Share

05. Ingatan Rania

Penulis: ummi asya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-05 13:01:55

"Apa?! Tiga puluh juta?" tanya Zahrana kaget dengan biaya sebesar itu.

"Iya, mau di bayar lunas atau di cicil dulu mbak?" tanya petugas itu.

"Emm, bisa bayar pakai ATM?" tanya Zahrana.

"Bisa."

Zahrana pun menyerahkan ATM yang dia pegang pada petugas itu. Petugas itu pun mengecek ATM yang di serahkan oleh Zahrana, dia meminta Zahrana memencet pin pada alat ATM mini tersebut. Tapi dia bingung karena tidak tahu pin ATM milik kakaknya itu.

"Kalau begitu, cicil saja mbak pakai uang tunai. Ini punya kakaknya yang lagi di operasi ya. Nantu bisa di lunasi melalui ATM atau tunai lagi." kata petugas itu.

"Oh ya, sebentar pak."

Zahrana mengambil dompet kakaknya, melihat isi uang tunai di dompet itu. Di hitung hanya ada beberapa lembar ratusan saja, dia menyerahkan tujuh lembar uang ratusan tersebut.

"Apa segini dulu ngga apa-apa pak?" tanya Zahrana.

Petugas itu menghitung uang yang di serahkan Zahrana. Zahrana memperhatikan apa yang di lakukan oleh petugas itu.

"Kalau bisa satu juta saja dulu mbak, kurang tiga ratus ribu. Kalau ada di tambahkan lagi." kata petugas itu.

Zahrana mengambil dompetnya, dia ingat ada uang tiga ratus lebih di dompetnya. Dia lalu membayarkannya pada petugas itu.

"Nah, nanti mbaknya bisa tanyakan nomor pin sama kakaknya kalau sudah sadar. Biar bisa melunasi pembayaran rumah sakit." kata petugas itu.

Zahrana mengangguk, dia menerima struk pembayaran tadi lalu segera pergi kembali menuju ruang operasi dimana kakaknya di operasi.

Sepanjang jalan di lorong rumah sakit itu dia selalu berpapasan dengan orang yang di dorong dengan kurai roda atau bangsal dengan langkah tergesa-gesa.

Bayi dalam gendongan Zahrana pun menggeliat, dia mencari duduk untuk membuatkan susu formula. Karena hanya itu makanan bayi saat ini.

"Mbak, kenapa bawa bayi di rumah sakit?" tanya seseorang duduk di sebelah Zahrana.

"Kalau di tinggal di rumah tidak ada yang jaga bu. Kasihan, jadi aku bawa saja." jawab Zahrana pada ibu-ibu di sampingnya.

"Apa tidak bisa di titipkan sama tetangga saja atau saudara." kata ibu itu lagi.

"Mereka sibuk bu, jadi mending saya bawa dari pada merepotkan." ucap Zahrana.

Ibu itu hanya diam saja, dia memperhatikan Zahrana yang sedang membuat susu dalam botol kemudian memberikan susu botol itu pada Raka. Dia melirik sekilas pada ibu-ibu yang masih memperhatikannya memberikan susu botol itu.

"Keluarga ibu Rania!" teriak suster.

Zahrana beranjak bangun, dia mendekat pada perawat yang tadi memanggil atas nama kakaknya.

"Ya suster, kenapa?" tanya Zahrana pada suster itu.

"Oh ya, operasinya berjalan lancar. Nanti di pindahkan ke kamar inap ya, apa sudah melakukan administrasi?" tanya perawat itu.

"Sudah suster, tapi hanya sebagian dulu. Nanti saya lunasi setelah kakak saya sadar dan mau pulang." jawab zahrana.

"Baiklah, ibu Rania akan di pindahkan sekarang. Mbaknya ikut saja dari belakang, mau ambil kelas tiga ya?" tanya perawat itu lagi.

"Iya suster."

Perawat itu hanya mengangguk, dia masuk ke dalam ruang operasi. Tak lama bangsal Rania keluar, Zahrana masih berdiri didepan. Dia melihat kakaknya masih memejamkan matanya, wajahnya tidak sepucat tadi. Dia sudah di bantu oleh cairan infus untuk menambah tenaga dan mengganti darah yang banyak sekali keluar.

Zahrana mengikuti para perawat dari belakang, sambil menggendong Raka dan juga tas besar berisi baju kakaknya dan juga bayi kecil itu. Mereka memasuki ruang kamar inap berisi tiga orang pasien di dalamnya, ada empat bangsal. Dan salah satunya di isi oleh Rania.

Dua perawat itu membawa infus dan juga membawa obat untuk di suntikan pada Rania melalui selang infus. Setelah selesai, mereka pun keluar. Zahrana mendekat, menatap sedih keadaan kakaknya yang tirus wajahnya.

Tangannya memegang tangan Rania, hampir air matanya mengalir. Tapi kemudian dia usap, sedih dan bingung melihat keadaan kakaknya sekarang.

_

Satu minggu pulang dari rumah sakit, Rania hanya diam saja di kasurnya. Tidak boleh bergerak katanya, karena operasi kemarin memang di haruskan banyak istirahat. Kalau banyak bergerak, jahitan pada operasi terlalu banyak dan takutnya infeksi.

"Zahra, apa kamu tidak merasa capek mengurus kakak, Raka dan juga kamu harus berdagang di pasar. Kakak kasihan sama kamu." kata Rania ketika dia menyusui anaknya melihat Zahrana sedang menyetrika baju.

"Ngga apa-apa kak, kalau bukan siapa lagi yang akan mengurus kakak dan Raka. Jangan pikirkan itu, aku ikhlas mengurus kakak dan Raka kok." kata Zahrana melipat baju yang selesai di setrika.

Rania masih menatap adiknya yang begitu sibuk sejak bangun tidur sampai mau tidur malam hari. Dia merasa kasihan, tetapi apalah daya dia tidak bisa membantu adiknya.

Pikiran Rania menerawang pada masa lalu dimana dia bekerja di sebuah toko. Awalnya dia sangat nyaman sekali bekerja di sana, hingga teman satu tokonya menjebaknya untuk menggantikannya bertemu dengan seorang laki-laki.

"Siapa kamu?!" teriak laki-laki dingin itu menatap tajam pada Rania.

"Saya Rania pak, teman saya bilang saya harus menemui seseorang." jawab Rania sedikit takut dengan wajah dingin laki-laki di depannya.

Laki-laki itu pun mendengus kasar, dia menatap sinis Rania. Lalu seorang yang ada di belakangnya itu melangkah mendekat ketika isyarat mata sang bosnya menyuruhnya membawa Rania.

"Kamu ikut saya." kata laki-laki sebagai asisten bos laki-laki itu.

"Tapi, saya mau di bawa kemana pak?" tanya Rania heran sekaligus bingung.

"Diamlah, tuanku ingin membawamu ke hotel." kata laki-laki asisten itu ketus.

Rania diam, dia hanya menelan ludahnya ketika tatapannya beradu dengan mata laki-laki dingin tersebut. Dia pun menunduk, tangannya di tarik oleh asistennya. Dengan terpaksa Rania pun ikut keduanya, mereka menaiki mobil putih metalik.

Meski bingung, dia tetap masuk ke dalam mobil itu. Duduk diam di samping laki-laki dingin di sampingnya, menatap ke depan lalu beralih menatap jendela di sampingnya. Menatap jalanan yang bersjalan seperti meninggalkannya.

"Kamu temannya Risa?" tanya laki-laki itu.

"Iya tuan." jawab Rania.

"Padahal kalau dia mau, akan aku berikan apapun. Tapi sudahlah, kamu yang ikut denganku. Jadi kamu yang akan aku jadikan uji coba kejantananku apakah berfungsi atau tidak." kata laki-laki itu dengan tenang dan dingin

Rania diam saja, meski dia tidak tahu apa maksud ucapan laki-laki di sampingnya. Hatinya nampak gelisah, belum lagi dia tadi mengirim pesan pada Risa mengenai dirinya yang di bawa oleh laki-laki yang tidak dia kenal tersebut.

Satu jam perjalanan, mobil berbelok memasuki halaman hotel yang besar dan mewah. Mobil tersebut berhenti di depan pintu hotel, sang asisten sebagai supir itu keluar. Membukakan pintu mobil pada tuannya, Rania keluar sendiri di sebelahnya. Masih dalam kebingungan dia memandangi gedung hotel tersebut.

Sang asisten itu pun menyuruh Rania mengikuti langkah kemana bosnya melangkah. Mereka memasuki lift, menuju lantai lima belas dimana kamar hotel yang di pesan oleh laki-laki itu.

"Saya mau di bawa kemana tuan?" tanya Rania.

"Kamu diam saja, ikuti apa yang aku ingnkan. Tidak perlu banyak ingin tahu apa yang ingin aku lakukan padamu." kata laki-laki itu ketus dan dingin.

Rania kembali diam, dia menarik napas panjang. Dia tidak mengerti dengan sikap orang-orang kaya tersebut, dari penampilan dan mobil yang tadi di gunakan. Rania bisa menyimpulkan kalau dua laki-laki itu adalah orang kaya, dan laki-laki dingin itu bosnya sedangkan yang tadi menarik lengannya adalah anak buahnya.

Lift berhenti di lantai lima belas, Rania mengikuti kemana dua laki-laki itu melangkah. Cukup lumayan mereka melangkah, hingga di sebuah kamar hotel mereka berhenti. Laki-laki asisten itu membukakan pintu untuk tuannya, di susul Rania.

Tampak di dalam itu ada beberapa orang, ada yang memakai pakaian batik berpeci. Dua perempuan berpakaian mahal dan sedikit terbuka, serta laki-laki tua duduk di kursi roda.

"Jadi, apa sebaiknya kita laksanakan pernikahannya sekarang?"

_

_

*********

Bab terkait

  • Zahrana Gadis Tangguh   06. Mabuk Membawa Petaka

    "Saya terima nikah dan kawinnya Rania Marlina dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."Ucapan lantang laki-laki dingin itu membuat beku Rania, dia tidak tahu jika akan menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal. Bahkan baru bertemu saat ini juga, dan dalam waktu beberapa jam saja dia sudah jadi seorang suami.Entah apa yang akan dia perbuat, di mana dia harus mengadu dengan kejadian mendadak itu. Melihat sekeliling kamar hotel itu, membuatnya tiba-tiba jadi pengap. Menatap satu persatu orang-orang di depannya, tatapannya pun beralih pada laki-laki yang kini sudah jadi suaminya.Siapa dia?"Terima kasih pak penghulu." kata laki-laki itu datar saja."Aah ya, tuan. Semoga menjadi keluarga yang bahagia." ucap penghulu berbaju batik itu.Laki-laki itu hanya diam saja, tanpa menanggapi dengan anggukan apapun. Penghulu itu pun keluar dari kamar hotel itu, di susul dua perempuan yang sejak tadi menyaksikan perikahan singkat laki-laki dingin itu.Rania masih diam di tempat, pakaian yang d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Zahrana Gadis Tangguh   07. Sertifikat Rmah

    Kenangan tentang dirinya dengan laki-laki bernama dalam kartu nama yang dia temukan itu, membuat Rania sedih. Apa lagi dia menemukan cek di meja sebesar seratus juta untuknya, sejak itu Rania menyelesaikan pekerjaan di toko lalu dia pun pulang ke kampungnya.Membawa cek serta kartu nama yang dia temukan. Kemudian di simpan di dompetnya tanpa pernah dia lihat lagi kartu nama itu.Dua bulan setelah pulangnya Rania dari rumah sakit, dia terlihat sehat. Tetapi terkadang merasa nyeri di bagian perutnya, dia hanya bisa menahan rasa sakit itu sendiri tanpa memberitahu adiknya Zahrana.Dia tidak mau adiknya ikut memikirkan penyakitnya itu, sedangkan Zahrana berjuang untuk mencukupi kebutuhan di rumah. Meski dia tahu di pasar banyak sekali yang menggunjingkannya karena melahirkan anak yang tidak tahu siapa bapaknya.Tok tok tok.Suara ketukan pintu dengan keras dari luar, Rania bergegas menghentikan menyusui anaknya yang kini sudah berusia dua bulan lebih itu. Dia berjalan menuju pintu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Zahrana Gadis Tangguh   08. Meninggalnya Rania

    Rania kembali di bawa ke rumah sakit lagi karena dia pingsan setelah bicara dengan pamannya. Zahrana tentu saja sangat panik, dia kembali membawa Rania dengan memesan taksi online. Raka dia titipkan pada pelanggan yang sering dia beri sisa jualannya. Tidak seperti dulu dia pergi mengantar Rania ke rumah sakit, harus di bawa karena tidak ada yang mau membantu menjaga keponakannya.Mempercayakan pada paman dan bibinya sama saja menyerahkan semua hartanya. Apa lagi kakaknya pingsan itu karena tadi ada istri pamannya datang dan meminta sertifikat rumah, bisa jadi karena itu juga kakaknya pingsan."Apa kakak mbaknya tidak minum obat ya?" tanya dokter yang menangani Rania setelah meraka sampai di rumah sakit."Katanya cuma hari ini saja dokter kakakku tidak minum." jawab Zahrana."Ini mustahil, sudah hampir setengah bulan kakak anda tidak minum obat. Kalau cuma hari ini saja tidak minum obat, tidak akan pingsan dan lemah begitu." kata dokter.Zahrana diam, dia bingung dengan ucapan dokter i

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • Zahrana Gadis Tangguh   09. Ketegaran Zahrana

    Zahrana keluar dari rumahnya, dia agak ragu menuju rumah tetangganya untuk meminta bantuan. Keadaan masih sepi dan gelap, tapi ada beberapa orang keluar dari rumahnya untuk pergi ke masjid sholat subuh berjamaah, atau pun ada yang keluar pergi ke pasar berjualan.Rania mendekati seorang laki-laki berpakaian sarung dan koko, sepertinya mau pergi ke masjid di ujung jalan itu. Menjalankan sholat subuh berjamaah."Pak, tolong saya." kata Zahrana agak ragu, wajahnya kebingungan."Kenapa?" tanya laki-laki berpeci itu."Kakak saya meninggal pak, hik hik hik. Tadi malam, saya bingung mau bagaimana." ucapnya sambil menangis dan memeluk Raka erat."Innalilahi wainnailaihirojiuun." ucap laki-laki itu."Tolong saya pak, bagaimana mengurus jenazah kakak saya itu." ucap Zahrana lagi."Sebentar, saya ke masjid dulu ya. Nanti saya bicara sama pak ustad di masjid, kalau kakak kamu meninggal." kata laki-laki itu merasa kasihan pada Zahrana.Meski memang banyak yang tidak menyukai Zahrana dan Rania, tet

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-09
  • Zahrana Gadis Tangguh   10. Panggilan Bunda

    Satu minggu kepergian Rania, kini Zahrana kembali beraktifitas seperti biasanya. Dia berjualan lagi di pasar, Raka dia titipkan pada mbok Lastri. Setelah pulang dari pasar dia ambil lagi bayi itu dengan membawa beberapa sayuran dan lauk pauk lainnya.Dia dan mbok Lastri lebih dekat di bandingkan dengan keluarga pamannya. Bahkan sewaktu kematian Rania saja, pamannya saja yang datang. Itupun tidak ikut membantunya, hanya ikut pergi ke pemakaman saja dan langsung pergi.Memang pekerjaan pamannya itu terkadang sibuk sekali sebagai mandor sebuah proyek. Tetapi dia terlalu menurut pada istrinya Midah, apa lagi jika anaknya meminta sesuatu pasti di turuti.Zahrana sedang merapikan dagangannya, hari ini cukup lumayan habis sayurannya. Setiap dua hari sekali dia mengambil sayuran ke pasar induk untuk di jual kembali di pasar kampung. Makanya kadang dia harus meninggalkan Raka dengan mbok Lastri untuk belanja ke pasar induk.Hari ini Zahrana pulang lebih awal dari biasanya, karena jualannya hab

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Zahrana Gadis Tangguh   11. Kartu Nama

    "Zahrana, ikut aku!"Ucapan keras berasal dari belakang Zahrana, dia menoleh ke belakang. Tampak pamannya Shalih kesal sekali padanya, Zahrana mendengus kasar. Dia ingin menolaknya, tetapi tangannya sudah di tarik oleh pamannya itu."Ikut kemana paman? Aku mau pulang, capek habis dari pasar." kata Zahrana mencoba menolak ajakan pamannya itu."Ikut saja, kamu akan paman kenalkan sama seseorang." kata Shalih."Aku tidak mau!" teriak Zahrana menepis tangan pamannya kasar."Heh! Anak lancang kamu ya. Aku pamanmu, seharusnya kamu menurut pada pamanmu setelah ibumu meninggal. Ibumu menitipkan padaku, jadi aku ingin kamu mau ikut dengan paman!" ucap Shalih memaksa Zahrana."Aku tidak mau paman!" ucap Zahrana kekeh dengan terus berjalan meninggalkan pamannya.Dia tidak peduli dengan pamannya yang masih marah padanya, tidak peduli dengan umpatan yang keluar dari mulut laki-laki itu. Langkahnya di percepat, tidak peduli dengan pamannya berdiri menatap kepergiannya."Huh, dia itu benar-benar pem

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Zahrana Gadis Tangguh   12. Hampir Saja

    Zahrana diam saja, dia menatap pamannya yang tiba-tiba datang. Melirik ke arah laki-laki tambun yang tersenyum padanya. Shalih masuk ke dalam rumah Zahrana, di susul oleh laki-laki yang dia sebut tadi bosnya."Paman mau apa?" tanya Zahrana."Paman sudah bilang tadi di jalan, mau mengenalkan seseorang. Ini bos paman mau kenalan sama kamu." ucap Shalih menatap tajam pada keponakannya.Zahrana mendengus kesal, kenapa pamannya memaksa seperti itu. Dia seperti akan di perjual belikan, karena dari lirikan mata bos pamannya seakan ada ketertarikan lain padanya. Zahrana merinding melihat tatapan laki-laki tambun itu."Duduklah, aku tidak akan memakanmu. Pamanmu mengajakku ke sini." kata laki-laki itu.Zahrana diam saja, dia serba salah dengan keadaan itu. Tapi Shalih menarik tangannya untuk duduk di ruang tamu, mau tidak mau Zahrana pun duduk."Zahra, ini bos paman. Namanya pak Suta, dia bekerja seperti paman sebagai mandor di proyek. Dia ingin kenal sama kamu." kata Shalih."Hai Zahrana, jan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Zahrana Gadis Tangguh   13. Fitnah

    "Zahrana!" Teriakan seorang perempuan di luar membuat Zahrana kaget. Dia heran siapa yang berteriak di depan rumahnya itu. "Siapa lagi itu? Apa bibi Midah lagi?" ucap Zahrana menatap pintu rumahnya. "Zahrana sialan! Keluar kamu!" ucap perempuan di depan pintu rumah Zahrana. Zahrana menghela napas panjang, dia tahu itu pasti bibinya Midah datang ke rumahnya. Kedengarannya seperti dua orang yang berteriak, Zahrana mengerutkan dahinya. "Siapa satunya itu ya?" ucap Zahrana. Dia pun akhirnya melangkah dan membukakan pintunya, tampak di sana dua orang perempuan. Midah dan satunya adalah istri Rahmat yang tadi menolongnya, Zahrana bingung. "Ada apa bi?" tanya Zahrana menatap bibinya lalu beralih pada istri Rahmat. "Heh, mana suamiku?" tanya perempuan itu dengan berkacak pinggang."Pak Rahmat sudah pergi." jawab Zahrana."Jangan bohong kamu! Pasti ada di dalam, menyembunyikan suamiku. Dan kamu merayu suamiku kan? Iya kan?!" teriak perempuan dari istri Rahmat. "Pak Rahmat sudah pergi

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13

Bab terbaru

  • Zahrana Gadis Tangguh   109. Bahagia

    Hari demi hari kedekatan Mischa dan dokter Samuel semakin baik. Mereka hidup satu rumah layaknya suami istri sesungguhnya, karena memang mereka pasangan suami istri. Tidak ada kekakuan dari sikap keduanya, Mischa sudah berani bermanja atau bercanda dengan suaminya.Dokter Samuel senang, kini Mischa terlihat manja padanya meski masih malu-malu. Dia juga senang setiap hari berangkat kerja di antar sampai depan rumah, dan pulang dari rumah sakit Mischa sudah ada di rumahnya. Kalau pun Mischa pulang terlambat karena sedang di luar, pasti dia menelepon lebih dulu.Kedua sejoli yang sedang mabuk cinta, tapi masih gengsi untuk mengungkapkan. Kini sedang santai menikmati liburan hari Minggu di rumah. Dokter Samuel mengisi libur Minggunya renang di rumahnya di bagian belakang. Mischa menemani di kursi panjang sambil memainkan ponsel, sesekali memotret suaminya diam-diam ketika sedang berenang.Dokter Samuel pun mendekat pada istrinya, dia duduk di samping dengan tubuh dan wajah yang basah."Ka

  • Zahrana Gadis Tangguh   108. Mulai Menerima

    Mischa nyaman dalam pelukan dokter Samuel malam ini, makanya dia diam saja tanpa bergeming ketika pelukan suaminya semakin mengerat. Memang awalnya tertidur pulas, tapi gerakan tubuh Mischa membuat dokter Samuel semakin mengeratkan pelukannya."Apa kamu nyaman seperti ini?" tanya dokter Samuel.Tak ada jawaban, hanya gerakan pelan dan hati-hati dari tangan Mischa. Dokter tampan itu membuka matanya, melihat wajah Mischa matanya bergerak-gerak. Wajahnya mendekat, mencoba untuk mencium pipinya apakah ada penolakan atau tidak dari istrinya.Tapi tidak ada penolakan, justru tubuh Mischa menegang ketika ciuman dokter Samuel di pipinya tidak juga lepas. Wajah itu mengarah pada bibir Mischa dengan pelan, mengecupnya beberapa kali. Namun tetap tidak ada perlawanan dari istrinya, seperti memberikan sinyal kalau perlakuannya itu di izinkan untuk terus melakukan eksplor pada wajahnya.Posisi dokter Samuel berubah menjadi di atas, tangannya mengelus pipi Mischa yang halus. Wajahnya turun ke bawah,

  • Zahrana Gadis Tangguh   107. Akhirnya Tidur Sekamar

    Sikap dokter Samuel yang berubah manis dan sedikit romantis akhir-akhir ini membuat Mischa jadi berpikir lagi tentang hubungannya dengan suaminya itu. Ternyata, memang harus terbiasa untuk menumbuhkan rasa cinta di hatinya agar bisa memperbaiki hubungannya dengan suaminya.Duduk di depan cermin, menyisir rambutnya yang sebahu. Masih dengan mengenakan handuk kimono setelah mandi. Dia kini sudah jarang minum-minuman dan juga keluar malam hari, sejak dokter Samuel mecium bibirnya malam itu dan selalu mengecup keningnga ketika mau berangkat ke rumah sakit. Bagi Mischa itu sikap yang manis yang belum dia rasakan, terkadang dia merasa berdebar ketika sikap manis suaminya itu."Apa dia mencoba untuk mengambil hatiku?" gumam Mischa menatap wajahnya sendiri di pantulan cermin kaca.Tok tok tok.Pintu di ketuk dari luar, Mischa bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu. Membukanya dan tampak bi Sumi berdiri tersenyum tipis."Apa nyonya mau menyambut tuan dokter?" tanya bi Sumi."Oh, dia

  • Zahrana Gadis Tangguh   106. Janji Mischa

    Mischa diam saja, dia terpaku ketika dokter Samuel mengecup keningnya. Matanya menatap punggung suaminya yang berjalan menjauh meninggalkannya untuk pergi ke rumah sakit. Dia menarik napas panjang, lalu di lihatnya meja makan hanya ada roti panggang serta air putih dalam teko bening.Mischa mengambil gelas lalu mengisinya dengan air dalam teko. Di minumnya air tersebut, masih diam setelah meminum air."Nyonya mau sarapan sekarang?" tanya bi Sumi."Apa tuanmu itu sudah sarapan?" tanya Mischa."Sudah nyonya, bahkan minum kopi juga sudah." jawab bi Sumi."Jadi dia sudah minum kopi? Kok dia minta lagi sama aku?" tanya Mischa."Mungkin tuan dokter pengen di layani nyonya, sudah beberapa minggu tuan sebenarnya ingin di layani istrinya. Yaitu nyonya, tapi tuan dokter tidak sampai hati membangunkan nyonya kalau pagi hari." kata bi Sumi lagi."Kenapa tidak mau bangunkan? Tinggal bangunkan saja kenapa tidak enak hati?" ucap Mischa."Tuan dokter tidak mau merepotkan, lagi pula ..." ucapan bi Sum

  • Zahrana Gadis Tangguh   105. Secangkir Kopi

    Malam pertama di lewati begitu saja oleh dokter Samuel dan Mischa. Dokter tampan itu justru tidak mau melakukan hubungan suami istri jika Mischa sendiri tidak mau. Tapi mereka pun telah kembali ke rumah dokter Samuel, karena memang Mischa sudah jadi istri dokter Samuel.Bahkan dokter Samuel memberikan penawaran pada Mischa apakah dia akan tidur terpisah di kamar lain, bukan di kamarnya sendiri."Jadi kamu mau tidur di kamarku atau di kamar tamu?" tanya dokter Samuel ketika mereka sampai di rumah besar itu."Baguslah, kamu tidak memaksaku untuk tidur satu kamar. Aku pilih di kamar tamu saja, di mana kamarnya?" tanya Mischa."Oke, nanti bi Sumi yang akan merapikan kamar tamu itu. Tunggu saja, dia pasti datang kesini." kata dokter Samuel.Laki-laki itu meninggalkan Mischa menuju kamarnya. Dia ingin segera mengganti bajunya setelah semalam tidak berganti baju karena lupa tidak membawa baju, tahu begitu dia menyuruh pembantunya datang ke hotel membawakan baju-bajunya. Tapi waktu sudah mala

  • Zahrana Gadis Tangguh   104. Cinta?

    Ibra tersenyum ketika sepupunya meminta tolong padanya untuk membukakan kancing baju pengantinnya. Dokter Samuel menatapnya, kemudian menyeruput kopi yang dia pesan juga."Apa dia yang meneleponmu?" tanya dokter Samuel."Ya, dia meminta bantuanku untuk melepas kancing bajunya. Dia pikir aku ini laki-laki tidak normal?" ucap Ibra."Hei, apa kamu juga tertarik dengan sepupumu sendiri?" tanya dokter Samuel sedikit cemburu."Kenapa dia minta tolong padaku? Cepat sana pergi ke kamarmu! Dia butuh bantuanmu." ucap Ibra tersenyum sinis karena dokter Samuel seperti cemburu padanya."Dia terlalu angkuh dan gengsi tidak mau minta bantuan padaku, kenapa minta bantuan padamu.""Ya, karena dia gengsi. Makanya dia minta bantuan padaku, sebagai laki-laki jantan harusnya kamu segera pergi ke kamar dan menolong istrimu yang sedang kesusahan. Kupikir kamu bisa langsung mengajaknya bercinta malam pertama kalian." ucap Ibra."Dia terlalu angkuh, makanya aku pergi sendiri ke sini." ucap dokter Samuel."Lep

  • Zahrana Gadis Tangguh   103. Gengsi

    Dalam kamar pengantin, dokter Samuel atau pun Mischa keduanya sibuk masing-masing dengan ponselnya. Sesekali dokter Samuek melirik ke arah istrinya, moodnya tiba-tiba rusak ketika tahu Mischa masih saja mengkonsumsi minuman beralkohol.Mischa melirik suaminya yang begitu tenang tanpa mengganggunya. Biasanya jika pengantin baru yang normal, maka mereka akan melakukan apa saja yang membuat mereka dekat dan saling membutuhkan. Meski ada kecanggungan, tapi Mischa melihat suaminya tenang-tenang saja."Apa dia seorang suami yang baik? Kenapa diam saja." gumam Mischa melirik dokter Samuel yang sedang menelepon sekarang."Halo?""....""Oh, ya. Ya dokter Boyke, saya cuti beberapa hari. Mungkin hanya lima hari saja, hahah.""....""Waah, tidak tahu. Saya belum berencana kesana, hahah!""...."Mischa masih memperhatikan suaminya menelepon dengan santai dan senang. Dia berdecak kesal, kenapa sejak di bawa masuk paksa bahkan di tarik tangannya justru di dalam malah di diamkan. Tangannya bersedeka

  • Zahrana Gadis Tangguh   102. Perdebatan Pengantin

    Mischa dan dokter Samuel menyambut tamu yang hadir, tidak menyangka tamu undangan yang datang sebagian adalah dokter dan para perawat serta petugas di rumah sakit dokter Samuel bertugas. Ada juga doktet-dokter lain dari rumah sakit lain yang di kenalnya dan sering bertemu ketika seminar.Begitu juga rekan bisnis tuan Arta juga kedua orang tua Mischa. Gadis itu sendiri tidak banyak mengundang temannya, tapi juga ada yang memaksa datang karena ingin bertemu dengan Mischa."Jadi kamu jodohnya dengan dokter, Mischa?" tanya teman kuliahnya dulu ketika mereka berkumpul dengan teman satu angkatan kuliahnya, hanya beberapa."Ya, jodoh tidak tahu yang kita dapatkan sih." jawab Mischa menenggak minumannya.Dia ingin minuman beralkohol meski, tapi tidak di sediakan oleh pihak hotel. Itu mungkin orang tuanya yang melarang menyediakan minuman beralkohol."Tapi kamu dulu bercita-cita ingin dapat jodoh seorang arsitektur. Edward, teman kita dulu dia sekarang seorang arsitek terkenal. Karyanya banyak

  • Zahrana Gadis Tangguh   101. Menikah Juga

    Keputusan tuan Arta tidak bisa di ganggu gugat oleh siapa pun. Baik Mischa atau pun dokter Samuel, dan laki-laki itu pusing bukan main. Dan kali ini, dia masih berada di rumah Ibra setelah lamaran terpaksanya pada tuan Arta untuk meminta Mischa jadi istrinya.Belum lagi Sintya justru tidak datang ketika lamaran dadakan dan terpaksa itu di lakukan. Alasannya dia tidak bisa pulang ke Indonesia karena pekerjaannya belum selesai. Dan kini, dokter tampan itu duduk lesu di ruang kerja sahabatnya.Ibra menatap sinis, tapi sekaligus kasihan karena terlihat lesu sekali. Belum lagi tekanan dari kakeknya agar segera menikah secepatnya."Bagaimana bisa kakekmu menyuruhku menyiapkan semuanya dalam satu minggu ini menikah. Semuanya serba mendadak, apa ini acara bedah rumah atau uang kaget yang semuanya serba mendadak dan cepat." ucap dokter Samuel."Kamu pikir dulu aku juga mendadak menikah, dua pernikahanku semuanya mendadak. Itu bisa di lakukan, kamu cuma izin rumah sakit untuk mendadak menikah.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status