Deg deg deg.
Satu, dua, tiga detik berlalu.
Waktu seakan berjalan begitu pelan, detik demi detik.
Jantung Alex berdetak jauh lebih keras dari sebelumnya. Namun, pukulan yang sebelumnya tampak mematikan itu dan seperti bersiap mencabut nyawanya tidak juga kunjung mengenainya.
Alex membuka matanya perlahan, matanya langsung terbelalak melihat tinju tersebut berhenti tepat dalam jarak setengah centimeter dari keningnya.
"Haahhhh.." Alex baru bisa bernafas lega.
Wajahnya sempat memutih karena saking cemasnya, Ia merasa jika nyawanya benar-benar akan melayang beberapa detik yang lalu.
"Senior, anda kalah!" Ujar Zaha dengan senyum tenang.
Alex masih merasa jika jantungnya masih belum stabil saat ini. Namun, ia tidak lagi bisa berkomentar banyak. Zaha sudah terlalu baik dengan menghentikan pukulannya di saat paling kritis. Jika tidak, mungkin ia sudah setengah perjalanan ke neraka saat ini.
Tidak sembarangan orang yang bisa men
"Kalau begitu tidak ada yang perlu kita tunda lagi, semua sudah setuju jika King akan menjadi pimpinan aliansi ini.""Tidak-tidak! Ini bukan lagi aliansi, karena kita sudah sepakat untuk bergabung maka hanya akan ada satu organisasi disini.""Benar, setelah ini tidak ada lagi Kelompok Selatan, Barat, Utara ataupun Timur.""Iya, aku setuju. Sekarang yang perlu dipikirkan, apa nama yang cocok untuk organisasi kita ini nantinya?""Nama organisasi ini harus menakutkan dan kalau perlu akan membuat gentar siapapun yang mendengarnya."Semua orang sibuk dengan idenya masing-masing dan terlihat sangat bersemangat dengan bersatunya empat kelompok genster besar ibu kota ini. Bergabungnya empat kelompok besar ini juga menandai kembalinya kekuatan besar yang dulu pernah berkuasa. Karena pada dasarnya, mereka semua berasal dari satu kekuatan, sebelum memisahkan diri menjadi empat kelompok besar seperti sekarang.Melihat semua petinggi dari pecahan empat kelompok besar begitu antusias membentuk kemb
Semua orang menatap penuh tanya pada Sam dan Acera karena telah menendang Jafar yang notabene merupakan salah satu petinggi di Kelompok Utara. Jelas saja sikap mereka menjadi tanya tanya besar, karena bagaimanapun sikap keduanya menunjukkan sikap yang tidak hormat pada senior.Belum lagi, aksi mereka berdua didukung oleh para elit generasi muda lainnya yang dengan kompak berdiri di belakang mereka. Apa mereka sengaja berkonspirasi untuk menunjukan pemberontakan? Atau mereka memiliki konflik tersendiri dengan Jafar dan rekannya?Di sisi lain, beberapa petinggi dari Kelompok Utara yang saat itu masih berada di dalam ruangan, menunjukan ekspresi tidak senang mereka. Bagaimanapun, Jafar adalah rekan mereka.Meski mereka merupakan pihak yang kalah, setelah berhasil ditundukkan oleh serangan gabungan tiga aliansi kelompok gengster terkuat ibu kota tersebut.Namun, dengan bergabungnya mereka menjadi bagian dari aliansi, sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan niat tulus mereka menjadi bagia
"Bos, King sudah muncul.""...""Iya, dia sudah datang sesuai apa yang kita rencanakan, bos. King telah memakan umpannya!""...""Iya-iya, baik saya mengerti!""...""Iya, saya akan memberikan paketnya pada King langsung dan memastikan kalau dia mengikuti apa yang telah kita rencanakan.""...""Tenang saja, bos! Tidak akan ada yang curiga, mereka semua sedang sibuk membahas tentang aliansi dan organisasi baru di bawah kepemimpinan King. Sepertinya akan sulit bagi saya untuk masuk saat ini, karena semua orang begitu percaya dengan pemuda ini.""...""Iya baik, bos. Mereka tidak akan mungkin curiga. Mereka terlalu bodoh dan tidak mungkin mencurigai kita, hahaha.""..."Kalimat demi kalimat yang diputar Virangel melalui voice recorder kecil, membuat wajah Jafar kian gelap. Ia tidak menyangka, jika pembicaraannya telah disadap.Jafar buru-buru memeriksa tubuhnya dan terkejut, begitu mendapati sebuah alat perekam mini dan lebih kecil dari giwang bajunya, menempel dekat resleting jaketnya.
Begitu melihat wajah-wajah yang ada di dalam layar ponsel Virangel, wajah Jafar langsung berubah ketakutan. Ia tidak menyangka, jika King bisa melihat satu kelemahannya ini. Karena itu, seluruh tubuh Jafar menjadi gemetar dan bergidik ngeri. King yang tadi di kata-katainya sebagai remaja ingusan dan tidak layak menjadi pemimpin dirinya dan semua orang-orang besar yang ada dalam ruangan ini, ternyata mampu Memainkan permainan licik dan menakutkan seperti ini. Siapa yang menyangka, dibalik usia dan penampilannya yang masih remaja. King bisa memainkan sebuah rencana yang begitu kejam dan tidak mungkin bisa terbayangkan oleh orang seusianya. Biasanya, mereka yang sudah memiliki pengalaman dan usia matang yang bisa memikirkan cara untuk melakukan rencana semengerikan ini. Pertanyaannya, kapan King mempersiapkan rencana ini? Apa King telah mencurigainya sebelum ini? Sehingga menyiapkan jebakan untuk menyudutkan Jafar dan juga Anke? Atau, King menyia
Zaha mengusap keningnya yang mulai sedikit pusing dengan adanya juragan Cintung dan juga istrinya yang terus memohon-mohon agar ia dapat menyelamatkan putri mereka.Oleh sebab itu, Zaha hanya dapat berkata singkat untuk menenangkan keduanya, "Aku tidak bisa menjanjikan banyak hal untuk kalian berdua. Tapi, aku akan berusaha menyelamatkannya. Sekarang, kembalilah!"Setelah mendapatkan jawaban dari Zaha. Baik juragan Cintung dan juga istrinya, tampak sedikit lebih tenang. Juragan Cintung dalam lain hal, terlihat tertunduk malu dan tidak berani menatap mata Zaha saat ini.Teringat dengan perbuatannya di masa lalu, juragan Cintung merasa lebih malu lagi. Orang yang coba disakitinya dan kakaknya bahkan hendak diperistrinya, justru adalah orang yang akan menolongnya saat ini."Nak Zaha.. Ma-maaf, maksud saya, King. Terimakasih! Kami akan mengingat jasa ini seumur hidup kami." Ujar juragan Cintung hampir hendak berlutut dihadapan Zaha.Zaha melambaikan tangannya dan berkata acuh tak acuh, "T
"Killer one, ready." "Killer two, ready." ... "Killer ten, ready." Satu persatu, sniper suruhan Ryo melaporkan kesiapan mereka yang telah berada di posisinya masing-masing. Seluruh area masuk dan dalam gedung, tidak luput dari mata tajam mereka. Bahkan, jika itu hanya seekor lalat sekalipun, akan langsung terpantau dan masuk dalam jangkauan mereka. Orang-orang ini adalah sniper terbaik yang di bawa oleh Ryo dan mereka merupakan veteran perang dan telah banyak membunuh musuh semasa tugas mereka. "Bagus, selanjutnya tunggu perintah dariku!" Balas Ryo. "Roger, bos!" Selanjutnya, Ryo segera beralih pada Ayahnya dan bertanya, "Ayah, bagaimana status dari orang kita?" "Tenang saja! Sebentar lagi, kita akan dapat membalas kematian saudara-saudaramu. Dia telah memakan umpannya." Sahut Abdi Batubara tenang sambil menghisap cerutunya. Meski terlihat tenang, Abdi adalah orang yang paling tidak sabar untuk segera membunuh Zaha untuk membalaskan kematian dua putra kesayangannya. "Ku hara
Beberapa jam sebelumnya, di ruang pertemuan bawah tanah pasar Tanah Kuda.Sata itu, Cak Timbul bersama yang lainnya sedang mengadakan pertemuan darurat guna membahas aksi nekad Zaha yang telah memutuskan untuk menemui Abdi dan kelompoknya, dengan hanya ditemani oleh Anke.Ini sama saja dengan King menyerahkan dirinya begitu saja kepada musuh. Keputusan King tersebut, telah membuat gelisah para pengikutnya."King, terlalu ceroboh! Bagaimana bisa ia pergi seorang diri ke sana dan melarang kita untuk mengikutinya?" Ujar Padri kesal.Di sana tidak hanya Padri, hampir sebagian besar para pemimpin yang tergabung dalam aliansi tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Zaha. Hanya saja, ancaman Zaha yang akan membunuh siapapun yang berani mengikutinya, membuat mereka tidak berkutik dan tidak berani membantah perintahnya."Cak, King akan ditangkap dan dianiaya, jika ia tetap nekat memasuki markas Abdi seperti ini. Kita harus membantu King!" Ujar Kobang turut menyuarakan keberatannya dengan k
Zaha yang akan menjadi target oleh Abdi, tapi justru Anke yang merasa jantungnya berdebar sangat kencang saat itu, seakan-akan bisa meledak karena saking cepat denyutnya. Hal itu karena ia tahu rencana keji seperti apa yang telah disiapkan oleh Abdi untuk Zaha. Terutama, karena Zaha adalah orang yang telah membunuh dua putra Abdi Batubara. Hanya saja, Zaha terlihat seperti orang tidak bermasalah dan dia bisa melangkah dengan begitu tenangnya. Anke yang tahu bahwa keselamatan keluarganya bergantung pada Zaha, telah coba memperingatkannya. Karena, ia tidak mau kalau Zaha sampai tewas di sana, sementara keluarganya masih ditangan anak buah Zaha. Ia khawatir, jika hal itu dapat mengakibatkan keluarganya jadi pelampiasan kemarahan anak buah Zaha nantinya. Anke menatap Zaha sekali lagi, untuk kembali memastikan pilihannya sebelum mereka memasuki pintu masuk gudang. Tapi, Zaha bersikap seolah tidak peduli dan sudah mantab dengan pilihannya. "Terus jalan, bang Anke!" Ucap Zaha tanpa ragu.