau begitu, m

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 9

    Galang terlihat menutupi wajahnya setelah kutampar. Dia bahkan tidak berani membantah dan terus berusaha menjelaskan, "Kiara, dengarkan aku. Aku hanya menyewakan rumah ini pada Rani, aku nggak bermaksud menipumu ...."Aku merasa jijik melihat sikap payahnya ini.Aku lalu meraih ponsel yang dipakai Rani untuk melakukan siaran langsung. Aku merapikan rambut, lalu meniru gaya selebgram melakukan siaran langsung di depan kamera. Dengan nada manja aku berkata, "Teman-teman, bagaimana ini? Tadi Kak Rani bilang kalau ini rumahnya, tapi sekarang pemilik asli rumahnya sudah datang, dan bilang kalau hanya menyewakan rumah ini .... Menurut kalian, siapa yang harus dipercaya?"Komentar yang memenuhi siaran langsung seolah terhenti seketika, baru kemudian muncul bersamaan."Wah, kakak ini cantik dan banyak uang, keren sekali! Aku menyukainya!""Tamparan tadi keras sekali, aku sampai tertawa terbahak-bahak. Situasinya cepat sekali berbalik!""Bu Kiara datang! Saatnya memberikan pelajaran!"Aku menye

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 1

    Aku sedang mencoba gaun pengantin di depan cermin ketika ada telepon dari manajer hotel. Suaranya terdengar senang di atas penderitaan orang lain, "Nona Kiara, aula pernikahan Nona yang megah itu malah dirusak orang. Apa Nona bisa datang ke sini dan memeriksanya?"Dirusak?Kepalaku pening seketika. Aku sudah mempersiapkan acara pernikahan ini selama setengah tahun, dan menghabiskan uang miliaran. Siapa yang berani merusaknya?Besok adalah hari pernikahanku dengan tunanganku, Galang. Kami sudah menjalin hubungan selama tujuh tahun. Bagaimana bisa ada masalah sebesar ini terjadi di saat-saat terakhir?Aku langsung naik pitam, dan segera mengirimkan pesan singkat pada Galang tanpa berpikir panjang. Kemudian meraih tas dan bergegas ke hotel.Begitu tiba di pintu masuk hotel, aku langsung mendengar manajer hotel sedang menyanjung seseorang, "Wah, ternyata Bu Rani masih muda dan cantik. Benar-benar serasi dengan Tuan Galang!""Aku sudah curiga kenapa selama ini nggak pernah melihat mempelai

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 2

    Aku mendengus marah, "Nggak bisa dilanjutkan? Kalau begitu, apa kalian akan membayar kompensasi pelanggaran kontrak?"Aku menatap ke seluruh aula pernikahan yang sudah hancur lebur, lalu menatap tajam ke arah Rani, dan dengan nada dingin berkata, "Lalu bagaimana dengan uang 10 miliar yang sudah kuhabiskan untuk mendekorasi aula ini? Apa kalian sanggup membayarnya?"Rani tertawa mengejek. Dia tiba-tiba menjambak rambutku dengan kasar saat aku lengah, "Ganti rugi? Uang yang kamu pakai itu dari suamiku! Beraninya kamu minta ganti rugi padaku? Dasar perempuan nggak tahu malu!"Dia lalu menatap tas edisi terbatas dari kulit buaya di tanganku dengan mata terbelalak penuh emosi, "Pantas saja suamiku nggak bisa membelikan tas itu untukku! Ternyata sudah lebih dulu dirampas oleh selingkuhan sepertimu!"Dia mengulurkan tangan untuk merebutnya. Awalnya aku mencoba mempertahankan tas itu sekuat tenaga, tapi aku memutuskan untuk melepaskannya setelah berpikir sejenak. Aku tidak mau sampai melukai d

Bab terbaru

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 9

    Galang terlihat menutupi wajahnya setelah kutampar. Dia bahkan tidak berani membantah dan terus berusaha menjelaskan, "Kiara, dengarkan aku. Aku hanya menyewakan rumah ini pada Rani, aku nggak bermaksud menipumu ...."Aku merasa jijik melihat sikap payahnya ini.Aku lalu meraih ponsel yang dipakai Rani untuk melakukan siaran langsung. Aku merapikan rambut, lalu meniru gaya selebgram melakukan siaran langsung di depan kamera. Dengan nada manja aku berkata, "Teman-teman, bagaimana ini? Tadi Kak Rani bilang kalau ini rumahnya, tapi sekarang pemilik asli rumahnya sudah datang, dan bilang kalau hanya menyewakan rumah ini .... Menurut kalian, siapa yang harus dipercaya?"Komentar yang memenuhi siaran langsung seolah terhenti seketika, baru kemudian muncul bersamaan."Wah, kakak ini cantik dan banyak uang, keren sekali! Aku menyukainya!""Tamparan tadi keras sekali, aku sampai tertawa terbahak-bahak. Situasinya cepat sekali berbalik!""Bu Kiara datang! Saatnya memberikan pelajaran!"Aku menye

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 8

    Rani berbalik dan membuka lemarinya untuk memamerkan lebih banyak barang mewah pemberian Galang. Acara siaran langsung miliknya pun makin banyak yang menonton.Tunggu ... kenapa dekorasi kamarnya terlihat familier?Aku langsung duduk tegak dan menatap layar dengan saksama. Sebuah pemikiran absurd melintas di benakku.Jangan-jangan ....Untuk memastikan dugaanku, aku segera membuka galeri ponsel dan mencari foto mesraku dan Galang. Aku memperbesar foto itu lagi dan lagi.Benar saja!Latar belakang dalam foto itu sama persis dengan tata letak kamar yang dipakai Rani untuk melakukan siaran langsung!"Wita, panggil tim hukum dan ikut aku sekarang." Aku berkata dengan tegas, tatapan mataku juga makin tajam."Ke mana?" Wita bertanya dengan ekspresi bingung."Ke tempat Rani untuk mengantarkan hadiah istimewa," jawabku sambil tersenyum penuh arti.Sepuluh menit kemudian, aku membuka blokir kontak Galang dan mengirimkan sebuah alamat padanya.Warganet suka menonton drama, bukan?Kalau begitu, m

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 7

    Setelah kondisi tubuhku pulih, aku pun kembali menjalani hidup seperti biasa. Aku makan, minum, bahkan bepergian ke berbagai tempat bersama Wita kalau ada waktu luang.Namun, sepertinya aku terlalu meremehkan sifat ambisius Rani.Suatu hari, saat aku baru saja turun dari pesawat, Wita yang sedang memegang ponselnya itu tampak cemas, "Bu Kiara, menurutmu apa yang akan Rani lakukan untuk membuat onar lagi?"Aku menatap Wita, dia sudah banyak membantuku selama beberapa waktu belakangan. Terutama soal urusan Galang.Aku lalu menjawab dengan santai, "Panggil saja aku Kiara.""Omong-omong, memangnya kenapa lagi dengan Rani? Apa dia buat masalah lagi?""Bukan cuma buat masalah, dia benar-benar sedang cari masalah besar!" Wita lalu menyerahkan ponselnya padaku, "Lihatlah sendiri. Aku kaget sampai mau tertawa melihatnya."Aku mengambil ponselnya, di layar terlihat Rani yang memakai riasan seperti selebgram. Wanita itu sedang menangis dan menceritakan soal betapa jahatnya diriku.Dia mengklaim b

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 6

    Mendengar kalau dirinya harus mengganti rugi sampai puluhan miliar membuat Rani panik. Dia lalu menatap Galang dengan tatapan memohon, "Sayang, tolong aku. Aku nggak punya uang sebanyak itu ...."Dia menangis tersedu-sedu, sungguh menyedihkan, "Sayang, kita memang nggak punya surat nikah, tapi kita memang punya hubungan yang sama seperti sudah menikah, 'kan? Lagipula, kamu juga belum resmi menikah dengan Kiara. Kenapa kamu nggak mau memilihku saja?"Kenapa?Karena kamu tidak bisa memberikan apa yang Keluarga Maheswari berikan padanya!Rani mungkin mengira kalau Galang adalah seorang CEO, bukan?Aku tertawa sinis, "Terima kasih sudah mengingatkan. Untung saja aku belum menikah dengan Galang."Mendengar ucapanku barusan membuat Galang langsung mengalihkan pandangannya dari Rani. Dia juga terlihat panik, dan buru-buru merapikan kerah bajunya, "Pernikahan kita nggak bisa dibatalkan. Aku sudah mengundang semua teman dan kerabat. Mau ditaruh mana mukaku kalau sampai semua ini batal?"Dia lal

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 5

    Pemilik hotel itu menatap Rani dengan tatapan tidak suka. Dia lalu mendekatiku sambil memasang senyum palsu, "Nona Kiara, semua ini ... hanya kesalahpahaman. Kami juga tertipu oleh wanita itu!"Wita yang berdiri di sampingku terlihat menatap pemilik hotel dengan tatapan dingin. Dia kemudian berkata dengan penuh penekanan, "Pak Tiko sudah memutuskan untuk menarik semua investasi di hotel ini mulai hari ini. Untuk hal yang lain, akan kita bicarakan di pengadilan."Orang-orang yang sebelumnya berpihak pada Rani mendadak panik saat melihat kedatangan polisi. Mereka buru-buru cuci tangan dari masalah ini, "Nona Kiara, aku tadi nggak ikut campur ... aku bisa jadi saksi. Wanita bernama Rani itu yang lebih dulu menyerangmu."Aku merasa sedih sekaligus geli melihat perubahan tingkah mereka yang mau memanfaatkan kesempatan.Aku menutup mataku, menahan segala rasa lelah yang mendera. Kemudian berkata dengan lemas, "Kalau ada yang mau kalian katakan, katakan saja pada polisi nanti."Sesampainya di

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 4

    Galang menatapku yang sedang dikerumuni orang-orang, dia lalu melihat darah segar yang mengalir di kakiku. Sontak dia panik dan berusaha mengangkatku.Namun, sebelum dia mendekat, Rani sudah merangkul lengannya, "Sayang! Ada apa denganmu? Kenapa kamu malah mau mengadakan pernikahan dengannya?""Apa dia yang sudah merayumu?"Orang-orang mulai mengelilingi Galang begitu melihatnya, "Pak Galang, asal Bapak tahu, wanita murahan itu sangat arogan! Dia bahkan berani memukul Nyonya Rani!""Benar! Namanya juga pria, wajar kalau buat salah. Nyonya Rani, maafkan saja Pak Galang."Galang segera melepaskan tangan Rani, tapi wanita itu masih saja memegangi tangannya. Wajah Galang sudah memerah, dia lalu berteriak pada orang-orang, "Semuanya diam!"Orang-orang yang kaget dengan teriakannya pun langsung terdiam.Baru setelah itu Galang menoleh ke arahku, dia lalu berkata dengan cemas sekaligus bingung, "Bagaimana kondisimu, Kiara? Apa kamu baik-baik saja?"Aku mendengus, lalu menepis tangannya yang h

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 3

    Aku membungkuk untuk mengambil ponselku, tapi tiba-tiba Rani menginjak punggungku dengan kakinya, "Aku sudah memberi tahu suamiku tadi, dia akan datang ke sini sebentar lagi. Lihat saja, apa nanti kamu masih bisa berlagak sombong!"Aku menahan rasa sakit ini, dan segera meraih kakinya kemudian menariknya keras. Rani sampai terjatuh ke lantai. Manajer hotel yang melihat hal itu pun sontak kaget, dan bergegas membantu Rani berdiri, "Aduh, Nyonya Rani, apa kamu baik-baik saja? Apa perlu kupanggilkan ambulans?""Nggak usah. Tangkap saja wanita itu! Dia itu selingkuhan yang nggak tahu malu!" Rani berteriak sambil menunjuk dan mencaci makiku, "Dasar wanita murahan! Beraninya menggoda suamiku bahkan memukulku! Akan kubuat nama baikmu tercoreng!"Pemilik hotel terlihat sangat marah, dia menunjukku dan berteriak, "Beraninya kamu memukul Nyonya Rani! Ada kamera pengawas di hotel ini, aku sudah melaporkan hal ini ke polisi!"Orang-orang yang sebelumnya hanya menonton pun mulai sok ikut menegakkan

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 2

    Aku mendengus marah, "Nggak bisa dilanjutkan? Kalau begitu, apa kalian akan membayar kompensasi pelanggaran kontrak?"Aku menatap ke seluruh aula pernikahan yang sudah hancur lebur, lalu menatap tajam ke arah Rani, dan dengan nada dingin berkata, "Lalu bagaimana dengan uang 10 miliar yang sudah kuhabiskan untuk mendekorasi aula ini? Apa kalian sanggup membayarnya?"Rani tertawa mengejek. Dia tiba-tiba menjambak rambutku dengan kasar saat aku lengah, "Ganti rugi? Uang yang kamu pakai itu dari suamiku! Beraninya kamu minta ganti rugi padaku? Dasar perempuan nggak tahu malu!"Dia lalu menatap tas edisi terbatas dari kulit buaya di tanganku dengan mata terbelalak penuh emosi, "Pantas saja suamiku nggak bisa membelikan tas itu untukku! Ternyata sudah lebih dulu dirampas oleh selingkuhan sepertimu!"Dia mengulurkan tangan untuk merebutnya. Awalnya aku mencoba mempertahankan tas itu sekuat tenaga, tapi aku memutuskan untuk melepaskannya setelah berpikir sejenak. Aku tidak mau sampai melukai d

  • Mati Satu Tumbuh Seribu   Bab 1

    Aku sedang mencoba gaun pengantin di depan cermin ketika ada telepon dari manajer hotel. Suaranya terdengar senang di atas penderitaan orang lain, "Nona Kiara, aula pernikahan Nona yang megah itu malah dirusak orang. Apa Nona bisa datang ke sini dan memeriksanya?"Dirusak?Kepalaku pening seketika. Aku sudah mempersiapkan acara pernikahan ini selama setengah tahun, dan menghabiskan uang miliaran. Siapa yang berani merusaknya?Besok adalah hari pernikahanku dengan tunanganku, Galang. Kami sudah menjalin hubungan selama tujuh tahun. Bagaimana bisa ada masalah sebesar ini terjadi di saat-saat terakhir?Aku langsung naik pitam, dan segera mengirimkan pesan singkat pada Galang tanpa berpikir panjang. Kemudian meraih tas dan bergegas ke hotel.Begitu tiba di pintu masuk hotel, aku langsung mendengar manajer hotel sedang menyanjung seseorang, "Wah, ternyata Bu Rani masih muda dan cantik. Benar-benar serasi dengan Tuan Galang!""Aku sudah curiga kenapa selama ini nggak pernah melihat mempelai

DMCA.com Protection Status