Pria itu seakan melihat sosok iblis dari dalam mata Zaha dan itu membuat dadanya bergemuruh kencang dan ketakutan perlahan memenuhi dalam dirinya.
"Ti-tidak... Arcchkh.."
Dia ingin bicara dan meminta Zaha mengampuninya. Tapi, pisau ditangan Zaha sudah terlebih dahulu merobek tenggorokannya. Pisau tersebut tidak berhenti, hingga menembus bagian tengkuk belakangnya. Selanjutnya, dengan kejam Zaha memutus paksa bagian leher si pria dan menarik paksa kepalanya hingga terlepas dari tubuhnya.
"Aaa."
Evelin dan tiga rekannya menjerit tertahan saat menyaksikan kengerian yang dipertontonkan Zaha.
Tidak terkecuali Ali Sodiq. Ia dan tiga anak buahnya, seketika terdiam menyaksikan kekejaman Zaha.
"Bajingan, kamu mencari kematianmu.. bangsaat!" Teriak anak buah Ali Sodiq murka begitu tersadar dari keterpukauan mereka. Mereka hampir saja menyerang Zaha saat itu, jika Ali Sodiq tidak menahan mereka.
"Berhenti!"
Tatapan Zaha terkunci pada Ali
Baam, baam.Dua pukulan Ali Sodiq tidak mampu ditahan oleh Zaha dan membuat tubuhnya oleng. Serangan itu begitu cepat dan ditambah kondisinya yang sudah kelelahan dan terluka cukup parah setelah bertarung dengan Rojak sebelumnya, semakin tidak menguntungkan Zaha.Selanjutnya, Ali Sodiq bergerak lebih rendah dan satu pukulan uppercutnya berhasil menghantam keras kepala Zaha dan membuatnya terhempas terbang hingga beberapa meter dan menabrak beberapa perabotan yang ada di ruang tamu.Kedua bola mata Zaha terbelalak lebar dan tatapannya menjadi nanar. Kesadarannya sempat goyah. Namun, Zaha memaksa untuk tetap bertahan. Ia tidak bisa menyerah, demi dendamnya.Napas zaha tampak memburu dan sesak."Uhuk-uhuk."Zaha terangah dan ia memaksa tubuhnya untuk bangun dan matanya kembali mengunci Ali Sodiq yang berdiri tidak jauh di depannya sambil menatap dirinya dengan tatapan menghina."Hanya segitu kemampuanmu, bocah? Kamu mengecewakan
Ali Sodiq melompat seperti layaknya seekor harimau yang hendak menerkam mangsa. Dari jejak kakinya, terdapat retakkan yang menandakan betapa besarnya kekuatan yang dihasilkan oleh pijakan Ali Sodiq sebelumnya.Zaha berkelit dengan melompat ke samping untuk menghindari serangan Ali Sodiq.Dhuar!Ubin marmer tempat Zaha berdiri sebelumnya, seketika hancur terkena serangan Ali Sodiq.Saat itu, Zaha berpikir untuk melakukan serangan balik. Hanya saja, serangan Ali Sodiq tidak berakhir di situ. Pecahan ubin marmer melayang deras ke arah Zaha oleh sapuan Ali Sodiq.Pecahan tersebut begitu banyak dan mustahil untuk bisa dihindari sekaligus. Akibatnya, Zaha terkena banyak pecahan marmer. Tembakan tersebut, hampir sama kuatnya dengan serpihan granat akibat ledakan.Wus!Baam.Terakhir, Ali Sodiq menutup serangannya dengan sebuah tendangan yang tidak bisa dihindari Zaha dan berhasil membuat tubuh Zaha terhem
"Bangsat! Gue paling gak suka suasana tegang begini. Gue maju duluan buat matiin nih orang!" Salah seorang anak buah Ali Sodiq tidak sabar dan kesal dengan perasaan tidak nyaman akibat tekanan auranya Zaha. Karena itu, tanpa menghiraukan bagaimana respons dari bosnya ataupun rekannya yang lain, ia berniat untuk menghabisi Zaha dan menghilangkan tekanan dalam dirinya. Wus. Gerakannya sangat cepat dan pukulan kanannya terhunus lurus ke arah Zaha. Zaha hanya melayangkan tatapan dingin dan tanpa menghindari serangan lawan, ia juga melakukan serangan yang sama. Baam. Serangan keduanya sama-sama masuk ke tubuh lawan. Jika Zaha hanya terjejak mundur sejauh beberapa langkah, anak buah Ali Sodiq justru berhasil dibuat terpental sejauh belasan meter. Jika bukan ada dua rekannya yang menahan tubuhnya, ia mungkin sudah menghancurkan pintu luar rumah. "Joe, lu gak apa-apa?" Pria yang dipanggil Joe tampak pucat dan tidak segera menjawab pertanyaan rekannya. Sebaliknya, ia tampak menahan sak
Tewasnya dua anak buah terakhir Ali Sodiq, seperti tamparan keras di wajahnya. Ali Sodiq masih tidak percaya, jika ia akan kehilangan empat orang kepercayaannya di tangan orang yang sama. Ini sangat memalukan! Ali Sodiq meradang, ia berpikir bahwa ia harus menghabisi Zaha saat itu juga. Anak ini punya potensi yang sulit ditebak dan ia bisa menjadi ancaman serius bagi keluarganya di masa depan. Dengan eskpresi penuh kebencian, Ali Sodiq berjalan ke arah Zaha yang saat itu baru saja berhasil berdiri setelah terkena serangannya. "Kamu harus mati hari ini!" Ujar Ali Sodiq dingin sambil mengambil ancang-ancang jurus silat harimaunya. Detik berikutnya, Ali Sodiq sudah melompat cepat ke arah Zaha dengan keempat cakarnya sengaja menargetkan titik vital di tubuh Zaha. Zaha tidak tinggal diam. Dengan dingin, ia menghadang serangan Ali Sodiq dan keduanya segera terlibat pertarungan intens dengan tempo yang sangat cepat. Beberapa perabot rumah hancur saat keduanya bertarung. Bug, bug, Baa
Merasa jika Zaha sudah mati, Ali Sodiq yang sudah dikuasai oleh siluman harimau dalam tubuhnya, menendang tubuh Zaha begitu saja, layaknya seekor bangkai yang tidak ada harganya.Sementara itu, Zaha merasakan jika pandangannya menjadi sangat gelap. Kesadarannya seolah terputus dari raganya. Zaha tampak terpuruk dengan kenyataan itu dan mengira, jika dirinya benar-benar sudah mati.Pikiran Zaha dipenuhi oleh bayangan keluarganya dan juga Anna. Zaha merasa malu jika harus bertemu mereka saat ini. Ia telah gagal membalaskan dendam keluarga dan juga wanita yang ia cintai.Bagaimana ia masih berani untuk bertemu mereka saat ini? Zaha berharap, dirinya berada dalam kegelapan ini untuk selamanya.'Anna, maafkan aku! Aku telah gagal!' Pikir Zaha dengan perasaan sakit.Saat Zaha sedang terpuruk dan meratapi ketidakberdayaannya, ia mendengar suara serak yang seolah bicara begitu dekat dengannya, "Apa kamu ingin membalas mereka yang telah membunuh semua orang yang kamu sayangi?"Zaha tersentak d
"Kamu?" Suara serak tersebut terkejut, karena Zaha sudah mengetahui tujuannya sebelum ia berhasil mengungkapkannya.Jelas, ini tidak sama seperti yang ia inginkan. Tapi, makhluk siluman seperti dirinya, tidak mungkin menyerah hanya karena targetnya tidak menginginkan kekuatannya.Ia mampu melihat ke dalam hati Zaha. Karena itu, ia tahu apa yang menjadi kelemahan terbesar Zaha.Dengan licik, ia bertanya, "Apa kamu tidak ingin membalaskan dendam keluargamu? Ingat, ibu dan adikmu telah diperkosa dan dibunuh dengan cara yang sangat kejam. Ayah dan keluargamu yang lain, dibunuh dengan cara yang sangat tidak manusiawi, tepat di depan matamu. Lalu, kekasihmu. Dia diperkosa secara bergilir dan dibiarkan mati begitu saja, setelah mereka puas menikmati tubuhnya.""Kamu tahu, kekasihmu meneriakkan namamu berulang kali dan berharap kamu datang menyelamatkannya. Apa kamu tidak ingin membalas penderitaannya? Aku bisa melakukannya."Benar saja, Zaha terdiam cukup
"Mandigo?" Ujar Sawaka tercengang begitu berhasil mengenali aura khas yang keluar dari tubuh Zaha.Detik berikutnya, Sawaka tertawa sinis dengan berkata, "Hahaha, tidak ku sangka, justru kamu yang menjadi kekuatan ghoib bocah ini.""Tap, bagus juga! Dengan begini, kita bisa menyelesaikan urusan kita yang belum tuntas.""Hari ini juga, aku akan membunuh inang manusiamu itu dan menghancurkan kekuatanmu untuk selamanya!"Ada kebencian dan dendam yang teramat dalam dibalik kalimat Sawaka.Zaha tidak tahu, ada dendam apa antara mereka berdua. Satu hal yang pasti, kehidupan bangsa harimau seperti mereka pun, tidak ubahnya seperti manusia. Terbukti, mereka juga memiliki musuh dan juga bisa saling membenci karena sesuatu.Hanya saja, sampai detik itu, Zaha masih memilih diam. Karena ia sedang sibuk menstabilkan energi besar yang sedang meluap-luap di dalam tubuhnya. Zaha belum pernah, merasakan semangat yang begitu besar seperti sekarang. Tubuhnya juga terasa jauh lebih ringan dan sekarang, d
Sebuah mobil Jeep berhenti di depan rumah dokter Anna. Seorang pria paruh baya berbadan tegap nampak turun dari dalam mobil dan begitu terkejut mendapati rumah yang disinggahinya tampak berantakan. Pintu masuk rumah dalam keadaan hancur dan suasana rumah tampak begitu hening.Tidak ingin mengambil resiko, ia segera bicara dengan wanita yang duduk di sebelahnya, "Sayang, kamu jaga Zanna! Aku akan memeriksa ke dalam."Wanita paruh baya yang saat itu sedang memeluk seorang gadis kecil berusia lima tahun, tampak tegang. Dengan tangan bergetar dan wajah tampak cemas, ia berkata, "Iya, mas. Kamu hati-hati! Hiks, putri kita, putri kita..." "Tenang sayang! Kamu jaga diri dan cucu kita! Aku akan ke dalam dan memeriksa keadannya. Semoga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada putri kita." Pesan pria tua tersebut sebelum meninggalkan mobil dan tatapannya penuh waspada. Pria pensiunan angkatan darat tersebut tampak begitu hati-hati!. Meski sudah tidak aktif dalam militer, kewaspadaan serta pe