Yang selesai dan yang masih belum selesai. Rojak meninggalkan petunjuk tentang peristiwa 'pembantaian' keluarga Zaha menjelang ajalnya, namun petunjuk tersebut ternyata mengarah pada gurunya sendiri. Bagaimana Zaha memecahkan petunjuk ini? Sanggupkah Zaha, jika ia harus berhadapan dengan gurunya sendiri? *Besok libur. So, selamat menyambut lebaran, mohon maaf lahir dan bathin :)
Ratusan pasukan gabungan bersenjata lengkap yang terdiri dari polisi dan angkatan militer, mengepung lapangan tempat pertempuran antara klan Naga dan pasukan Rojak berlangsung. Ratusan moncong senjata dalam keadaan siap tembak, mengarah tepat ke semua orang yang terlibat dalam pertempuran dan sebagian lainnya, membidik para petinggi dari kedua kubu.Aksi pihak militer ini menjadi aksi mengejutkan lainnya, setelah kematian Rojak. Sontak, semua orang dari kedua kubu segera menghentikan pertarungan mereka. Khusus untuk klan Naga, mereka segera membuat barikade untuk melindungi Zaha dari sasaran aparat militer."Sejak kapan keparat bersenjata seperti mereka berani berbuat culas seperti ini?""Betapa tidak tahu malunya kalian! Mengambil kesempatan untuk menjatuhkan kami, saat kami semua sedang bertarung habis-habisan di sini."Baik kubu klan Naga maupun sisa kubu pendukung Rojak, menjadi sangat marah atas tindakan pihak militer yang mereka anggap sengaja memanfaatkan pertempuran mereka u
Erik terpaksa mengambil sikap tegas. Jika tidak begitu, kakak sepupunya tersebut memiliki kecendrungan untuk mengambil tindakan ekstrim dalam menangani masalah. Sejak penyerangan yang hampir membahayakan nyawa kedua putrinya, kakak sepupunya seperti termakan oleh dendam dan sangat bernafsu untuk membalas penyerang yang coba mengancam keselamatan keluarganya. Apalagi, dua ajudan pribadinya tewas pada malam itu.Meski begitu, itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan yang tepat untuk orang seperti mereka bersikap impulsif. Jika tidak begitu, apa bedanya mereka dengan para penjahat yang selama ini mereka buru?Orang seperti mereka, terikat dengan aturan hukum dalam mengambil setiap tindakan. Bahkan jika mereka dilindungi oleh hukum, tidak bisa menjadi alasan bagi mereka untuk bertindak melangkahi aturan hukum itu sendiri.Di saat keduanya berdebat, seseorang dari balik kerumunan masa di depan mereka, tiba-tiba bersuara, "Paman Ed, biarkan orang-orangku pergi! P
Tatapan matanya kosong, seolah tanpa kehidupan di dalamnya. Saat itu, ia lebih berharap mati setelah tubuhnya dinodai oleh para penjahat yang secara bergiliran menodai kehormatannya. Para penjahat ini dengan tanpa perasaan telah merusak kehormatannya dan menghancurkan hari-hari indah dokter Anna.Anna tidak pernah menduga, hari di mana seharusnya ia berdoa untuk keselamatan sang kekasih yang sedang bertempur melawan musuh di medan perang, akan menjadi hari tragis baginya.Kekhawatiran Anna akan keselamatan Zaha, membuatnya lengah dan tidak sempat memperhatikan sekelompok orang yang datang ke rumahnya. Saat Anna melihat para penjahat ini mendobrak pintu rumahnya, sudah terlambat baginya untuk melarikan diri.Saat itu, dokter Anna coba melarikan diri lewat pintu belakang rumahnya. Tapi, para penjahat ini datang tidak sendiri dan mereka berhasil menangkap dan menyeretnya kembali ke dalam rumah.Mereka dengan mudah berhasil melumpuhkan dokter Anna dan dengan kejam, mulai melecehkan tubuhn
Pria itu seakan melihat sosok iblis dari dalam mata Zaha dan itu membuat dadanya bergemuruh kencang dan ketakutan perlahan memenuhi dalam dirinya."Ti-tidak... Arcchkh.."Dia ingin bicara dan meminta Zaha mengampuninya. Tapi, pisau ditangan Zaha sudah terlebih dahulu merobek tenggorokannya. Pisau tersebut tidak berhenti, hingga menembus bagian tengkuk belakangnya. Selanjutnya, dengan kejam Zaha memutus paksa bagian leher si pria dan menarik paksa kepalanya hingga terlepas dari tubuhnya."Aaa."Evelin dan tiga rekannya menjerit tertahan saat menyaksikan kengerian yang dipertontonkan Zaha.Tidak terkecuali Ali Sodiq. Ia dan tiga anak buahnya, seketika terdiam menyaksikan kekejaman Zaha."Bajingan, kamu mencari kematianmu.. bangsaat!" Teriak anak buah Ali Sodiq murka begitu tersadar dari keterpukauan mereka. Mereka hampir saja menyerang Zaha saat itu, jika Ali Sodiq tidak menahan mereka."Berhenti!"Tatapan Zaha terkunci pada Ali
Baam, baam.Dua pukulan Ali Sodiq tidak mampu ditahan oleh Zaha dan membuat tubuhnya oleng. Serangan itu begitu cepat dan ditambah kondisinya yang sudah kelelahan dan terluka cukup parah setelah bertarung dengan Rojak sebelumnya, semakin tidak menguntungkan Zaha.Selanjutnya, Ali Sodiq bergerak lebih rendah dan satu pukulan uppercutnya berhasil menghantam keras kepala Zaha dan membuatnya terhempas terbang hingga beberapa meter dan menabrak beberapa perabotan yang ada di ruang tamu.Kedua bola mata Zaha terbelalak lebar dan tatapannya menjadi nanar. Kesadarannya sempat goyah. Namun, Zaha memaksa untuk tetap bertahan. Ia tidak bisa menyerah, demi dendamnya.Napas zaha tampak memburu dan sesak."Uhuk-uhuk."Zaha terangah dan ia memaksa tubuhnya untuk bangun dan matanya kembali mengunci Ali Sodiq yang berdiri tidak jauh di depannya sambil menatap dirinya dengan tatapan menghina."Hanya segitu kemampuanmu, bocah? Kamu mengecewakan
Ali Sodiq melompat seperti layaknya seekor harimau yang hendak menerkam mangsa. Dari jejak kakinya, terdapat retakkan yang menandakan betapa besarnya kekuatan yang dihasilkan oleh pijakan Ali Sodiq sebelumnya.Zaha berkelit dengan melompat ke samping untuk menghindari serangan Ali Sodiq.Dhuar!Ubin marmer tempat Zaha berdiri sebelumnya, seketika hancur terkena serangan Ali Sodiq.Saat itu, Zaha berpikir untuk melakukan serangan balik. Hanya saja, serangan Ali Sodiq tidak berakhir di situ. Pecahan ubin marmer melayang deras ke arah Zaha oleh sapuan Ali Sodiq.Pecahan tersebut begitu banyak dan mustahil untuk bisa dihindari sekaligus. Akibatnya, Zaha terkena banyak pecahan marmer. Tembakan tersebut, hampir sama kuatnya dengan serpihan granat akibat ledakan.Wus!Baam.Terakhir, Ali Sodiq menutup serangannya dengan sebuah tendangan yang tidak bisa dihindari Zaha dan berhasil membuat tubuh Zaha terhem
"Bangsat! Gue paling gak suka suasana tegang begini. Gue maju duluan buat matiin nih orang!" Salah seorang anak buah Ali Sodiq tidak sabar dan kesal dengan perasaan tidak nyaman akibat tekanan auranya Zaha. Karena itu, tanpa menghiraukan bagaimana respons dari bosnya ataupun rekannya yang lain, ia berniat untuk menghabisi Zaha dan menghilangkan tekanan dalam dirinya. Wus. Gerakannya sangat cepat dan pukulan kanannya terhunus lurus ke arah Zaha. Zaha hanya melayangkan tatapan dingin dan tanpa menghindari serangan lawan, ia juga melakukan serangan yang sama. Baam. Serangan keduanya sama-sama masuk ke tubuh lawan. Jika Zaha hanya terjejak mundur sejauh beberapa langkah, anak buah Ali Sodiq justru berhasil dibuat terpental sejauh belasan meter. Jika bukan ada dua rekannya yang menahan tubuhnya, ia mungkin sudah menghancurkan pintu luar rumah. "Joe, lu gak apa-apa?" Pria yang dipanggil Joe tampak pucat dan tidak segera menjawab pertanyaan rekannya. Sebaliknya, ia tampak menahan sak
Tewasnya dua anak buah terakhir Ali Sodiq, seperti tamparan keras di wajahnya. Ali Sodiq masih tidak percaya, jika ia akan kehilangan empat orang kepercayaannya di tangan orang yang sama. Ini sangat memalukan! Ali Sodiq meradang, ia berpikir bahwa ia harus menghabisi Zaha saat itu juga. Anak ini punya potensi yang sulit ditebak dan ia bisa menjadi ancaman serius bagi keluarganya di masa depan. Dengan eskpresi penuh kebencian, Ali Sodiq berjalan ke arah Zaha yang saat itu baru saja berhasil berdiri setelah terkena serangannya. "Kamu harus mati hari ini!" Ujar Ali Sodiq dingin sambil mengambil ancang-ancang jurus silat harimaunya. Detik berikutnya, Ali Sodiq sudah melompat cepat ke arah Zaha dengan keempat cakarnya sengaja menargetkan titik vital di tubuh Zaha. Zaha tidak tinggal diam. Dengan dingin, ia menghadang serangan Ali Sodiq dan keduanya segera terlibat pertarungan intens dengan tempo yang sangat cepat. Beberapa perabot rumah hancur saat keduanya bertarung. Bug, bug, Baa
Setahun kemudian.Seorang remaja yang baru saja beranjak dewasa, baru saja keluar dari sebuah gedung milik kepolisian. Posturnya tampak tegap, senada dengan ekspresinya yang terlihat cerah dengan dibalut seragam khas siswa akademi militer.Bagaimana tidak? Ia baru saja dinobatkan sebagai lulusan akademi militer terbaik dari sekian ribu siswa akademi dan masa depan cerah sudah menanrtinya.Tidak hanya masa depan, karena tepat di luar gedung juga ada beberapa orang yang sangat ia kenal, telah menantinya dengan senyum cerah dan tatapan penuh harap, yang membuat dirinya serasa dibanggakan oleh mereka.Di antara mereka, ada seorang wanita cantik dengan wajah ayu yang masih mengenakan almamater mahasiswa kedokteran dari sebuah universitas ternama.Begitu melihat sang pemuda yang telah lama dinantinya keluar, wanita tersebut sudah tidak sabar untuk untuk buru-buru menghampirinya."Anna, kenapa harus terburu-buru begitu? Sampai kamu langsung melupakan masih ada kami di sini!" Ujar sang ayah t
Tepat, di saat Angel berpikir jika Zaha sudah tewas dan berniat untuk menyusulnya, sebuah kenanehan yang tidak lazim terjadi.Midun yang saat itu sudah berhasil bangun, pijakannya tiba-tiba menjadi goyah. Dari dalam mulutnya, keluar darah berwarna kehitaman dalam jumlah yang sangat banyak. Tidak berhenti sampai di situ, pembuluh darahnya meledak dan membuat darahnya menyembur keluar dengan sangat deras.Saat itu, Angel baru menyadari, jika penampilan Midun sudah sangat berantakan.Sampai akhirnya, Midun dengan ekspresi tidak rela jatuh ambruk ke tanah dan selanjutnya tidak lagi bergerak.Apa Midun telah tewas?Angel sulit mempercayai apa yang sedang dilihatnya saat itu.Apa itu artinya, Zaha menang?Lalu, di mana Zaha saat ini?Begitu menyadari situasinya, Angel segera mengedarkan pandangannya dengan liar untuk mencari keberadaan Zaha.Secercah harapan muncul dalam dirinya. Selanjutnya, Angel dengan langkah panik segera menyusuri tempat pertarungan dan mencari keberadaan Zaha.Antara
Angel segera berlari ke arah Bulan dan mendekap tubuhnya. Jika saja ia lebih cepat menyadari tujuan Bulan yang sebenarnya, ia tidak mungkin mau melanjutkan pertarungan yang menyebabkan Bulan dapat kehilangan nyawanya."Gadis bodoh! Apa yang kamu lakukan? Apa yang coba kamu buktikan, hah?" Teriak Angel tidak terima. Kedua tangannya bergetar hebat ketika mendekap tubuh Bulan yang semakin lemah dan mulai terasa dingin. Perasaan Angel menjadi kacau. Dia tidak tahu, apa ini kemenangan yang harus dirayakannya? Kemenangan yang seharusnya membuat dia merasa lega, karena telah menyingkirkan satu orang musuh kekasihnya. Tapi, kenyataannya tidak begitu!Angel justru merasakan rasa sakit dan kehilangan yang sulit untuk dijelaskan. Bahkan, Angel sendiri tidak tahu bagamaina mendeskripsikan perasaannya saat ini."Bulan... katakan, kenapa?" Isak Angel dengan perasaan berantakan.Bulan terbatuk dan kembali memuntahkan darah yang sudah bercampur dengan organ dalam tubuhnya. Tatapannya sendiri sudah m
Di sudut lain yang tidak jauh dari tempat pertarungan antara Zaha dan Midun, terjadi pertarungan yang tidak kalah sengit antara Angel melawan Bulan. Meski pertarungan keduanya tidak seintens pertarungan Zaha dan Midun, karena mereka hanya mengandalkan kemampuan fisik serta kekuatan bathin mereka sendiri. Pertarungan keduanya tetap saja mempertaruhkan hidup dan mati.Sikap Angel yang serius dan tanpa ragu, membuat Bulan tidak bisa memanfaatkan keunggulannya dengan baik. Pertarungan yang semula di dominasi oleh Bulan, perlahan mulai diambil alih oleh Angel dan membuat Bulan kepayahan.Jika pertarungan ini tidak melibatkan Zaha, Angel mungkin tidak akan ragu untuk berpihak ke sisi Bulan dan keluarganya. Bagaimanapun, beberapa waktu yang mereka habiskan bersama, Bulan dan Angel sudah menjadi cukup dekat dan sudah terlihat seperti saudara. Bagi Angel, Bulan adalah parner berlatih yang telah membantunya untuk mengasah kemampuan tenaga dalamnya, serta meningkatkan kemampuannya secara keselu
Maran yang berada di dalam tubuh Midun mendengus dingin, 'Jika Mandigo sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, itu artinya ia ingin bertarung habis-habisan dengan kita. Selama ini, kami selalu imbang. Sepertinya, ia berniat memanfaatkan kekuatan anak itu untuk mengalahkan kita.' 'Hehehe., sepertinya ia terlalu meremehkanku. Baiklah, jika ini yang kamu inginkan, aku akan memasang taruhan yang sama denganmu.' Maran tertawa dingin dan keinginan bertarungnya naik berkali-kali lipat. Tentu saja, Maran juga tidak ingin kalah dengan rival abadinya tersebut. Segera, Midun pun merasakan kekuatan penuh Maran mengalir ke dalam tubuhnya dan membuat kekuatannya meningkat secara signifikan. Sekarang, Midun tidak perlu lagi memikirkan kekuatan lawan. Ini adalah pertama kalinya Midun merasakan kekuatan penuh Maran mengalir di dalam tubuhnya. Perasaan itu begitu luar biasa! Selama ini, Maran bahkan tidak pernah menunjukkan kekuatan seperti ini padanya. Wajar saja, Midun menjadi semakin bersemanga
Boom, boom,Dhuaar!Dalam sekejap, Zaha dan Midun sudah bertarung puluhan jurus. Serangan dan kecepatan mereka, tidak bisa diukur dengan mata telanjang. Karena keduanya sudah jauh melampaui level yang bisa diraih oleh manusia biasa.Pertarungan mereka, juga tidak lagi mengedepankan teknik yang tertulis di atas lembaran kertas ilmu beladiri. Di sekitar tempat mereka bertarung, banyak menyisakan lobang yang cukup dalam dan tidak beraturan, yang menunjukkan betapa tinggi intensitas pertarungan keduanya.Saat seperti ini, jurus dan teknik bukan lagi menjadi sesuatu yang penting. Keduanya bergerak dengan kecepatan tinggi dan didominasi oleh naluri bertarung tingkat tinggi yang tidak bisa diukur oleh teknik beladiri manapun.Bagi keduanya, puncak dari ilmu beladiri bukan lagi terletak pada teknik. Tapi pada insting, mental dan kecepatan. Siapa yang memiliki ketiganya akan menjadi penentu akhir kemenangan. Tapi, kerena hasil pertarungan mereka masih berimbang, di mana tidak ada satu pihak
Meski sudah mendapat peringatan dari Mandigo tentang kekuatan Maran, makhluk mistis milik Midun. Zaha masih saja bertindak nekat untuk menghadapinya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. Wus! Baru saja Zaha mengindahkan peringatan Mandigo, Midun sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri dan hanya menyisakan kabut bayangan di belakang. Saat itu, Zaha merasakah kegelisahan yang luar biasa. 'Sangat cepat!' Zaha dengan kemampuan barunya, bahkan sama sekali tidak bisa melihat pergerakan mantan gurunya tersebut. Sampai, ketika Midun tiba-tiba sudah muncul tepat di depannya pada detik berikutnya dan melayangkan sebuah pukulan sederhana yang sulit untuk dicegat Zaha. Di saat kritis seperti itu, Zaha hanya sempat mengangkat kedua lengannya ke depan dada untuk menahan serangan Midun. Itu saja, sudah membuat ia terlempar mundur sejauh belasan meter dan terhempas di tanah dalam posisi telentang dengan kondisi cukup buruk. Wus!
Kreek, kreek.Tumpukan batu yang menimbun tubuh Zaha bergerak dan meledak, begitu Zaha dengan tatapan menyala bangkit dari dalamnya.Sungguh luar biasa katahanan tubuhnya!Bahkan setelah tertimbun oleh dinding dan tiang rumah seperti itu, ia tidak terluka sama sekali, selain debu dan pasir yang mengotori tubuh dan pakaiannya. Melihat hal itu, Midun mau tidak mau mulai menganggap serius Zaha sebagai lawan yang pantas untuk menjadi lawannya. Jika pada pertarungan sebelumnya, Midun masih beranggapan Zaha sebagai seorang murid yang masih butuh banyak bimbingan untuk berkembang. Namun tidak setelah mereka bertukar belasan jurus, di mana Zaha mampu mengimbanginya dan bahkan beberapa kali membuatnya terpaksa harus berusaha keras untuk menahan serangannya.Zaha bukan lagi anak kemarin sore yang sedang berkembang. Dia sudah matang!Tingkat kematangan seperti itu adalah tingkat seorang ahli. Ketajaman serta instingnya terbangun seiring dengan pengalamannya. Ditambah, Zaha sekarang memiliki kek
Kehadiran Angel mampu mengalihkan perhatian Bulan. Tidak hanya berhasil memaksa Bulan bertarung satu lawan satu, Angel juga mampu menjauhkan Bulan dari Zaha. Dengan begitu, Zaha bisa fokus sepenuhnya bertarung melawan Midun.Tidak lama setelah keduanya pergi, pertarungan antara Zaha dan Midun pun segera dimulai.Jika melihat dari karakter Zaha, dia bukan karakter yang akan memulai pertarungan terlebih dahulu. Kecuali ia sedang dalam misi yang mengharuskannya untuk bergerak cepat, seperti saat ia masih berkarir di militer dulunya.Sayangnya, kali ini ia harus berhadapan dengan Midun, gurunya sendiri. Mereka memiliki karakter bertarung yang sama. Dalam pertarungan satu lawan satu seperti ini, mereka berdua cenderung menjadi karakter yang pasif di awal. Mengamati dan menganalisa kemampuan lawan adalah kunci dari kemenangan. Itulah yang Zaha pelajari dari Midun.Namun sekarang, situasinya berbeda. Zaha tidak mungkin menunggu Midun untuk menyerangnya lebih dulu. Bagaimanapun, ia sangat me