Keesokan harinya, hubungan mereka sudah baik-baik saja. Zuco kembali menjemput Ailee untuk berangkat bersama, Zuco kembali mengganggu Ailee dengan pesan-pesan dan juga panggilannya. Tapi Ailee tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu, bahkan jika Zuco memintanya melakukan video call dengan paksa, Ailee hanya perlu mengangkat kemudian membiarkan Zuco menatapnya.
Tinggal setengah jam lagi bel masuk berbunyi. Dan Zuco terlihat duduk di ruangan untuk ekstrakurikuler cheer leader dengan ditemani beberapa anggotanya. Ia terlihat menunggu seseorang yang juga sempat dirinya temui, Jessie, ketua ekskul tersebut.
"Kalau boleh tahu, Kak Leon ada perlu apa yah, ya kak?" Tanya seorang siswi.
Zuco hanya diam tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan adik kelasnya itu.
"Emh, Kak Leon mau--"
"Berisik." Sahut Zuco yang sudah mulai bosan menunggu.
Hingga akhirnya Jessie datang, ia langsu
Ailee terlihat duduk dengan gelisah, menunggu Jhonatan yang sedang menemui seseorang di lantai bawah gedung perusahaannya. Ia terus melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 14.30. Ailee harus sampai di rumah sebelum jam 4, agar Zuco tidak lebih dulu menjemputnya untuk berziarah pada makam sang Ibunda.Setelah Zuco mengantarkannya pulang, Ailee langsung berganti pakaian dan pergi ke kantor Jhonatan untuk memastikan perkiraannya bahwa Zuco tidak cukup dekat dengan almarhum ibundanya.Ceklek."Om,""Dokter silahkan masuk!" Ucap Jhonatan mempersilahkan seorang pria dengan kemeja rapih untuk masuk.Ailee sempat mengernyit heran, sampai akhirnya Jhonatan memperkenalkan pria tersebut."Ailee, kenalkan ini Dokter Gilang yang menangani Zuco."Ailee tersenyum ramah seraya menyalami Dokter tersebut."Kamu pasti mau membica
Ailee tersenyum memandangi wajah Zuco yang sedang memejamkan mata dan khusyuk berdoa. Profil side nya sangat sempurna, Ailee mengakuinya, ketampanan Zuco memang nyata adanya. Belum lagi sekarang pria itu terlihat sangat tenang ketika memanjakan doa untuk almarhum sang ibunda."Ailee..."Ailee tersadar. "Hn? Oh, udah selesai?"Zuco tersenyum dan mengangguk. "Aku doanya lama yah?""Enggak, tapi ya lebih lamaan kamu dibanding aku, mhehehe... Pulang?"Zuco menggelengkan kepala tak setuju. "Makan.""Okay, ayo bangun!" Ajak Ailee pada Zuco yang masih berdiri dengan kedua lututnya.Zuco mengusap nisan sang Ibunda dan menunduk sedih. "Semoga dikehidupan selanjutnya hanya ada aku, Mamah dan Papah, a perfect familly." Gumamnya dalam hati."Ayo! Hari ini aku mau makan sayur," ucapnya seraya berjalan dengan merangkul pinggang ramping Ailee.
Beb... Harusnya kemarin tuh part gak kayak gitu)ㅠㅠ, itu tuh buat agak nantian... Tapi, udah terlanjur dah lanjut aja awowkk...***"Angga!!" Panggil Ailee dari luar rumah sahabatnya itu. Saat ini ia sedang benar-benar marah kepadanya.Ceklek."Ailee, kamu kok nangis?" Tanya Ibu Angga yang membukakan pintu untuknya.Ailee menghapus air matanya, walau percuma saja karena tangisannya masih belum mau berhenti. "Angga mana Tante, mau aku pukul dia!!""Ya ampun, kalian berantem? Kamu diapain sama anak Tante, Lee?""Tante, Angganya mana ih...""Udah dong nangisnya, Angga ada di kamarnya. Kamu temuin aja,"Tanpa mengatakan apapun lagi, Ailee langsung naik ke lantai dua menuju kamar Angga. Tangannya sudah gatal ingin menjambak sahabat kejamnya itu.Ceklek."Ket
Sudah 3 hari berlalu sejak hari itu, hari ketika Ailee meminta break dalam hubungannya dengan Zuco. Dan semua berjalan seperti seharusnya. Keduanya tidak melakukan komunikasi. Zuco berusaha untuk tetap cool seperti biasanya. Bahkan kabar Break mereka membuat para siswi terlihat berusaha untuk merebut perhatian Zuco, namun Zuco sama sekali tidak melirik mereka. Tidak satupun.Bagaimana tidak, Zuco kini lebih terfokus memperbaiki pola pikirnya. Overact, over thinking, rasa khawatir yang berlebih, rasa takut yang tak wajar dan rasa gelisah yang tidak beralasan, Zuco mencoba untuk memperbaiki itu semua. Perlahan.Itu semua demi Ailee. Dulu ia tidak pernah ingin bertemu Dokter manapun, ia percaya dirinya baik-baik saja. Tapi mengingat Ailee dan apa yang Angga katakan sebagai peringatan, Zuco pun mengerti.Kini bukan hanya tentang dirinya. Karena ada Ailee dalam hidupnya, ada seorang anak gadis yang orang tuanya percayakan un
Sudah satu jam lamanya, Zuco dan Ailee berada di dalam air. Di kolam renang yang ada di kediaman Corner. Awalnya Ailee ragu, tapi Zuco meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa selama Ailee berlatih dengan dirinya. Akhirnya Ailee pun mau turun dan belajar berenang bersama tunangannya itu."Gak bisa Zuco, takut!" Tolak Ailee.Zuco yang berdiri di samping kiri Ailee tampak melipat kedua tangan di depan dada."Tangan kamu ke depan yaang, nah kaki kanan kamu ke dinding. Terus dorong, nanti pas maju tangannya gerakkin juga." Jelas Zuco."Teori doangmah gampang," ujar Ailee. "Udah ah biarin, paling dapet C, kan masih ada ulangan teori."Ailee hendak naik ke atas dan menyudahi latihannya. Ia menyerah. Namun Zuco menahannya dan membawanya kembali masuk ke dalam air."Apa lagi s-- eeeh!" Tiba-tiba saja Zuco menarik pinggangnya, menghilangkan jarak diantara mereka.
Ailee berjalan dengan sebuah kotak yang ia jinjing ditangan sebelah kirinya. Ia baru saja turun dari mobil Zuco dan tanpa menunggu tunangannya itu, Ailee berlalu begitu saja menuju kantin untuk menitipkan donat yang dibuat oleh Ibu juga dirinya.Zuco yang sibuk dengan ponselnya di dalam mobil tidak menyadari jika Ailee sudah menjauh dari mobilnya, ia kira Ailee sedang menunggunya di luar, nyatanya ditinggalkan."Kinar gak boleh nikah sama Om Willson, kasian sepupu gue punya Ibu titisan dakjal." Pikir Zuco.Zuco mengedarkan pandangannya dan mengembuskan nafas kasar ketika melihat Ailee yang sudah berjalan di koridor kelas."Tinggal aja terus." Gumamnya. "YAAANG! TUNGGU!" Teriaknya.Dengan langkah lebarnya ia berlari menyusul Ailee.Sedangkan Ailee tersenyum mendengar teriakan itu walaupun samar. Di satu sisi ia senang karena Zuco selalu membuat dirinya merasa berharga de
Zuco mengembuskan nafas kasar dan mengangguk pasti."Okay, gue gak akan marah." Ucapnya pada Angga yang berdiri di hadapannya.Angga tersenyum senang."Ailee gak ada niat buat nyembunyiin tentang dia yang kerja part time di rumah makan. Dia mau bilang, tapi gak sekarang." Ucap Angga.Zuco terdiam seraya menyandarkan tubuhnya pada mobil."Heh, malah diem. Awas aja kalau lu marah-marah apalagi nyebut nama gue, gua ancurin hubungan lo." Ujar Angga yang takut jika Zuco mengatakan bahwa dirinyalah yang memberitahunya, seperti waktu itu.Zuco mengusap wajah gusar."Dia lagi butuh banget uang?""Ho'oh.""Harusnya dia bilang. Gue bahkan udah nawarin bantuan, tapi dia nolak." Ucap Zuco heran.Angga tertawa hambar. "Gue udah temenan sama dia dari SMP, jadi lain kali, kalau Ailee butuh uang, jangan kasih bantuan uang. Tapi ker
Sudah satu minggu berlalu, Ailee semakin banyak menghabiskan waktu bersama Zuco karena permintaan Zuco untuk menggantikan Nanny Sarnah dalam mengurus semua keperluannya. Sejauh ini tidak ada hal yang memberatkan tugas Ailee. Karena kalian tahu sendiri, Zuco memang selalu manja pada Ailee walau ada yang mengurusnya.Seperti saat ini, Zuco terlihat asik memeluk Ailee yang sedang menonton TV. Karena hari ini hari minggu, sudah dari pukul 10 pagi sampai sekarang pukul 1 siang, ia berada di kediaman tunangannya itu. Menemaninya yang merasa kesepian karena di rumah hanya ditemani asisten rumah tangga tetap dan harian, tukang kebun, juga supir. Lagi pula, Zuco sangat sulit untuk terbuka pada orang lain. Kecuali untuk Ailee, sejak pertama berjumpa, Zuco merasakan hal yang berbeda.~Chu...Zuco mengecup pipi Ailee dengan gemas."Diem deh, aku lagi nonton." Ailee berusaha menjauhkan wajahnya.
Ailee menggeliat pelan. Seluruh tubuhnya terasa berat, dan saat mencoba sedikit bergerak, rasa ngilu-ngilu samar di bagian bawahnya membuatnya mengerutkan dahi. Ia menghela napas, mengumpulkan nyawa dan tenaga untuk menghadapi hari setelah digempur semalaman. Semalam… Pipinya langsung memanas saat ingatan itu muncul di kepalanya. Perlahan, Ailee membuka mata dan mendapati tempat di sebelahnya kosong. "Oh? Jam berapa sekarang?" Gumamnya pelan. Matanya kemudian bergerak, memindai sekitar untuk mencari keberadaan pelaku yang membuatnya tak berdaya. Lalu di sofa dekat jendela, di sana, Zuco terluhat duduk dengan santai, mengenakan kaos polo berwarna midnight blue yang membuat warna kulitnya semakin cerah saja. Rambutnya masih sedikit basah, sepertinya baru selesai mandi. Namun, wajahnya terlihat serius, fokus menatap layar iPad yang ia pegang. "Sejak kapan dia jadi makin ganteng dan manly gini?" Pikir Ailee, "Whatever, yang penting adalah dia suami aku. He's mine. That handsome face
Pesta pernikahan dari putra bungsu keluarga Corner diselenggarakan dengan sangat mewah. Dekorasi bunga putih dari berbagai jenis bunga asli menghiasi setiap sudut ballroom Crystal Palace, memberikan suasana romantis, elegan dan mewah sesuai tema yang memang Ailee putuskan bersama Zuco.Para tamu terlihat menikmati semua rentetan acara yang meriah dan khidmat dengan alunan musik lembut yang mengisi latar. Suara gelak tawa, dentingan gelas dan ucapan selamat yang terus Ailee dan Zuco terima diseiring perayaan pernikahan."Pah, Bu, kami ke meja yang lain dulu. Temen-temen duduk di meja sana," ucap Zuco, izin memisahkan diri.Jhonatan mengangguk, "Sure, ini pesta kalian, do as you wish, nak."Ailee menggenggam tangan suaminya, lalu berjalan beriringan. Ia masih sedikit tak percaya bahwa hari bahagia mereka akhirnya tiba. Gaun putih yang anggun berkilau, dan cincin di jarinya terasa seperti mimpi. Tapi genggaman hangat dan senyuman yang Zuco berikan membuatnya sadar bahwa ini semua adalah
"Zuco gak jadi dateng? What is that mean?" Suara itu mengalihkan bunda Mika, Ibunya Ailee dan Tuan besar Jhonatan, calon Ayah mertua Ailee yang tampak sedang kebingungan. Mereka berdua langsung menghadap ke arah Ailee yang sedang memeluk toga juga ijazah tanda bahwa dia sudah menjadi sarjana untuk Sastra inggris, S.S., Ing. "Bunda, ada apa? Kalian ngobrolin apa? Pah, ini beneran Zuco gak bakalan dateng? Acara wisudanya udah selesai, aku kira dia telat tapi... Dia gak dateng?" Tanya Ailee memastikan dengan suara yang bergetar, ia merasa kecewa. Ailee menunduk, menatap cincin yang tersemat dijari manisnya. Rasa bahagia yang memenuhi hatinya perlahan memudar, tergulung rasa rindu yang tidak jadi tersalurkan. Dengan gontai dia berjalan ke bangku taman, lalu duduk dengan tatapan sendu. "Lee, jangan cemberut gitu dong, ini kan hari wisuda kamu. Kamu harusnya bahagia, lihat yang lain. Semuanya foto-foto, ayo kita ambil foto bareng!" Ajak Bunda Mika berusaha menghibur sang putri. Jhonat
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsession💫_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentar😘 dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi