Jari-jari Anna masih bermain di dada bidang Zaha, seakan ia masih ingin mengingat setiap lekuk tubuh Zaha yang sekarang. Meski tidak sekekar dan setebal dada Zaha yang dulu, tapi ruh yang mengisi tubuh baru ini adalah Zahanya. Cara Zaha memperlakukannya, persis sama dengan dulu ia memperlakukan Anna. Begitu lembut dan penuh dengan kehangatan.Tubuh keduanya masih polos tanpa sehelai benangpun di bawah selimut, butir keringat tipis masih membasahi tubuh keduanya. Saat ini, keduanya sedang mengistirahatkan tubuh mereka yang kelelahan setelah seharian bercinta dan melepas rindu.Tiga hari terakhir mereka habiskan berdua di rumah Anna, mereka serasa berbulan madu kembali.Setiap waktu, mereka habiskan dengan saling memadu kasih tanpa mengenal lelah. Seolah itu adalah penebusan waktu beberapa tahun mereka yang telah hilang.Baik Anna dan Zaha seakan dimabuk cinta kembali. Positifnya, keduanya terlihat lebih bersemangat karena cinta yang telah lama hilang, kini telah bersatu kembali.Anna s
Zaha memandangi dirinya di depan cermin dan menatap aneh bayangannya sendiri. Ia tidak tahu, apa harus tersenyum senang melihat penampilannya saat ini atau harus bersedih, karena pakaian yang dipakainya terlihat begitu modis dan berbanding terbalik dengan warna kulitnya yang gelap.Meski sekarang fisiknya sudah mulai terbentuk, otot-otot tubuhnya sudah mulai menonjol keluar. Tapi tetap saja, itu tidak membuatnya otomatis menjadi ganteng. Wajahnya masih tetap standar dengan kulit berwarna gelap, kelebihannya cuma bentuk tubuhnya lebih padat dari sebelumnya.Melihat wajah Zaha yang tampak muram ketika bercermin, Anna justru terlihat begitu bahagia dengan senyum jahilnya.Ekspresi Anna justru menjadi beban tersendiri bagi Zaha. Ia khawatir, Anna bahagia melihat dirinya yang jelek dengan pakaian yang bagus. Ini seperti the beast yang dipaksa mengenakan pakaian kaisar.Bukankah itu terlihat sangat kontras?"Ganteng juga!" Puji Anna mengangkat jempolnya.Zaha tersenyum getir mendengarnya, '
"Terus, kamu ingin mengatakan tidak usah bagi Zaha menanggapi tantangan Rio dan membiarkan Cintya begitu saja?" Tanya Angel sinis."Bukan- bukan begitu. Tapi..." Nia nampak ragu.Namun jika diharuskan untuk memilih, ia lebih memilih Zaha tetap berada di sana bersama mereka. Zaha sudah terlalu banyak mengorbankan dirinya untuk Nia dan juga Ibu mereka.Dulu, Zaha juga nekat menantang juragan Cintung demi membela kehormatan keluarga mereka. Juragan Cintung memanfaatkan kondisi Ayah Zaha yang berhutang banyak karena hobinya berjudi. Ayah Zaha menggadaikan sertifikat rumah satu-satunya yang mereka miliki.Namun, juragan Cintung yang picik memanfaatkan keadaan tersebut untuk bisa menikahi Nia sebagai jalan keluar, untuk menyelamatkan rumah mereka. Juragan licik tersebut juga menggunakan para algojonya untuk mengintimidasi Zaha dan keluarganya.Saat itu, Zaha dengan penuh keberanian menjadi tameng untuk melindungi keluarganya. Kenyataan bahwa dia berhasil menundukkan juragan Cintung dan selu
Zaha secara bergantian menatap dua wanita cantik di depannya. Entah kenapa, ia melihat Nia tak ubahnya seperti Angel sekarang. Dua rubah betina yang seakan bersiap untuk menerkamnya saat itu juga, kondisi ini jauh lebih menegangkan dibanding pertempuran dengan Kelompok Utara sebelumnya.Fix sudah, ini ulahnya Angel atau mereka memang sengaja merencanakan hal ini sebelumnya. Terus, jika Zaha sudah mengaku, mereka harus threesome begitu?Enak banget hidup Zaha kalau begitu!"Sebentar, kenapa kita harus membahas hal ini? Di luar sana, ada seorang gadis yang perlu diselamatkan." Ujar Zaha segera mengalihkan topik pembicaraan mereka.Mendengar itu, baik Angel maupun Nia langsung cemberut. Wajah mereka yang semula tampak berbinar penuh harapan, langsung berubah masam.'Anjir, apa mereka beneran berharap akan terjadi threesome gitu?' Pikir Zaha sambil meneguk ludah.Kalau saja kondisi tidak mendesak, bisa saja itu adalah hal yang baik untuk Zaha merilekskan tubuhnya.'Astaga, apa yang ku pik
"Jadi, lu yang namanya, King?" Tanya Padri dengan dingin. Perubahan sikap Padri yang sebelumnya tampak hangat dan sekarang berbalik berubah menjadi dingin dan terlihat sebagai orang asing, membuat terkejut semua orang. Ternyata tidak hanya Padri, dua saudaranya, Samson dan Alex juga menatap dingin ke arah Zaha. "Maksudmu apa bertanya seperti itu pada King, Padri?" Tanya Cak Timbul yang tidak senang dengan nada bicara Padri pada ketuanya. Padri hanya mendengus dingin dan matanya tidak beralih pada King. Mata tiga ketua kelompok barat ini terlihat seperti elang yang sedang mengawasi mangsa mereka. Tatapan mereka seolah mempelajari setiap fisik Zaha mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Zaha yang ditatap dengan penuh selidik dan dingin seperti itu, tidak mempermasalahkan sikap mereka sama sekali. Dengan santun, ia menjawab pertanyaan Padri sebelumnya, " Iya senior, saya Zaha! King hanyalah panggilan orang-orang untuk saya. Senang bisa berkenalan den
Deg deg deg.Satu, dua, tiga detik berlalu.Waktu seakan berjalan begitu pelan, detik demi detik.Jantung Alex berdetak jauh lebih keras dari sebelumnya. Namun, pukulan yang sebelumnya tampak mematikan itu dan seperti bersiap mencabut nyawanya tidak juga kunjung mengenainya.Alex membuka matanya perlahan, matanya langsung terbelalak melihat tinju tersebut berhenti tepat dalam jarak setengah centimeter dari keningnya."Haahhhh.." Alex baru bisa bernafas lega.Wajahnya sempat memutih karena saking cemasnya, Ia merasa jika nyawanya benar-benar akan melayang beberapa detik yang lalu."Senior, anda kalah!" Ujar Zaha dengan senyum tenang.Alex masih merasa jika jantungnya masih belum stabil saat ini. Namun, ia tidak lagi bisa berkomentar banyak. Zaha sudah terlalu baik dengan menghentikan pukulannya di saat paling kritis. Jika tidak, mungkin ia sudah setengah perjalanan ke neraka saat ini.Tidak sembarangan orang yang bisa men
"Kalau begitu tidak ada yang perlu kita tunda lagi, semua sudah setuju jika King akan menjadi pimpinan aliansi ini.""Tidak-tidak! Ini bukan lagi aliansi, karena kita sudah sepakat untuk bergabung maka hanya akan ada satu organisasi disini.""Benar, setelah ini tidak ada lagi Kelompok Selatan, Barat, Utara ataupun Timur.""Iya, aku setuju. Sekarang yang perlu dipikirkan, apa nama yang cocok untuk organisasi kita ini nantinya?""Nama organisasi ini harus menakutkan dan kalau perlu akan membuat gentar siapapun yang mendengarnya."Semua orang sibuk dengan idenya masing-masing dan terlihat sangat bersemangat dengan bersatunya empat kelompok genster besar ibu kota ini. Bergabungnya empat kelompok besar ini juga menandai kembalinya kekuatan besar yang dulu pernah berkuasa. Karena pada dasarnya, mereka semua berasal dari satu kekuatan, sebelum memisahkan diri menjadi empat kelompok besar seperti sekarang.Melihat semua petinggi dari pecahan empat kelompok besar begitu antusias membentuk kemb
Semua orang menatap penuh tanya pada Sam dan Acera karena telah menendang Jafar yang notabene merupakan salah satu petinggi di Kelompok Utara. Jelas saja sikap mereka menjadi tanya tanya besar, karena bagaimanapun sikap keduanya menunjukkan sikap yang tidak hormat pada senior.Belum lagi, aksi mereka berdua didukung oleh para elit generasi muda lainnya yang dengan kompak berdiri di belakang mereka. Apa mereka sengaja berkonspirasi untuk menunjukan pemberontakan? Atau mereka memiliki konflik tersendiri dengan Jafar dan rekannya?Di sisi lain, beberapa petinggi dari Kelompok Utara yang saat itu masih berada di dalam ruangan, menunjukan ekspresi tidak senang mereka. Bagaimanapun, Jafar adalah rekan mereka.Meski mereka merupakan pihak yang kalah, setelah berhasil ditundukkan oleh serangan gabungan tiga aliansi kelompok gengster terkuat ibu kota tersebut.Namun, dengan bergabungnya mereka menjadi bagian dari aliansi, sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan niat tulus mereka menjadi bagia