Share

bab 4

Author: Dea
last update Last Updated: 2025-02-05 12:05:32

Saat Rosalin melangkahkan kakinya keluar kamar untuk pertama kali, suasana kastil yang suram langsung menyergapnya, membuat ia tertegun. Rosalin sebelumnya membayangkan kastil ini mewah dan indah seperti dalam dongeng, namun kenyataannya sangat berbeda. Dinding kastil yang seharusnya putih bersih tampak kusam dan seperti tak pernah diganti. Beberapa barang di lorong terlihat tertutupi kain putih polos, menambah kesan misterius yang menyelimuti tempat ini.

Sejenak, Rosalin merasa seperti sedang berada di dalam sebuah film horor. Perasaan asing dan ketidaknyamanan semakin menguasainya. Matanya melirik Emma, pelayan setia yang mengantarnya, dengan tatapan curiga dan sedikit takut.

"Apakah Emma benar-benar manusia?" gumamnya dalam hati, tak mampu menahan rasa takut yang tiba-tiba muncul.

Emma, yang menyadari ketegangan Rosalin, menoleh dengan senyum lembut dan bertanya, "Ada apa, Tuan Putri?"

Dengan suara kecil, hampir tak terdengar, Rosalin bertanya, "Emma... apa kau manusia sungguhan?"

Emma terlihat terkejut mendengar pertanyaan itu. "Yaaa, walaupun saya sudah tua, saya belum mati, Putri," jawabnya dengan nada sedih, mengira Rosalin merendahkan umurnya.

Rosalin tersadar bahwa pertanyaannya terdengar kasar dan buru-buru meminta maaf. "Maafkan aku, Emma. Bukan itu maksudku. Aku hanya… sedikit takut. Kastil ini…," kata Rosalin, suaranya terhenti di antara rasa malu dan cemas.

Emma kembali tersenyum, kali ini dengan lebih hangat. Dia meraih tangan Rosalin dan menepuknya perlahan, "Tidak apa-apa, Putri. Saya hanya bercanda. Saya mengerti perasaan Anda. Sayangnya, kastil ini memang tidak ada yang merawat. Pangeran melarang kami memindahkan barang-barang itu."

Rosalin menatap Emma bingung. "Kenapa tidak boleh?"

Ekspresi Emma berubah serius. "Karena ada hal-hal yang tidak bisa saya ceritakan, Putri."

Sebelum Rosalin sempat bertanya lebih jauh, suara prajurit terdengar memanggil nama Kilian dengan keras dari halaman kastil.

"Ayo, Putri. Sepertinya Pangeran sudah datang," kata Emma sambil menggandeng Rosalin, membawa dia menuruni anak tangga yang berderit menuju pintu utama.

Saat pintu utama terbuka, Rosalin menahan napas. Di hadapannya berdiri seorang pria yang memancarkan aura kekuatan dan wibawa—Kilian El Barkenette. Sosok yang selama ini menjadi misteri baginya, akhirnya muncul.

Deg!

Rosalin membeku. Tubuhnya kaku, pandangannya terpaku pada pria di hadapannya. Ada sesuatu yang aneh. Mata Rosalin berkaca-kaca, tidak tahu harus merasa bahagia atau takut. Wajah pria itu—sebagian tertutup topeng, tetapi jelas terlihat mirip dengan wajah seseorang yang ia kenal sangat baik. Mantan suaminya.

Meskipun Kilian mengenakan topeng, Rosalin sangat mengenali fitur wajah yang tersisa. Rambut hitam legam yang tersisir rapi ke belakang, mata tajam yang menyiratkan kekuasaan, dan rahang tegas yang mengingatkan pada sosok pria yang pernah menghancurkan hidupnya. Tubuhnya tegap, memancarkan kekuatan seorang pemimpin dan prajurit yang telah menaklukkan banyak musuh.

Tetapi, Rosalin tidak tahu kenapa Kilian harus mengenakan topeng. Apakah semua ingatan yang diberikan padanya tidak sepenuhnya benar? Ada sesuatu yang ia rasakan belum lengkap.

Kilian menghentikan langkahnya tepat di hadapan Rosalin. Jantung Rosalin berdebar keras. Ia tahu bahwa sekarang ia harus melakukan sambutan sesuai etiket kerajaan, meskipun perasaan gugup mulai merayap di seluruh tubuhnya. Dengan anggun, Rosalin menyeka air mata yang mulai muncul, berusaha keras untuk tetap tenang.

“Salam, Pangeran. Semoga dewa selalu melindungi Anda. Dan selamat atas kemenangan yang Anda dapatkan. Saya ikut senang mendengarnya,” ucap Rosalin, berusaha mempertahankan suaranya tetap stabil.

Namun, Kilian tidak menjawab. Diam.

Dengan langkah perlahan, Kilian menundukkan sedikit badannya, mendekati Rosalin, lalu berbisik di telinganya, “Apalagi yang Anda rencanakan, Nona Rosalin?”

Kalimat itu membuat Rosalin tersentak. Kebingungan melintas di wajahnya. Apa maksudnya? Apakah Kilian tahu sesuatu? Apakah sikapnya dulu—sikap Rosalin yang asli—membuat Kilian mencurigainya?

Tanpa berkata lebih banyak, Kilian berjalan melewati Rosalin begitu saja, meninggalkannya dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Emma, yang selalu setia menemani, terlihat canggung.

“Maafkan sikap Pangeran. Sepertinya beliau sedang kelelahan,” ucap Emma, mencoba menenangkan Rosalin yang masih terkejut dengan kejadian barusan.

Rosalin menghela napas, mencoba menenangkan hatinya. “Tak apa, Emma. Aku mengerti. Mari kita susul Pangeran,” balasnya, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan misteri yang baru saja terjadi.

***

Rosalin duduk diam di tepi tempat tidur, pikirannya berkecamuk dengan pertanyaan yang terus menghantuinya. Mengapa takdir seolah tidak pernah memberikan ruang baginya untuk bernafas? Setelah semua yang ia alami di kehidupan sebelumnya, apakah ini bentuk keadilan atau malah hukuman? Dia hanya ingin hidup dengan tenang, jauh dari ingatan masa lalu yang penuh luka. Namun, kehadiran Kilian—dengan wajah yang begitu mirip mantan suaminya—menghancurkan harapannya untuk melepaskan diri dari masa lalu.

Penyesalan mulai menggerogoti hatinya. Ia mengingat kembali momen ketika ia berharap untuk mendapatkan kesempatan kedua. Kini, Rosalin bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia salah meminta untuk hidup lagi? Haruskah ia tetap bertahan di tempat ini, hidup dalam bayang-bayang wajah pria yang mengingatkannya pada rasa sakit yang tak tertahankan? Tapi, jika ia pergi, ke mana? Di dunia yang asing ini, tidak ada seorang pun yang ia kenal, tidak ada tempat yang bisa menjadi pelariannya.

Rosalin tahu ada dua pilihan yang harus dihadapinya. Tetap diam di sini, dengan risiko terus dihantui masa lalu yang tak kunjung padam, atau kembali menjadi sosok Rosalin yang dulu—yang dianggap lemah, bodoh, dan tidak berguna oleh keluarganya. Kedua pilihan itu sama-sama menyakitkan.

Saat memikirkan segala kemungkinan, kelopak matanya semakin berat. Di antara keputusasaan dan kebingungan yang menyelimuti pikirannya, Rosalin akhirnya terlelap, membawa serta segala keraguan dan ketakutan ke dalam mimpinya. Di dalam tidurnya, pertanyaan-pertanyaan itu terus bergema tanpa jawaban yang pasti.

***

Dukungan dari kalian sangat penting bagi saya

Terimakasih karena telah menjadi pembaca di cerita silhoute of love ❤️

Semoga cerita ini sesuai selera dan ekspektasi kalian

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • silhoute of love    bab 5

    Rosalin kembali sadar namun di mana ini jelas ini bukan kamarnya, kamar siapa ini dia belum pernah melihatnya kamar itu terlihat sederhana namun sangat nyaman terdapat lukisan bunga rose yang sangat indah.Saat Rosalin mengedarkan pandangannya dia melihat seseorang yang sedang berdiri di balkon dia mengenakan jubah yang menutupi sebagian wajahnya dan menghadap pada dirinyaDari rambut yang tergerai Rosalin yakin itu seorang wanita, perlahan wanita itu mendekati nyaTubuh Rosalin terasa kaku saat wanita itu tepat berada di hadapannya dan mengangkat tangannya, Rosalin menutup matanya karena takutNamun sentuhan lembut yang terasa di pipinya membuat matanya kembali terbuka“belajarlah dari masa lalu, jangan hidup di masa lalu, cobapah hiduplah di masa sekarang dengan lebih baik”“Aku hanya takut”Rosalin takut semua akan kembali terulang seperti kehidupan sebelumnyaDia tidak berani menghadapi semua masalah yang datang di dalam kehidupannya.“jangan terus menghindari masalah dalam hidupm

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 6

    “Tuan putri, bangun!”Seseorang terdengar membentak dirinya dan mengguncangkan tubuhnya dengan keras, Rosalin pun perlahan membuka matanya, pantas saja dia dibangunkan dengan cara yang tidak sopan.Ternyata pelayan lain yang bertugas melayani nya, sebenarnya Rosalin terbiasa bangun pagi, namun semalam dia tidur terlalu larut sehingga dia tidur sampai sesiang ini.“Calon ratu macam apa yang bangun sesiang ini cih”Gumam pelayan itu sambil membuka gorden kamar. Rosalin membiarkannya mengoceh sendirian, sikap inilah yang sering dirasakan Rosalin asli atau dirinya.“Seharusnya dia bersyukur bisa tinggal di istana mewah ini, jika saja dia sepintar dan sebaik putri Elena.”“Mereka berdua memang pasangan yang cocok, sama-sama tidak berguna”Sudah cukup! Dia tidak suka jika ada yang membandingkan dirinya dengan orang lain.Rosalin menghampiri pelayan itu dan menamparnya.PLAK!!“Jangan menilaiku dengan setandar rendah mu”“aku lah yang berkuasa di sini, kau hanya pelayan yang beruntung dapat

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 7

    Keringat membasahi dahi Rosalin, tetapi senyuman lembutnya tetap terpancar. Meski awalnya ia mengira menjalani hukuman ini akan sangat berat, terutama karena ia tidak begitu akrab dengan para pelayan lainnya, ternyata mereka semua menyambutnya dengan hangat. Setiap kali ia mengerjakan sesuatu, para pelayan dengan senang hati menawarkan bantuan, membuat segalanya terasa lebih mudah.Saat ini, Rosalin sedang mengajarkan mereka memasak hidangan baru yang belum pernah mereka coba. Ia terlihat cekatan dan terampil, membuat para pelayan kagum. Rosalin sempat berpikir, mungkin lebih baik jika ia tetap menjadi pelayan saja dan membiarkan Kilian mencari wanita lain sebagai istrinya.Begitu semua makanan siap, Rosalin mulai mendorong troli, diikuti oleh beberapa pelayan yang membantu membawa hidangan. Saat tiba di ruang makan, ia terkejut mendapati Kilian sudah duduk di tempatnya. Biasanya, Kilian akan datang terlambat, seolah sengaja menghindari Rosalin.Rosalin berusaha tidak menatap Kilian s

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 8

    Tak terasa, hukuman Rosalin tinggal dua hari lagi. Dengan penuh semangat, ia membersihkan debu-debu yang menempel di sudut-sudut sulit jangkauan. Untuk mencapai tempat yang tinggi, ia naik ke atas bangku agar dapat membersihkan debu dengan lebih mudah."Rosalin? Apa yang sedang kau lakukan? Hati-hati!" terdengar suara yang familiar.Rosalin menoleh dengan tergesa-gesa, tetapi gerakannya malah membuat pijakannya goyah. Dalam sekejap, ia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Namun, Wiliam dengan sigap menangkapnya, membuat Rosalin terjatuh tepat di atasnya. Pada saat bersamaan, Kilian muncul di lorong dan menyaksikan kejadian itu, meski hanya sekilas.Begitu menyadari posisinya, Rosalin buru-buru bangkit dan membersihkan bajunya. Wajahnya bersemu merah karena malu. “Astaga! Pangeran Wiliam, maafkan kecerobohanku. Anda baik-baik saja?” tanyanya, mencoba terdengar tenang.Wiliam tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, Rosalin. Aku justru khawatir padamu. Kau baik-baik saja, kan? Dan... pa

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 9

    Rosalin merasa lega akhirnya keluar dari situasi canggung sebelumnya, tetapi kali ini nasibnya sepertinya tidak lebih baik. Di depannya, Elena, Kilian, Wiliam, dan beberapa teman mereka tampak berbincang santai. Sialnya, saat Rosalin berusaha melewati mereka dengan cepat, Elena memanggilnya.“Rosalin, kau terlihat sangat cantik mengenakan pakaian itu,” ucap Elena dengan senyum manis yang menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak.Rosalin tertegun sejenak, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik kata-kata Elena. Apakah dia sungguh-sungguh memuji, atau malah merendahkannya?“Benarkah? Kalau begitu, apa Anda ingin mencobanya juga, Putri Elena?” balas Rosalin, tersenyum sambil mencoba menanggapi dengan nada bercanda.Namun, Kilian segera memotong, “Jangan melewati batas, Rosalin.” Tatapan tajamnya menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada lelucon itu.Rosalin menahan tawa, tapi tetap mencoba meredakan suasana. “Hahaha, saya hanya bercanda, Pangeran Kilian. Tidak usah terlalu

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 10

    Untungnya ruangan kerja Rosalin memang satu ruangan dengan Kilian, jadi Rosalin tidak perlu banyak alasan untuk bisa masuk ke ruangan ituSaat memasuki ruangan Rosalin sedikit melirik ke arah Kilian dan Elena, mereka terlihat biasa saja, tidak ada yang mencurigakan, atau belum?Rosalin terus berpura-pura sedang mengerjakan pekerjaannya, padahal telinga dan mata ya terus melirik dan mendengarkan mereka.Tanpa Rosalin sadari kilian sadar akan tingkah RosalinMeja Rosalin berada di jauh di depan kilian sedangkan elena duduk membelakangi RosalinDari percakapan yang Rosalin dengar, Elena mengajak kilian mengenakan pakaian yang memiliki warna yang sama dengannya‘jadi mereka ingin menjadi couple di acara nanti malam? Hah.. tidak akan aku biarkan’Elena terlihat beranjak dari duduknya dan berbalik ke arah Rosalin, Rosalin langsung mengalihkan pandangannya dan pura-pura melihat kertas“Aku pamit, mari Rosalin” ucap elena sambil merindukan sedikit badannya“Tentu putri elena, silahkan” balas R

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 1

    Rosalin tiba di depan rumah kecil mereka saat senja mulai turun. Langit kemerahan di ufuk barat mulai meredup, pertanda malam segera tiba. Nafasnya tersengal, pakaian kerjanya masih kotor oleh debu dan keringat. Meski tubuhnya terasa berat oleh kelelahan, dia memasang senyum, berharap bisa menyembunyikan rasa letih di hadapan ibu mertuanya.Pintu kayu berderit saat ia membukanya. Udara dalam rumah terasa pengap dan dingin, seolah tak ada kehangatan di dalamnya. Rosalin melangkah masuk dengan lembut, berharap tak ada yang menyadari betapa lelah dirinya."Aku pulang," katanya dengan nada ceria yang dipaksakan.Matanya langsung bertemu dengan tatapan tajam ibu mertuanya yang duduk di kursi kayu di sudut ruangan. Sejak Rosalin menikah dengan putranya, rumah ini selalu dipenuhi oleh ketegangan yang tak berujung."Kenapa baru pulang?" suara ibu mertuanya menggema, menusuk telinga. "Apa kamu ingin kita mati kelaparan?"Rosalin menggigit bibirnya

    Last Updated : 2025-02-05
  • silhoute of love    bab 11

    Merasa sedikit tersudut, Rosalin memberi William senyum tipis sebelum perlahan melangkah menjauh, mencari udara segar di tepi balkon aula. Dari sudut matanya, ia melihat Kilian yang masih asyik dalam percakapan dengan Elena, tatapannya yang dalam kepada wanita itu sama sekali tak teralihkan.Tanpa sadar airmata perlahan mengalir dari sudut matanya, dengan kasar Rosalin mengusap air matanya‘kenapa aku selalu bodoh?, kenapa rasa ini masih ada? Kenapa aku selalu menangis dengan hal yang sama berulang kali? Kenapa harus aku?‘baik dulu maupun sekarang tidak ada yang berubah dari kita, aku tetap mencintaimu dan kamu tetap mencintai wanita lain’Kenapa, kenapa dan kenapa yang terbersit di benaknya, untuk apa Rosalin menangisi hal yang sepele seperti ini dia tidak pantas untuk hal ini.Rosalin pergi dari tempat itu dan memutuskan mencari teman, daripada waktunya terbuang sia-sia lebih baik dia menambah relasi agar Rosalin lebih banyak tahu tentang tempat iniSaat matanya menerawang sekelili

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • silhoute of love    bab 11

    Merasa sedikit tersudut, Rosalin memberi William senyum tipis sebelum perlahan melangkah menjauh, mencari udara segar di tepi balkon aula. Dari sudut matanya, ia melihat Kilian yang masih asyik dalam percakapan dengan Elena, tatapannya yang dalam kepada wanita itu sama sekali tak teralihkan.Tanpa sadar airmata perlahan mengalir dari sudut matanya, dengan kasar Rosalin mengusap air matanya‘kenapa aku selalu bodoh?, kenapa rasa ini masih ada? Kenapa aku selalu menangis dengan hal yang sama berulang kali? Kenapa harus aku?‘baik dulu maupun sekarang tidak ada yang berubah dari kita, aku tetap mencintaimu dan kamu tetap mencintai wanita lain’Kenapa, kenapa dan kenapa yang terbersit di benaknya, untuk apa Rosalin menangisi hal yang sepele seperti ini dia tidak pantas untuk hal ini.Rosalin pergi dari tempat itu dan memutuskan mencari teman, daripada waktunya terbuang sia-sia lebih baik dia menambah relasi agar Rosalin lebih banyak tahu tentang tempat iniSaat matanya menerawang sekelili

  • silhoute of love    bab 1

    Rosalin tiba di depan rumah kecil mereka saat senja mulai turun. Langit kemerahan di ufuk barat mulai meredup, pertanda malam segera tiba. Nafasnya tersengal, pakaian kerjanya masih kotor oleh debu dan keringat. Meski tubuhnya terasa berat oleh kelelahan, dia memasang senyum, berharap bisa menyembunyikan rasa letih di hadapan ibu mertuanya.Pintu kayu berderit saat ia membukanya. Udara dalam rumah terasa pengap dan dingin, seolah tak ada kehangatan di dalamnya. Rosalin melangkah masuk dengan lembut, berharap tak ada yang menyadari betapa lelah dirinya."Aku pulang," katanya dengan nada ceria yang dipaksakan.Matanya langsung bertemu dengan tatapan tajam ibu mertuanya yang duduk di kursi kayu di sudut ruangan. Sejak Rosalin menikah dengan putranya, rumah ini selalu dipenuhi oleh ketegangan yang tak berujung."Kenapa baru pulang?" suara ibu mertuanya menggema, menusuk telinga. "Apa kamu ingin kita mati kelaparan?"Rosalin menggigit bibirnya

  • silhoute of love    bab 10

    Untungnya ruangan kerja Rosalin memang satu ruangan dengan Kilian, jadi Rosalin tidak perlu banyak alasan untuk bisa masuk ke ruangan ituSaat memasuki ruangan Rosalin sedikit melirik ke arah Kilian dan Elena, mereka terlihat biasa saja, tidak ada yang mencurigakan, atau belum?Rosalin terus berpura-pura sedang mengerjakan pekerjaannya, padahal telinga dan mata ya terus melirik dan mendengarkan mereka.Tanpa Rosalin sadari kilian sadar akan tingkah RosalinMeja Rosalin berada di jauh di depan kilian sedangkan elena duduk membelakangi RosalinDari percakapan yang Rosalin dengar, Elena mengajak kilian mengenakan pakaian yang memiliki warna yang sama dengannya‘jadi mereka ingin menjadi couple di acara nanti malam? Hah.. tidak akan aku biarkan’Elena terlihat beranjak dari duduknya dan berbalik ke arah Rosalin, Rosalin langsung mengalihkan pandangannya dan pura-pura melihat kertas“Aku pamit, mari Rosalin” ucap elena sambil merindukan sedikit badannya“Tentu putri elena, silahkan” balas R

  • silhoute of love    bab 9

    Rosalin merasa lega akhirnya keluar dari situasi canggung sebelumnya, tetapi kali ini nasibnya sepertinya tidak lebih baik. Di depannya, Elena, Kilian, Wiliam, dan beberapa teman mereka tampak berbincang santai. Sialnya, saat Rosalin berusaha melewati mereka dengan cepat, Elena memanggilnya.“Rosalin, kau terlihat sangat cantik mengenakan pakaian itu,” ucap Elena dengan senyum manis yang menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak.Rosalin tertegun sejenak, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik kata-kata Elena. Apakah dia sungguh-sungguh memuji, atau malah merendahkannya?“Benarkah? Kalau begitu, apa Anda ingin mencobanya juga, Putri Elena?” balas Rosalin, tersenyum sambil mencoba menanggapi dengan nada bercanda.Namun, Kilian segera memotong, “Jangan melewati batas, Rosalin.” Tatapan tajamnya menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada lelucon itu.Rosalin menahan tawa, tapi tetap mencoba meredakan suasana. “Hahaha, saya hanya bercanda, Pangeran Kilian. Tidak usah terlalu

  • silhoute of love    bab 8

    Tak terasa, hukuman Rosalin tinggal dua hari lagi. Dengan penuh semangat, ia membersihkan debu-debu yang menempel di sudut-sudut sulit jangkauan. Untuk mencapai tempat yang tinggi, ia naik ke atas bangku agar dapat membersihkan debu dengan lebih mudah."Rosalin? Apa yang sedang kau lakukan? Hati-hati!" terdengar suara yang familiar.Rosalin menoleh dengan tergesa-gesa, tetapi gerakannya malah membuat pijakannya goyah. Dalam sekejap, ia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Namun, Wiliam dengan sigap menangkapnya, membuat Rosalin terjatuh tepat di atasnya. Pada saat bersamaan, Kilian muncul di lorong dan menyaksikan kejadian itu, meski hanya sekilas.Begitu menyadari posisinya, Rosalin buru-buru bangkit dan membersihkan bajunya. Wajahnya bersemu merah karena malu. “Astaga! Pangeran Wiliam, maafkan kecerobohanku. Anda baik-baik saja?” tanyanya, mencoba terdengar tenang.Wiliam tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, Rosalin. Aku justru khawatir padamu. Kau baik-baik saja, kan? Dan... pa

  • silhoute of love    bab 7

    Keringat membasahi dahi Rosalin, tetapi senyuman lembutnya tetap terpancar. Meski awalnya ia mengira menjalani hukuman ini akan sangat berat, terutama karena ia tidak begitu akrab dengan para pelayan lainnya, ternyata mereka semua menyambutnya dengan hangat. Setiap kali ia mengerjakan sesuatu, para pelayan dengan senang hati menawarkan bantuan, membuat segalanya terasa lebih mudah.Saat ini, Rosalin sedang mengajarkan mereka memasak hidangan baru yang belum pernah mereka coba. Ia terlihat cekatan dan terampil, membuat para pelayan kagum. Rosalin sempat berpikir, mungkin lebih baik jika ia tetap menjadi pelayan saja dan membiarkan Kilian mencari wanita lain sebagai istrinya.Begitu semua makanan siap, Rosalin mulai mendorong troli, diikuti oleh beberapa pelayan yang membantu membawa hidangan. Saat tiba di ruang makan, ia terkejut mendapati Kilian sudah duduk di tempatnya. Biasanya, Kilian akan datang terlambat, seolah sengaja menghindari Rosalin.Rosalin berusaha tidak menatap Kilian s

  • silhoute of love    bab 6

    “Tuan putri, bangun!”Seseorang terdengar membentak dirinya dan mengguncangkan tubuhnya dengan keras, Rosalin pun perlahan membuka matanya, pantas saja dia dibangunkan dengan cara yang tidak sopan.Ternyata pelayan lain yang bertugas melayani nya, sebenarnya Rosalin terbiasa bangun pagi, namun semalam dia tidur terlalu larut sehingga dia tidur sampai sesiang ini.“Calon ratu macam apa yang bangun sesiang ini cih”Gumam pelayan itu sambil membuka gorden kamar. Rosalin membiarkannya mengoceh sendirian, sikap inilah yang sering dirasakan Rosalin asli atau dirinya.“Seharusnya dia bersyukur bisa tinggal di istana mewah ini, jika saja dia sepintar dan sebaik putri Elena.”“Mereka berdua memang pasangan yang cocok, sama-sama tidak berguna”Sudah cukup! Dia tidak suka jika ada yang membandingkan dirinya dengan orang lain.Rosalin menghampiri pelayan itu dan menamparnya.PLAK!!“Jangan menilaiku dengan setandar rendah mu”“aku lah yang berkuasa di sini, kau hanya pelayan yang beruntung dapat

  • silhoute of love    bab 5

    Rosalin kembali sadar namun di mana ini jelas ini bukan kamarnya, kamar siapa ini dia belum pernah melihatnya kamar itu terlihat sederhana namun sangat nyaman terdapat lukisan bunga rose yang sangat indah.Saat Rosalin mengedarkan pandangannya dia melihat seseorang yang sedang berdiri di balkon dia mengenakan jubah yang menutupi sebagian wajahnya dan menghadap pada dirinyaDari rambut yang tergerai Rosalin yakin itu seorang wanita, perlahan wanita itu mendekati nyaTubuh Rosalin terasa kaku saat wanita itu tepat berada di hadapannya dan mengangkat tangannya, Rosalin menutup matanya karena takutNamun sentuhan lembut yang terasa di pipinya membuat matanya kembali terbuka“belajarlah dari masa lalu, jangan hidup di masa lalu, cobapah hiduplah di masa sekarang dengan lebih baik”“Aku hanya takut”Rosalin takut semua akan kembali terulang seperti kehidupan sebelumnyaDia tidak berani menghadapi semua masalah yang datang di dalam kehidupannya.“jangan terus menghindari masalah dalam hidupm

  • silhoute of love    bab 4

    Saat Rosalin melangkahkan kakinya keluar kamar untuk pertama kali, suasana kastil yang suram langsung menyergapnya, membuat ia tertegun. Rosalin sebelumnya membayangkan kastil ini mewah dan indah seperti dalam dongeng, namun kenyataannya sangat berbeda. Dinding kastil yang seharusnya putih bersih tampak kusam dan seperti tak pernah diganti. Beberapa barang di lorong terlihat tertutupi kain putih polos, menambah kesan misterius yang menyelimuti tempat ini.Sejenak, Rosalin merasa seperti sedang berada di dalam sebuah film horor. Perasaan asing dan ketidaknyamanan semakin menguasainya. Matanya melirik Emma, pelayan setia yang mengantarnya, dengan tatapan curiga dan sedikit takut."Apakah Emma benar-benar manusia?" gumamnya dalam hati, tak mampu menahan rasa takut yang tiba-tiba muncul.Emma, yang menyadari ketegangan Rosalin, menoleh dengan senyum lembut dan bertanya, "Ada apa, Tuan Putri?"Dengan suara kecil, hampir tak terdengar, Rosalin bertanya, "Emma... apa kau manusia sungguhan?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status