Pagi harinya fely mulai membuka mata dengan sayup-sayup.
"Gue dimana?"kata fely setelah duduk di atas tempat tidur.
Fely melihat kesekeliling ruangan dan dia merasa asing dengan ruangan yang di tempati sekarang.
"Semalem gue gak kenapa-napa kan?"kata fely saat ingat kejadian kemarin.
"Jangan-jangan..."kata fely sambil melihat pakaiannya.Dan nafas lega keluar dari fely saat melihat pakaiannya masih lengkap.
"Syukur lah"kata dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Lu udah bangun?"kata arka dari ambang pintu dengan makanan di tangannya.
"Lu?"kata fely tak percaya melihat sosok arka di depannya.
"Hm,kenapa?"kata arka sambil berjalan ke arah fely.
"Gak"jawab fely sambil menatap arka lekat.
'Gimana caranya gue bisa sama dia?'batin fely dengan heran.
"Gue yang selametin elu dari tiga pria sialan itu"kata arka menjawab pertanyaan fely.
"Lah?"kata fely bingung saat arka mengetahui isi fi
Di tempat lain. "Lu kan yang sebarin ini?"kata raka dengan emosi tertahan. "Iya,hebatkan gue"kata natasya dengan santai. "Gila lu"kata raka dengan nada tak percaya. "Yah,gue emang gila"kata natasya dengan tenang. "Kenapa lu berubah nat,gue suka lu yang dulu"kata raka dengan lesu. "Gue gak berubah ini sikap gue yang asli.Lu pada yang buta aja sampai gak percaya sama fely"kata natasya dengan senyum sinisnya. Raka menatap natasya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. "Jangan ganggu gue lagi setelah ini"kata raka dan berlalu pergi. "Kalau masih bisa gue manfaatin kenapa enggak"kata natasya dengan senyum sinisnya dan meninggalakan tempat tadi dengan senyum senang. Di markas arjun. Fely masih menunggu kedatangan sepupunya dengan perasaan bercampur aduk dan pikiran entah kemana. 'Siapa mereka?'batin fely dengan gusar. 'Semalem gue gak ngelakuin aneh-aneh kan?'batin fely lagi drngan wa
Fely di antar satria ke rumahnya.Dengan berat hati fely mengiyakan ajakan satria untuk mengantarkannya pulang ke rumah. "Masuk gih"kata satria sambil menatap fely dengan senyum senang. "Hm"jawab fely dan memasuki gerbang rumahnya dengan perasaan malas. Fely terus berjalan hingga sampai di depan pintu rumahnya. Baru membuka pintu tiba-tiba ada suara yang mengejutkannya. "Untuk apa kamu pulang?"kata orang tadi dengan datar dan aura membahayakan. "..."fely diam membisu dia bingung ingin menjawab dengan apa.Bahkan dia juga bingung apa alasan untuk pulang kerumah ini. "Jawab saya anak tak tau diri!"kata papanya dengan nada mulai meninggi. "Sudah habis kesabaran saya menghadapi kamu.Selain membuat malu apa tak ada kegiatan untuk mu hah?!"kata papa fely sambil menatap fely tajam dan menusuk. Dengan heran fely menatap papanya dengan dahi mengkerut. "Jangan tatap saya dengan wajah seperti itu!"kata papanya dengan
Fely berjalan keluar rumah dengan perasaan bercampur aduk.‘Apa ini sudah benar?’batin fely dengan perasaan bimbang.“Sudahlah sepertinya ini yang terbaik”kata fely dengan wajah acuh miliknya.“Fely!”panggil seseorang dari arah belakangnya.Fely menatap orang tadi drngan kerutan dahi heran.“Untuk apa mereka ada disini?”gumang fely sambil menatap orang tadi dengan heran.“Lu dari mana aja? Kenapa semalem gak pulang? “tanya bara dengan nada cemas.“Urusan sama elu apa?”tanya fely dengan wajah acuh.“Dan lu semua bolos pelajaran?”lanjut fely sambil menatap ke arah mereka dengan malas.“Kita bantuin si bara nyari elu”kata fito dengan malas.“Gak usah repot-repot buat nyari gue.Gue udah besar bisa jaga diri gue sendiri”kata fely drngan malas.“Sekarang jawab pertanyaan gue,yang di foto itu bener?&rd
Fely terus berjalan tak tentu arah.Hingga langkahnya berhenti di pemberhentian bus.Fely duduk di kursi halte dengan perasaan bercampur aduk.Tanpa sadar air matanya mulai menetes tanpa bisa di cegah."Gue bingung sama perasaan gue sendiri"kata fely menatap ke bawah dengan seduh."Gue bingung sama kemauan gue sendiri"kata fely dengan air mata yang terus mengalir."Seharusnya hati gue gak sesakit ini,seharusnya gue biasa aja tapi kenapa hati ini sakit banget"gumang fely sambil memegang dadanya dengan erat.Fely menatap ke arah depan dengan pandangan kosong."Lu kenapa di sini?"kata seseorang mengagetkan fely dari lamunannya.Fely yang mendengar suara seseorang sesegera mungkin dia mengusap air matanya yang masih mengalir."Lu siapa?"tanya fely dengan heran."Gue bima yang pernah nganterin lu beberapa minggu lalu"kata bima sambil duduk di samping fely."Nganterin gue?"kata fely dengan nada tak yakin."Hm"kata bima den
Sepeninggalan bima fely sibuk guling-guling di atas kasur dengan perasaan malas."Gue pengen nyemil"kata fely sambil duduk di atas tempat tidur."Kalau minta gak enak"kata fely lagi sambil bangkit dari duduknya."Bodolah"kata fely dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.Beberapa saat kemudian ada seseorang masuk ke dalam kamar yang di tepati fely tanpa izin."Fel"panggil orang tadi sambil menatap fely tanpa ekpresi."Loh?"kata fely dengan rasa sedikit terkejut."Lu benet cabut dari rumah"kata arka dengan wajah khawatir."Hm"balas fely dan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk."Kenapa lu cabut dari rumah?"tanya arka sambil berjalan ke arah fely."Mau aja"kata fely dengan tenang."Itu bukan alasan yang bagus"kata arka dengan wajah malas dan duduk di samping fely."Terus lu mau gimana?"kata fely sambil menatap arka tak minat."Ck,percuma debat sama elu gak bakal selesai"kata arka dengan
Sudah hampir satu minggu fely tinggal di markas arjun.Dia juga sudah mendapatkan pekerjaan untuk menjalani kehidupannya.Awalnya arka tidak memberi izin saat fely ingin mencari kerja.Tapi karena kekeras kepalaan fely membuat arka mau tak mau harus mengalah."Fel"panggil salah satu anggota arjun yang biasa menjaga markas."Kenapa?"tanya fely dari arah ruang makan."Lu gak kerja hari ini?"tanya dendra dengan heran."Enggak lagi libur"kata fely sekenannya."Oh,ya udah kalau gitu"kata nya dan mulai duduk di samping fely."Yang lain kemana?"tanya dendra kepada fely."Pada keluar cari makan"kata fely dengan tenang."Oh"kata dendra dn mulai menyibukkan diri dengan ponsel miliknya.Di lain tempat.Di dalam ruangan yang minim akan cahaya.Terlihat dua orang manusia sedang berbincang-bincang."Saya ingin kamu melakukan sesuatu untuk ku"kata seorang pria paruh baya dengan nada datar."Apa lagi yang kau ingi
"Bagaimana? Apa kau setuju?"tanya pria tadi dengan senyum devil. "Aku tak mau masuk penjara!"kata natasya setelah memikirkannya dengan matang. "Kalau begitu keluargamu yang akan menerima akibatnya"kata pria tadi dengan datar. "Apa maksudmu br****ek!"kata natasya dengan emosi meluap. "Kau tak mau maka keluargamu yang menerima akibatnya"kata pria tadi dengan tenang. "Kau benar-benar licik!"kata natasya dengan emosi tertahan. "Ya aku memang licik dan kelicikkan ku belajar dari dunia ini"kata pria tadi dengan senyum devil. "Tenang saja kau tak akan masuk penjara.Cukup bawa dia ke lokasi yang ku beritahu dan selanjutnya uruanku"kata pria tadi dengan senyum mengembang. "Bagaimana? Setuju atau tidak?"kata pria tadi dengan senyum liciknya. "Apakah kau memberikan ku pilihan lain?!"kata natasya dengan emosi tertahan. "Bagus anak pintar"kata pria tadi sambil mengelus kepala natasya dengan pelan. "Jangan sen
Bara menjalankan motornya tak tentu arah.Karena dia tak memiliki petunjuk sama sekali.Sedangkan satria tak mau memberi tahunya dimana fely tinggal sekarang. Bara terus menjalankan mototnya hingga sampai di taman yang lumayan sepi.Bara menepikan motornya dan berjalan memasuki area taman. "Dek lu di mana?"gumang bara sambil berjalan menuju bangku taman. Huff. Hembusan nafas dari bara karen lelah.Sebab semenjak fely pergi dari rumah dia selalu berusaha mencari keberadaan fely hingga lupa makan dan tidur. Bara menatap ke depan dengan kosong.Hingga ada seseorang menepuk bahunya. "Bara"panggil orang itu dengan pelan. Bara menatap orang tadi dengan heran. "Kenapa?"kata bara dengan datar. "Boleh duduk?"tanya natasya dengan senyum manisnya. "Hm"jawab bara dengan malas. Setelah mendengar jawaban dari bara natasya mulai duduk di samping bara dengan perlahan. Di antara mereka tak ada yang memulai pem