Nia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Hera. Bagaimana Ia masih bisa bersikap sesantai ini, ketika kehilangan perawannya? Lalu, kenapa juga Hera menceritakan semua ini padanya? Apa Hera sengaja menceritakan hal ini, agar Nia merestui hubungan mereka?
Tidak, Nia merasa tidak rela!
"Kenapa? Apa kamu juga ingin bercinta dengan Zaha?" Tanya Hera cuek, namun berhasil membuat Nia jadi salah tingkah.
"Ti-tidak, tentu saja tidak! Bagaimana mbak bisa berpikir seperti itu? Dia itu adikku." Ucap Nia coba memungkiri.
"Benarkah?" Tanya Hera dengan senyum yang terlihat meragukan kesungguhan jawaban Nia.
"Tentu- tentu saja! Kami ini saudara sedarah, tidak mungkin aku bisa berpikiran begitu dengan adikku sendiri." Nia bersikeras membantah, namun yang terlihat oleh Hera justru kebalikan dengan apa yang diucapkannya.
"Kalau Zaha bukan saudara sedarahmu, berarti tidak masalah bagimu bercinta dengannya, 'kan?"
Pertanyaan Hera membuat goyah k
Suasana dalam kamar Anna benar-benar hening selama beberapa menit, hanya isak tangis Anna sebagai satu-satunya suara yang terdengar di dalam sana.Zaha sendiri hanya diam mematung di depan pintu, tanpa tau harus berkata apa. Ia mungkin seorang ahli strategi tempur yang handal, namun ketika dihadapkan dengan masalah perasaan dan wanita, Zaha seakan menjadi seorang balita yang belum mengerti apa-apa.Sebelumnya, Zaha bersikeras untuk bisa melupakan Anna dan semua masa lalunya agar dapat memulai lembaran baru dalam hidupnya. Namun di sisi lain, Anna ternyata adalah wanita yang sangat nekat dan keras kepala. Bagaimanapun Zaha coba mengingkari dan mengacuhkannya, justru membuat dokter cantik tersebut dapat berbuat nekat.Bagaimana bisa Zaha pergi begitu saja?Anna mungkin akan melakukan apa yang telah diucapkannya. Mendengar Anna berada dalam bahaya saja, sudah membuat Zaha sangat panik dan khawatir. Apalagi jika dokter cantik itu benar-benar nekat mengakhiri nyawanya? Itu semua karena Zah
"Apa kalian sudah dapat informasi keberadaan orang itu?"Dua orang yang ditugaskan oleh Rio untuk mencari keberadaan Zaha tampak tertunduk pasrah, "Belum, Bos. Pergerakan kami sangat terbatas. Apalagi setelah Kobra ditundukkan oleh Kelompok Selatan yang dibantu oleh dua kelompok besar lainnya.""Setelah Kelompok Utara berhasil dikalahkan sebelumnya. Otomatis kita hanya punya kekuatan dalam kelompoknya Kobra. Sekarang, seluruh anggota yang loyal pada Kobra sudah dimusnahkan dan sebagian kecil lainnya membelot pada aliansi Kelompok Selatan.""Tapi, salah seorang anggota kita masih bertahan di sana. Hanya saja, sampai saat ini masih belum ada informasi dari mereka tentang keberadaan King.""Bangsat!" Geram Rio dengan wajah menggelap."Sudah dua minggu lebih dan kalian masih belum berhasil mendapatkan info keberadaan satu orang saja?" Ujar Rio dingin dengan mata menatap tajam dua orang di depannya.Dua orang anggota Rio gemetar ketakutan, punggung mereka terasa basah oleh keringat dingin.
Jari-jari Anna masih bermain di dada bidang Zaha, seakan ia masih ingin mengingat setiap lekuk tubuh Zaha yang sekarang. Meski tidak sekekar dan setebal dada Zaha yang dulu, tapi ruh yang mengisi tubuh baru ini adalah Zahanya. Cara Zaha memperlakukannya, persis sama dengan dulu ia memperlakukan Anna. Begitu lembut dan penuh dengan kehangatan.Tubuh keduanya masih polos tanpa sehelai benangpun di bawah selimut, butir keringat tipis masih membasahi tubuh keduanya. Saat ini, keduanya sedang mengistirahatkan tubuh mereka yang kelelahan setelah seharian bercinta dan melepas rindu.Tiga hari terakhir mereka habiskan berdua di rumah Anna, mereka serasa berbulan madu kembali.Setiap waktu, mereka habiskan dengan saling memadu kasih tanpa mengenal lelah. Seolah itu adalah penebusan waktu beberapa tahun mereka yang telah hilang.Baik Anna dan Zaha seakan dimabuk cinta kembali. Positifnya, keduanya terlihat lebih bersemangat karena cinta yang telah lama hilang, kini telah bersatu kembali.Anna s
Zaha memandangi dirinya di depan cermin dan menatap aneh bayangannya sendiri. Ia tidak tahu, apa harus tersenyum senang melihat penampilannya saat ini atau harus bersedih, karena pakaian yang dipakainya terlihat begitu modis dan berbanding terbalik dengan warna kulitnya yang gelap.Meski sekarang fisiknya sudah mulai terbentuk, otot-otot tubuhnya sudah mulai menonjol keluar. Tapi tetap saja, itu tidak membuatnya otomatis menjadi ganteng. Wajahnya masih tetap standar dengan kulit berwarna gelap, kelebihannya cuma bentuk tubuhnya lebih padat dari sebelumnya.Melihat wajah Zaha yang tampak muram ketika bercermin, Anna justru terlihat begitu bahagia dengan senyum jahilnya.Ekspresi Anna justru menjadi beban tersendiri bagi Zaha. Ia khawatir, Anna bahagia melihat dirinya yang jelek dengan pakaian yang bagus. Ini seperti the beast yang dipaksa mengenakan pakaian kaisar.Bukankah itu terlihat sangat kontras?"Ganteng juga!" Puji Anna mengangkat jempolnya.Zaha tersenyum getir mendengarnya, '
"Terus, kamu ingin mengatakan tidak usah bagi Zaha menanggapi tantangan Rio dan membiarkan Cintya begitu saja?" Tanya Angel sinis."Bukan- bukan begitu. Tapi..." Nia nampak ragu.Namun jika diharuskan untuk memilih, ia lebih memilih Zaha tetap berada di sana bersama mereka. Zaha sudah terlalu banyak mengorbankan dirinya untuk Nia dan juga Ibu mereka.Dulu, Zaha juga nekat menantang juragan Cintung demi membela kehormatan keluarga mereka. Juragan Cintung memanfaatkan kondisi Ayah Zaha yang berhutang banyak karena hobinya berjudi. Ayah Zaha menggadaikan sertifikat rumah satu-satunya yang mereka miliki.Namun, juragan Cintung yang picik memanfaatkan keadaan tersebut untuk bisa menikahi Nia sebagai jalan keluar, untuk menyelamatkan rumah mereka. Juragan licik tersebut juga menggunakan para algojonya untuk mengintimidasi Zaha dan keluarganya.Saat itu, Zaha dengan penuh keberanian menjadi tameng untuk melindungi keluarganya. Kenyataan bahwa dia berhasil menundukkan juragan Cintung dan selu
Zaha secara bergantian menatap dua wanita cantik di depannya. Entah kenapa, ia melihat Nia tak ubahnya seperti Angel sekarang. Dua rubah betina yang seakan bersiap untuk menerkamnya saat itu juga, kondisi ini jauh lebih menegangkan dibanding pertempuran dengan Kelompok Utara sebelumnya.Fix sudah, ini ulahnya Angel atau mereka memang sengaja merencanakan hal ini sebelumnya. Terus, jika Zaha sudah mengaku, mereka harus threesome begitu?Enak banget hidup Zaha kalau begitu!"Sebentar, kenapa kita harus membahas hal ini? Di luar sana, ada seorang gadis yang perlu diselamatkan." Ujar Zaha segera mengalihkan topik pembicaraan mereka.Mendengar itu, baik Angel maupun Nia langsung cemberut. Wajah mereka yang semula tampak berbinar penuh harapan, langsung berubah masam.'Anjir, apa mereka beneran berharap akan terjadi threesome gitu?' Pikir Zaha sambil meneguk ludah.Kalau saja kondisi tidak mendesak, bisa saja itu adalah hal yang baik untuk Zaha merilekskan tubuhnya.'Astaga, apa yang ku pik
"Jadi, lu yang namanya, King?" Tanya Padri dengan dingin. Perubahan sikap Padri yang sebelumnya tampak hangat dan sekarang berbalik berubah menjadi dingin dan terlihat sebagai orang asing, membuat terkejut semua orang. Ternyata tidak hanya Padri, dua saudaranya, Samson dan Alex juga menatap dingin ke arah Zaha. "Maksudmu apa bertanya seperti itu pada King, Padri?" Tanya Cak Timbul yang tidak senang dengan nada bicara Padri pada ketuanya. Padri hanya mendengus dingin dan matanya tidak beralih pada King. Mata tiga ketua kelompok barat ini terlihat seperti elang yang sedang mengawasi mangsa mereka. Tatapan mereka seolah mempelajari setiap fisik Zaha mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Zaha yang ditatap dengan penuh selidik dan dingin seperti itu, tidak mempermasalahkan sikap mereka sama sekali. Dengan santun, ia menjawab pertanyaan Padri sebelumnya, " Iya senior, saya Zaha! King hanyalah panggilan orang-orang untuk saya. Senang bisa berkenalan den
Deg deg deg.Satu, dua, tiga detik berlalu.Waktu seakan berjalan begitu pelan, detik demi detik.Jantung Alex berdetak jauh lebih keras dari sebelumnya. Namun, pukulan yang sebelumnya tampak mematikan itu dan seperti bersiap mencabut nyawanya tidak juga kunjung mengenainya.Alex membuka matanya perlahan, matanya langsung terbelalak melihat tinju tersebut berhenti tepat dalam jarak setengah centimeter dari keningnya."Haahhhh.." Alex baru bisa bernafas lega.Wajahnya sempat memutih karena saking cemasnya, Ia merasa jika nyawanya benar-benar akan melayang beberapa detik yang lalu."Senior, anda kalah!" Ujar Zaha dengan senyum tenang.Alex masih merasa jika jantungnya masih belum stabil saat ini. Namun, ia tidak lagi bisa berkomentar banyak. Zaha sudah terlalu baik dengan menghentikan pukulannya di saat paling kritis. Jika tidak, mungkin ia sudah setengah perjalanan ke neraka saat ini.Tidak sembarangan orang yang bisa men