Azka pulang dalam keadaan lelah, tidak tahu akan pulang kemana saat ini. Azka ingin pulang ke tempat Wulan yang sudah sah menjadi istrinya, seketika langkah Azka terhenti saat menyadari satu hal jika pernikahan mereka hanya dalam lingkup agama. Azka tidak membawa surat-surat apapun bahkan kertas yang mereka tanda tangani tidak tahu berada dimana, Azka hanya ingat ketika mereka sudah resmi semua langsung pulang begitu saja.
“Sudah pulang kamu?” Azka menatap malas pada Bima yang duduk santai di salah satu lobby.“Ayah ngapain disini?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Bima dengan malas “Mencari tahu mengenai Wulan?”“Ayah sudah tahu siapa dia sebenarnya, jangan kamu kira Om Rifat benar-benar membantu kamu atau bahkan oma dan opa kamu itu.” Bima mengatakannya dengan datar “Mereka mendukung kamu agar kamu tidak terlalu jauh melangkah, satu hal yang harus kamu ingat meskipun kamu mengambil tindakan gila kemarin dan kami diam saja itu tidak benar-benar“Prediksi kamu luar biasa.” Brian menyambut Azka yang baru masuk kedalam ruangan dengan nada ceria “Mereka bertiga bisa membuat lagu itu hidup.”Azka mengangguk pelan mendengarnya “Lalu jadinya mereka yang akan menyanyikannya?” Brian mengangguk “Wulan yang akan membuat koreonya tapi Fabian bilang akan menggunakan jasa luar agar hasilnya memuaskan.”Azka hanya mengangguk mendengarkan perkataan Brian yang menceritakan ketiga wanita yang masuk kedalam agency miliknya. Azka memilih menyalakan komputer yang ada dihadapannya dan memasukkan flash disc pada tempatnya, membuka beberapa file yang akan dikerjakannya hari ini.“Rena tadi kirim makanan ini.” Brian meletakkan kotak makan disamping Azka “Bawain aku sama Fabian juga.”“Dimana dia sekarang?” tanya Azka langsung dan seketika rasa takut menghampiri dirinya.“Ruangannya dan Rena bilang kalau nggak lama jadi mungkin akan balik ke pusat.”Azka mengangguk dan la
Menatap dinding kamar di tempat Wulan setelah apa yang mereka lakukan, mereka tadi berdiskusi mengenai anak dan akhirnya membuat keputusan tanpa anak terlebih dahulu. Besok mereka akan memeriksakan diri ke dokter kandungan, takut hal-hal tidak diinginkan dan tadi mereka hanya melakukan kegiatan aman tanpa memasukkannya kedalam Wulan.“Memikirkan apa? Menyesal menikah sama aku?” tanya Wulan yang membuat Azka mengalihkan pandangan kearahnya.“Menyesal? Bukankah memang laki-laki bisa menikah dari satu? Jadi seharusnya aku bahagia mempunyai istri dua yang menikah tidak terlalu jauh jaraknya.”“Apa kalian akan memiliki anak?” tanya Wulan hati-hati.“Tentu, karena pernikahan dengan dia yang mendapatkan restu dari banyak pihak.” Azka menjawab santai “Lalu kamu sendiri bagaimana?”“Maksudnya?” tanya Wulan bingung.“Apa bisa mengendalikan diri saat nanti melihat kami berdua
“Persiapan sudah hampir selesai dan kalian akan siap menikah.” Vita berkata dengan memberikan pakaian yang Azka gunakan.“Pakaian Rena bagaimana?” tanya Azka sambil menerima pakaian dari Vita.“Sudah siap juga.” Vita tersenyum menatap Azka “Sekarang coba.”Azka menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya mengikuti perkataan Vita dengan mencoba pakaian yang akan digunakannya, Vita menatap Azka yang sudah berganti pakaian. Mendatangi Azka dengan mengancingkan kemejanya dan merapikannya kembali, menatap tubuh Azka yang sudah sangat berbeda dibandingkan dulu membuat Vita meneteskan air mata.“Kenapa menangis, Bunda?” Azka menghapus air mata Vita perlahan.“Kamu sudah besar ternyata.” Azka memutar bola matanya malas tapi tetap tersenyum kearah Vita “Bagaimana dengan wanita itu?” Azka mengangkat alisnya “Istri pertama kamu.”“Wulan na
“Bagaimana pertemuan dengan orang itu?” tanya Azka setelah kegiatan panas mereka berdua “Apa berhasil membawa dia buat memberikan gerakan tari?”“Perjanjian dengan perusahaan bersama salah satu perwakilan Pak Fabian.” Wulan menjawab dengan masuk kedalam dada bidang Azka “Lalu bagaimana persiapan pernikahan kamu?”“Lancar.”Azka semakin menarik Wulan masuk kedalam pelukannya, gerakan tangan Wulan membuat Azka memejamkan matanya. Malam panas mereka terjadi saat Azka memasuki ruangan ini mendapati Wulan menggunakan pakaian mini yang membuatnya tidak tahan untuk memuaskan hasratnya, memegang tangan Wulan menghentikan gerakan di tubuhnya.“Kamu sudah makan?” tanya Azka menatap sekitar yang hanya dijawab anggukan kepala “Aku lapar dan tadi bawa makanan dari rumah.”“Aku lupa kamu bawa makanan, mau disiapkan?” tanya Wulan langsung bangkit dari ranjang membuat A
Azka menatap Josh dalam diam, setelah mengatakan kata tersebut Josh langsung mencium Azka dengan penuh gairah. Azka tidak membalas lumatan yang Josh lakukan, hal itu sukses membuat Josh melepaskan ciuman dengan menatap Azka dengan tatapan kecewa.“Kita sudah tidak bertemu beberapa hari dan reaksi kamu seperti ini?” tanya Josh dengan nada kesalnya.Azka menghembuskan nafas panjang mendengar kata-kata Josh, memilih tidak menghiraukan kata-katanya Azka memilih beranjak dari tempat duduknya. Josh memegang tangan Azka sebelum berjalan terlalu jauh, tatapan mereka bertemu yang membuat Azka menghembuskan nafas panjang.“Aku lelah.” Azka menjawab datar “Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan.”“Baiklah...baiklah, aku keluar kalau begitu. Selamat malam.”Azka menatap Josh yang beranjak dari tempat duduknya, melihat punggung Josh membuat Azka kasihan. Josh pria pertama yang membuat Azka berada dalam hubungan t
Masuk kedalam kantor dengan tampang lelah, Azka lelah memikirkan apa yang harus dilakukannya terhadap Josh. Wulan sendiri sudah masuk kedalam rencana Josh, Azka semalam berpikir mengenai cara menyelamatkan Wulan.“Permisi, mau tanya kalau ingin ketemu sama Larissa, Bella dan Lily dimana ya?” Azka menghentikan langkahnya menatap sang sumber suara.“Siapa ya?” tanya Azka membuka suara menatap dengan memicingkan matanya “Sudah buat janji?”“Fransiska, belum buat janji tapi kata mereka langsung datang aja.” Azka menatap Fransiska dari atas kebawah.“Kamu dulu salah satu bagian dari mereka? Leader mereka?” tanya Azka memastikan.“Azka.” Teriakan seseorang menghentikan Fransiska yang ingin menjawab “Ada yang mau aku bicarakan.” Leo menatap Azka dengan lelah “Oh...artis kamu? Cantik.” Leo menatap dari atas kebawah “Leo saudara sepupunya Azka.”
Kedua pria yang ada di ruangan menatap Azka dengan tatapan bertanya, sedangkan Azka sendiri memilih memejamkan matanya menghadapi semuanya. Pernikahan mendadak dengan Wulan hanya karena nafsu diawal lalu seketika rasa penasaran atas kedekatannya dengan Josh, pernikahan dengan Rena yang akan terjadi tidak lama lagi dan terakhir adalah ancaman Josh. Azka sendiri tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini, memang benar adanya jika dia memang membutuhkan orang lain menyelesaikan masalahnya.“Apa mereka memang bisa menyelesaikan masalah?” tanya Leo membuka suara “Naila istrinya Irwan berkata demikian, saat itu aku berpikir dia berkata begitu karena orang tuanya mempunyai tempat praktek.”“Punya saja tapi tidak terlibat didalamnya, bekerja sama dengan sahabatnya dan kalau nggak salah kakak ipar Naila yang memegang kendali sekarang. Aku rasa selain Om Wijaya yang mempunyai kemampuan sama adalah orang tua Naila.”Leo menga
Azka memang harus merencanakan dengan matang, Josh bukan orang yang mudah dihadapi. Wulan dan Rena akan menjadi korban dari ini semua, Azka juga tidak bisa bergerak lepas karena pernikahannya tinggal menghitung hari.“Apa yang kamu lakuin?” tanya Azka saat melihat Fabian bersama dengan Brian.“Aku tadi lihat Leo sama Endi, ngapain?” tanya Fabian membuat Azka memutar matanya malas “Apa ada yang serius?”“Kamu tanya sendiri sama mereka, kebetulan masih ada di ruangan.”“Shit!”Azka tersenyum kecil melihat Fabian keluar dari ruangan, memilih fokus kembali pada layar yang ada dihadapannya. Fokus yang tidak mudah sama sekali, pikiran Azka adalah bagaimana menghadapi Josh dan menyelamatkan kedua wanita itu.“Memang apa yang kalian bahas?” tanya Brian memecahkan keheningan diantara mereka.“Bukan masalah penting.” Azka menjawab tanpa melepaskan pandangan dari