Share

Keterlibatan dr. Dion

Author: atavya
last update Last Updated: 2023-02-20 19:30:10

Bibirku tersungging kala merasakan gerakan halus bayiku, anakku, putraku dengan … Farhan.

Mengingat hal itu, rasa ragu dan gamang menyurutkan senyum di bibirku. Aku tidak tahu apakah harus senang atau tidak? Semuanya terlalu tiba-tiba dan tanpa persiapan. Sepertinya tidak akan aneh jika sampai jiwaku ikut terguncang oleh kejutan ini.

“Jangan mikir macam-macam, fokus sehat dulu saja,” tegur Farhan yang sudah kembali ke sisi brankar dan duduk di kursi khusus penjaga pasien.

“Kamu nungguin aku sendirian?” tanyaku kemudian, karena memang tak ada orang lain lagi selain kami berdua.

“Tadi rame, tapi sudah aku suruh mereka pulang, istirahat di rumah. Dina, mama, papa, ada ayah, ibu, sama Ezra juga,” jawab Farhan sembari kembali mengusap dahiku perlahan. Ternyata ayah, ibu, dan adikku juga sudah tahu.

Entah bagaimana respon mereka setelah mengetahui kekacauan ini. Aku sudah bisa membayangkan betapa kecewanya ayah

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Nasib Pernikahan

    “Han, naiklah, rebah di sini terus ceritakan secara rinci dari awal! Aku ingin tahu semuanya,” pintaku seraya menggeser tubuhku agak ke pinggir.Setelah perawat memeriksa tadi, tubuhku berangsur terasa ringan dan mulai bisa digerakkan, meski di beberapa bagian masih terasa nyeri.“Yakin?” Farhan tampak ragu yang segera kuangguki.“Miring di belakangku, jangan di depan! Adababy,gak cukup ntar,” sahutku diakhiri kekehan.Rasanya tadi aku masih ragu menerima Farhan sebagai ayah putra kandung dan biologisku. Namun, setelah beberapa saat justru aku sendiri yang memintanya berbaring di sampingku. Haruskah kulimpahkan perilaku aneh ini pada ‘bawaan bayi’? Kasihan sekali anak ini, belum lahir saja sudah berkali-kali kujadikan alibi.Awalnya Farhan ragu, karena tidak ingin mengurangi kenyamananku. Namun, dasar bayi ini, bisa-bisanya ingin dipeluk ayahnya di saat perasaan bunda masih

    Last Updated : 2023-02-21
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Bagaimana Perasaanmu Pada Nayla?

    Selama berada di rumah sakit, keluarga dan kerabat silih berganti mengunjungi, termasuk rekan-rekan kantor. Tentu saja Farhan yang mengabarkan kondisiku hingga mengajukan cuti mendadak.Di antara mereka yang menjenguk, ada Tristan yang mengajak serta adiknya, Yura. Kami masih berhubungan baik, terlepas dari aku yang sudah membatasi diri sejak Farhan menegur, lagipula Tristan juga adalah bosku.“Semoga Kamu cepat sembuh, Za,” ujar Tristan dengan tatapannya yang dalam. “Dan kami juga mohon maaf yang sebesar-besarnya padamu,” lanjutnya yang seketika membuat dahiku berkerut.“Maaf kenapa?” tanyaku penasaran.Sayangnya, kakak beradik itu tak ada yang bersuara dan memberikan penjelasan. Keduanya hanya tersenyum yang entah apa artinya. Bahkan Yura juga tidak biasanya menjadi begitu pendiam. Ada apa dengan mereka?“Kalau begitu kami pamit, ya! Ambil cuti sebanyak yang Kamu perlukan, jangan ngantor sebelum benar-ben

    Last Updated : 2023-02-21
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Perjanjian Pernikahan

    “Lalu, bagaimana sekarang perasaanmu pada Nayla?” tanyaku sangat penasaran.“Maksudmu, apa aku mencintainya?” Farhan balik bertanya.“Termasuk itu.”“Aku menyayanginya. Sampai sebelum memergokinya dengan dokter Dion, aku masih menyayanginya. Tapi sekarang, aku sudah terlanjur kecewa padanya,” jelas Farhan masih sarat akan luka. “Mengenai cinta, dia benar, masih Kamu pemilik hatiku.”“Empat tahun, tidak, bukankah sudah lima tahun dihitung sejak kalian pacaran dan Kamu gak bisa mencintainya?” tanyaku sangsi.“Laki-laki beda dengan perempuan, Ra. Dari yang kutahu, perempuan akan cepat jatuh cinta dan melupakan yang pertama jika pasangannya saat ini sudah lebih dulu mencintai dan memperlakukannya degan baik.”Aku mengangguk membenarkan.“Tapi, saat laki-laki sudah pernah merasakan cinta, terutama cinta pertama, tahtanya sulit tergantikan. Kami

    Last Updated : 2023-02-22
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   May I Kiss You?

    Tak berapa lama, kami telah sampai di rumah yang dulu Farhan tunjukkan. Suasana cukup ramai, karena keluarga ternyata sudah ada di sana dan seperti tengah menyambut kedatangan kami. Rumah yang beberapa bulan lalu masih terasa dingin dan kosong itu kini sudah layak huni, padahal hanya dua hari waktu mereka menata semuanya.“Langsung istirahat saja, kamar yang bawah sudah siap,” ujar mama menyambut kami.Sikapnya sudah kembali seramah dulu, begitu pula papa. Tak lagi terbersit sorot tidak suka sejak beliau mengetahui kondisi rumah tangga kami yang sesungguhnya. Mereka bahkan sempat meminta maaf, karena sudah pernah menganggapku sebagai orang ketiga dalam rumah tangga putranya. Namun, bukankah itu memang benar meski tidak sengaja?“Terima kasih, Ma,” balasku seraya tersenyum simpul. “Maaf ngerepotin.”“Gak apa-apa, yang penting kalian sehat-sehat terus,” harap mama sembari mengusap perutku.Kamar utama s

    Last Updated : 2023-02-22
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Panas Karenamu*

    “Open your mouth!” bisik Farhan berat di sela-sela ciumannya sembari kembali menggigit bagian bawah bibirku. (Buka bibirmu!)Napasku memburu dan perlahan aku mulai kehilangan kontrol atas diri ini. Secara refleks kuikuti perintah Farhan. Segera setelah bibir ini terbuka, ia memperdalam ciumannya hingga menelusupkan indra pengecapnya ke dalam rongga mulutku, mengabsen setiap sudut yang mampu ia jangkau.Suara decapan segera memenuhi kamar kami. Suhu dingin AC perlahan bagai tak ada artinya. Lenganku terulur membelai rambut Farhan, atau mungkin juga mengacaknya. Napasku semakin memendek, seperti kehabisan oksigen.“Eumhh.”Lenguhan itu tercipta begitu saja saat diri ini semakin hanyut dalam permainan lidahnya. Namun, sejauh ini aku hanya mengikuti arus. Belum ada keberanian untuk membalas pagutan Farhan meski dahaga jiwa ini mulai terpantik.“Akh, Farhan, stop!” seruku seraya agak mendorong bahu p

    Last Updated : 2023-02-22
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Playing Victim

    Pukul dua siang para tetangga dan undangan telah meninggalkan rumah baru kami, tinggal keluarga saja yang kini saling duduk terdiam di ruang tamu. Semua telah mengetahui isi berita atau lebih tepatnya sebuah video yang tadi Dina tunjukkan padaku.Di zaman ini, segala sesuatu yang diunggah ke media sosial dan menyangkut isu sensitif begitu mudah naik dan viral, salah satunya adalah tentang orang ketiga. Sepertinya itulah yang Nayla manfaatkan untuk menyerangku dan Farhan. Ia masih belum menerima diceraikan oleh suami yang sudah lebih empat tahun berada di sisinya.Nayla membuat video dari kumpulan foto yang dapat digeser dan menuliskan keterangan yang menyudutkan kami. Bahkan ia juga mengunggah tangkapan layar rekamandashcamsaat perzinahanku dan Farhan terjadi. Meski adegan dalam foto diburamkan, tetap saja itu sangat memalukan.“Perzinahan kalian menghancurkan duniaku, tapi aku tak ingin Kamu semakin menumpuk dosa. Berat hati

    Last Updated : 2023-02-23
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Mencari Jalan Keluar

    “Dia seperti ini pasti tujuannya ingin membuat Mas dan Mbak malu. Gimana kalau aku yang keluar dan membuat pembelaan? Aku ‘kan juga punya rekaman yang waktu itu,” usul Dina. “Enggak, Din, itu bisa jadi blunder. Mas lagi marah sama Nayla dan dia juga sampai mohon-mohon ‘kan?” sanggah Farhan. Video itu memang bisa dengan mudah dipelintir, terutama jika suaranya difilter. Sikap Farhan yang sangat melindungiku bisa membuat orang berpikir memang Nayla korbannya. “Terus gimana? Kesel banget tahu dia jadi playing victim gini,” gerutu Dina yang sepertinya lebih mampu meluapkan emosinya. Sosok adik iparku yang ekspresif dan tidak menyimpan kegundahannya seorang diri ini terkadang memang sangat bermanfaat, terutama dalam proses penyembuhan traumanya kemarin. Namun, tidak untuk masalah yang tengah aku dan Farhan hadapi. Bisa-bisa suasana malah jadi semakin panas. “Aku boleh ngomong?” Semua orang menengok pada sosok remaja akhir yang duduk di sebelah ibu. Ezra, adikku yang masih berusia dela

    Last Updated : 2023-02-23
  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Memberikan Penjelasan

    Berbekal harapan semua bisa segera berakhir dengan damai, aku dan Farhan akhirnya melakukan wawancara bersama seorang pesohor di negeri ini. Suasana saat pengambilan gambar cukup menyenangkan dan nyaman.Namun, seperti yang sudah kami prediksi sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang diindikasikan sebagai pancingan. Syukurlah kami sudah siap dan saling mengingatkan, sehingga pembahasan tidak melenceng dari yang kami inginkan.“Jadi, intinya seperti ini, Mas, saya tidak peka pada perasaannya dan dia memendam sendiri keluhan terhadap saya. Akhirnya malah menjadi bom waktu dan menjadi pelecut kesalahan besar dia yang tidak mampu saya maafkan, sehingga saya memutuskan untuk melepasnya,” ujar Farhan yang lebih banyak berbicara.“Kesalahan apa?” tanyahost.“Manipulasi.”Sesingkat itu Farhan menjawab, karena kami telah sepakat untuk tidak banyak mengumbar kesalahan Nayla. Biarlah itu menjadi konsums

    Last Updated : 2023-02-24

Latest chapter

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Pengakuan Dosa - SELESAI

    “Nay,” panggil mbak Zahira bernada prihatin. Ia juga mengusap bahuku yang bergetar menahan perih yang sedang kualami. “Ini adalah hukuman untukku setelah begitu jahat pada kalian, Mas, Mbak. Aku minta maaf, aku menyesal,” timpalku yang semakin tidak tahu malu mengucapkan maaf bertubi pada keduanya. “Semua pasti ada hikmahnya,” balas mbak Zahira menenangkanku. “Kenapa kalian baik sekali dan tidak membalasku? Aku malu,” ungkapku kemudian. “Kami tidak membalas bukan berarti tidak pernah marah atau sakit hati padamu, Nay, tapi kami juga bukan Tuhan yang bisa mengadili kesalahan orang lain. Memang berat, tapi kami belajar untuk ikhlas. Dendam hanya membuat hati terbebani,” jelas Mas Farhan dengan tatapan teduhnya. Aku mengangguk setuju, karena memang itulah yang kurasakan saat dulu bertubi-tubi menyakiti mereka dengan dalih sakit hati. Tak ada keuntungan yang kudapat selain gana-gini, itu pun sekarang sudah hilang dicuri orang. “Mas, aku mau membuat pengakuan,” ujarku kemudian sambi

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Maaf yang Akhirnya Terucap

    “Ayo masuk! Barusan Nayla dicek sama perawat, Alhamdulillah katanya sudah semakin baik,” ujar papa menyambut dua tamu yang kian mendekat pada brankar. Aku memejamkan mata, pura-pura tidur. Masih belum siap rasanya bertemu dengan mereka. Rasa bersalah dan malu beruntun menghantam bahkan sejak sebelum melihat pasangan itu. “Nay, ini ada Farhan sama Zahira,” ujar papa sambil menepuk bahuku. “Papa tahu Kamu gak tidur, ayo disapa! Bukannya Kamu mau minta maaf sama mereka?” bisiknya tepat di telinga hingga mau tidak mau aku pun membuka kelopak mata. Mereka, dua orang yang sudah sangat kusakiti demi bisa bersatu dengan kak Dion. Tak sanggup rasanya menunjukkan wajah ini. Namun, aku sangat yakin jika mereka datang bukan untuk menambah penderitaanku. Mas Farhan, mbak Zahira, jika aku tidak salah menilai, mereka bukanlah sosok pendendam. Bahkan saat aku bertubi menyakiti, mereka tak pernah membalas. Bisa-bisanya aku menyakiti orang sebaik mereka. “Kami baru tahu semalam kalau Kamu mengalami

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Titik Terendah

    “Ayo, sesuap lagi terus obatnya diminum biar cepat pulih!”Papa mengulurkan sendok berisi bubur khas rumah sakit dengan tangan tuanya. Kerutan di kulit itu baru kusadari telah bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Betapa abainya aku selama ini pada satu-satunya pria yang benar-benar tulus mencintaiku tanpa syarat. Salah paham bahkan membuatku sempat membenci dan menjauhinya.Selama hampir satu bulan dirawat di rumah sakit pasca kecelakaan di Puncak yang kupikir akan merenggut nyawa ini, papa tak sehari pun absen menjagaku. Bahkan Ibun yang kupikir selalu ada untukku belum tentu setiap hari menjenguk. Datang pun paling hanya satu dua jam, lalu pergi lagi.“Sudah kenyang, Pa, langsung minum obat saja,” tolakku menutup mulut.“Sekali lagi!” desak pria berusia kepala enam dengan sebagian rambut memutih tersebut.Kuhela napas panjang sambil mengerucutkan bibir tanda protes. Namun, papa tidak luluh hingga akhirny

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Inikah Akhir Hidupku?

    Tak terasa sehari sudah aku berkutat dengan desain pakaian untuk koleksi terbaru. Pukul delapan malam aku baru sampai rumah yang kak Dion beli sebelum kami menikah. Beberapa lampu sudah tampak menyala memberikan penerangan. Mobil kak Dion juga sudah berada dicarport.Tumben, biasanya aku yang lebih dulu sampai di rumah, karena ia praktik sampai jam sembilan malam.“Kak!” sapaku setelah membuka pintu ruang tamu.Pemandangan tak biasa segera memenuhi mata. Tas, snelli, hingga stetoskop kak Dion berceceran di lantai. Pria itu juga kutemukan tengah mencengkram rambutnya di atas sofa dengan penampilan yang berantakan. Kaleng-kaleng bir bergelimpangan di atas meja, membuat aroma alkohol menguar tajam.“Kakak kenapa?” tanyaku beringsut mendekat padanya dan meraih bahu kak Dion.Saat kepalanya terangkat, kekacauan di wajah tampan itu semakin jelas terlihat. Matanya pun merah, tetapi menatap kosong.“Nay,&rd

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Extra II - Nayla POV

    Kuhela napas panjang dengan dengan hati yang diselimuti oleh kekecewaan. Untuk kesekian kalinya gumpalan berwarna merah menunjukkan jejak di celana. Lagi-lagi usaha kami untuk mendapatkan keturunan ternyata harus tertunda. Celana pun segera kuganti dan tak lupa tampon ikut terpasang untuk menampung darah bulanan yang keluar.“Kak, gagal, aku bulanan lagi,” aduku tepat setelah menutup pintu kamar mandi.Di depan cermin rias sana suamiku menghentikan kegiatannya merapikan rambut. Kepalanya menengok dan seperti yang kuduga, wajah tampan itu menunjukkan rasa tidak suka setelah mendengar laporanku.“Kok bisa?” tanyanya tidak masuk akal.“Ya mana aku tahu? Memangnya aku bisa mengontrol kapan haid dan kapan harus hamil?” dengkusku seraya menjatuhkan tubuh di atas peraduan kami.Ia berdecak seraya berkacak pinggang lalu menyuarakan kegundahannya. “Mama pasti bakalan ngomel lagi kalau tahu.”“Teru

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Buka Puasa*

    “Kamu mau aku gituin juga?” tanyanya menawari, membuatku mengernyit. Perempuan ini malu-malu, tapi liar juga ternyata. Mengejutkan. “Memangnya bisa?” tanyaku sangsi. “Ajari, Kamu sukanya yang gimana?” balasnya sambil menundukkan kepala, menyembunyikan ekspresinya yang semakin membuatku membuncah. Senyumku tak diberi kesempatan untuk luntur. Mumpung sudah ditawari, tak mungkin kutolak. Jadi, kuurungkan niat membuka sendiri celana dan mendekat pada istriku. “Bukain, setelah itu manjain dia,” ujarku meminta. Walau awalnya ragu, sampai juga tangannya pada celanaku. Diturunkannya perlahan, membuatku menahan napas berkat rasa yang membuncah. Ia sempat terkesiap saat tubuhku pun sama polosnya. Kepalanya mendongak, menatapku seperti kucing yang sedang meminta bantuan. Kuraih tangannya lalu menukar posisi hingga kini akulah yang berada di bawah, tetapi setengah duduk. Setelah itu kuajari Ira cara untuk menyenangkanku. Sentuhannya yang amatir anehnya mampu menerbangkanku ke atas awan. Tak

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Pemanasan*

    Sebelah tangan menahan tengkuk Ira, sebelah lagi menekan tomboloff remote TV. Bukan hanya aku yang modus menyentuh dengan dalih pijatan, istriku pun sengaja memilihfilmyang ternyata memang sesuai dengan judulnya. Misteri thriller yang dibumbui adegan panas tokoh utama pada beberapascene.Tak ada lagi suara lain di kamar ini selain decapan ciuman kami yang saling bersambut. Sepertinya inilah hasil dari latihan kami selama ini. Istriku sudah lebih luwes membalas pagutanku, bahkan tanpa aba-aba pun ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya.Perlahan kurebahkan tubuhnya hingga telentang dan mengungkungnya di bawahku. Suhu udara semakin naik, AC telah kehilangan wibawanya. Deru napas meningkat, begitupula dengan degup jantung yang berangsur semakin cepat.Lengan Ira mengalung di leher dan seperti biasa ia mulai mengacak rambutku saat sudah terbawa suasana. Jika biasanya saat tanganku menjelajah Ira akan memekik terke

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Malu-Malu Mau

    Setelah makan malam serta membersihkan alat makan bekas pakai bersama-sama, kami kembali ke kamar. Bukan langsung melakukan kegiatan yang sudah diberi lampu hijau oleh istriku, tetapi untuk menjalankan salat Isya serta dua rakaat sunnah.“Net*flix, yuk!” ajakku sembari melipat sajadah, mengalihkan kegugupan yang sekali lagi tampak dari gelagat istriku.Sudah seperti anak perawan yang mau malam pertama saja, padahal sudah punya anak. Eh, tapi bisa dikatakan Ira memang masih gadis, sih. Aku terkekeh dalam hati.“Yuk!” sahutnya antusias. “Sambil ngemilcakeyang Kamu beli tadi. Tunggu sebentar, aku ambil dulu,” lanjutnya seraya menyimpan mukena.“Yes, sugar rush!” selorohku.“Apaan, sih?” Istriku berdecak sambil menggelengkan kepala kemudian berlalu ke arah pintu.“Sekalian isi kadoku tadi dipakai,” pekikku mengantar kepergiannya.&l

  • Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu)   Gombalan Istriku

    “Boleh ‘kan? Aku menginginkanmu, Sayang,” jujurku dengan degup jantung bergemuruh, menunggu jawaban Ira yang tak kunjung terucap.Apa ia masih ragu padaku? Apa ia masih belum bisa menerimaku setelah tubuh ini pernah dinikmati oleh wanita lain? Mungkinkah Ira seidealis itu, padahal kini aku hanyalah miliknya?Bergemingnya wanita itu membuatku semakin bertanya-tanya. Namun, hati ini sangat yakin jika Ira tak akan seperti itu. Kenapa? Karena jika ia keberatan, pasti akan memilih berpisah dariku walau ada Faza di antara kami.Meskipun Ira juga kerap kali tidak peka pada orang lain, tapi ia adalah tipe perempuan yang tahu apa yang dirinya inginkan. Apa pun risikonya, akan ia hadapi. Ya, aku yakin ini hanya masalah waktu dan kesiapan Ira saja.“Aku lapar, makan malam dulu,” ujarnya melepas kaitan jemarinya di balik leherku. “Sebentar lagi Isya terus kita salat, baru setelah itu kita bicarakan lagi keinginanm

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status