Share

Bab.31 Bagaimana Kalau Kita Jadi Muhrim Lagi?

Nisa tergugu di tempat. Sekuat apa pun dia menahannya, tangis itu pecah juga. Dia meniup udara ke matanya, berharap agar embun di sana kering seketika. Tidak, itu tak semudah yang Nisa bayangkan.

Sedangkan di depan sana, Zora masih berjalan mendekat. Gadis berponi itu tersenyum semringah. Namun berkali-kali juga dia mengusap pipinya yang basah.

“Sini...,” ujar Nisa sambil merentangkan kedua tangan menyambut Zora.

Zora merangsek masuk ke dalam pelukan Nisa. Ini yang pertama, rasanya begitu nyaman dan menenangkan. Zora tak ingin melepaskan pelukannya.

“Maafkan Mama, Nak.” Nisa melepaskan Zora dari pelukan. Dia menangkup kedua pipi Zora dengan telapak tangan. Jari-jarinya menghapus air mata yang masih merembes turun dari pelupuk mata Zora.

“Zora boleh minta cium?”

Nisa tersenyum disela isaknya. Tentu Zora, tentu saja boleh! Nisa menciumi wajah Zora penuh perasaan. Tujuh belas tahun yang lalu Nisa menggendongnya dalam buaian, kini bukan wangi bayi lagi yang melekat pada kulit Zora. Ah,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status