“Kusut amat wajahmu.” Brian menatap Azka dengan tatapan tanda tanya “Ada masalah sama Rena?”
Azka menggelengkan kepalanya “Aku pusing mendengarkan lagu ini.” Azka memberikan pada Brian “Kamu ada konsep buat tariannya?”
Brian menatap bingung pada kata-kata yang keluar dari bibir Azka “Sejak kapan kamu membicarakan tentang koreo?”
“Dengarkan saja nggak usah komentar.” Azka menatap tajam pada Brian yang langsung mengerucutkan bibirnya dan mengikuti apa yang Azka katakan.
“Kita sudah bahas ini dari kemarin, kan?” Brian memandang Azka dengan tanda tanya.
“Kamu sudah bisa bayangin dancenya kaya gimana?” tanya Azka yang membuat Brian menatap bingung “Kemarin aku membayangkan bagaimana mereka menari sambil menyanyi.”
“Lagu ini untuk Jobang?” tanya Brian tidak yakin yang diangguki Azka “Aku rasa bukan mereka banget.” Azk
Azka pulang dalam keadaan lelah, tidak tahu akan pulang kemana saat ini. Azka ingin pulang ke tempat Wulan yang sudah sah menjadi istrinya, seketika langkah Azka terhenti saat menyadari satu hal jika pernikahan mereka hanya dalam lingkup agama. Azka tidak membawa surat-surat apapun bahkan kertas yang mereka tanda tangani tidak tahu berada dimana, Azka hanya ingat ketika mereka sudah resmi semua langsung pulang begitu saja.“Sudah pulang kamu?” Azka menatap malas pada Bima yang duduk santai di salah satu lobby.“Ayah ngapain disini?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Bima dengan malas “Mencari tahu mengenai Wulan?”“Ayah sudah tahu siapa dia sebenarnya, jangan kamu kira Om Rifat benar-benar membantu kamu atau bahkan oma dan opa kamu itu.” Bima mengatakannya dengan datar “Mereka mendukung kamu agar kamu tidak terlalu jauh melangkah, satu hal yang harus kamu ingat meskipun kamu mengambil tindakan gila kemarin dan kami diam saja itu tidak benar-benar
“Prediksi kamu luar biasa.” Brian menyambut Azka yang baru masuk kedalam ruangan dengan nada ceria “Mereka bertiga bisa membuat lagu itu hidup.”Azka mengangguk pelan mendengarnya “Lalu jadinya mereka yang akan menyanyikannya?” Brian mengangguk “Wulan yang akan membuat koreonya tapi Fabian bilang akan menggunakan jasa luar agar hasilnya memuaskan.”Azka hanya mengangguk mendengarkan perkataan Brian yang menceritakan ketiga wanita yang masuk kedalam agency miliknya. Azka memilih menyalakan komputer yang ada dihadapannya dan memasukkan flash disc pada tempatnya, membuka beberapa file yang akan dikerjakannya hari ini.“Rena tadi kirim makanan ini.” Brian meletakkan kotak makan disamping Azka “Bawain aku sama Fabian juga.”“Dimana dia sekarang?” tanya Azka langsung dan seketika rasa takut menghampiri dirinya.“Ruangannya dan Rena bilang kalau nggak lama jadi mungkin akan balik ke pusat.”Azka mengangguk dan la
Menatap dinding kamar di tempat Wulan setelah apa yang mereka lakukan, mereka tadi berdiskusi mengenai anak dan akhirnya membuat keputusan tanpa anak terlebih dahulu. Besok mereka akan memeriksakan diri ke dokter kandungan, takut hal-hal tidak diinginkan dan tadi mereka hanya melakukan kegiatan aman tanpa memasukkannya kedalam Wulan.“Memikirkan apa? Menyesal menikah sama aku?” tanya Wulan yang membuat Azka mengalihkan pandangan kearahnya.“Menyesal? Bukankah memang laki-laki bisa menikah dari satu? Jadi seharusnya aku bahagia mempunyai istri dua yang menikah tidak terlalu jauh jaraknya.”“Apa kalian akan memiliki anak?” tanya Wulan hati-hati.“Tentu, karena pernikahan dengan dia yang mendapatkan restu dari banyak pihak.” Azka menjawab santai “Lalu kamu sendiri bagaimana?”“Maksudnya?” tanya Wulan bingung.“Apa bisa mengendalikan diri saat nanti melihat kami berdua
“Persiapan sudah hampir selesai dan kalian akan siap menikah.” Vita berkata dengan memberikan pakaian yang Azka gunakan.“Pakaian Rena bagaimana?” tanya Azka sambil menerima pakaian dari Vita.“Sudah siap juga.” Vita tersenyum menatap Azka “Sekarang coba.”Azka menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya mengikuti perkataan Vita dengan mencoba pakaian yang akan digunakannya, Vita menatap Azka yang sudah berganti pakaian. Mendatangi Azka dengan mengancingkan kemejanya dan merapikannya kembali, menatap tubuh Azka yang sudah sangat berbeda dibandingkan dulu membuat Vita meneteskan air mata.“Kenapa menangis, Bunda?” Azka menghapus air mata Vita perlahan.“Kamu sudah besar ternyata.” Azka memutar bola matanya malas tapi tetap tersenyum kearah Vita “Bagaimana dengan wanita itu?” Azka mengangkat alisnya “Istri pertama kamu.”“Wulan na
“Bagaimana pertemuan dengan orang itu?” tanya Azka setelah kegiatan panas mereka berdua “Apa berhasil membawa dia buat memberikan gerakan tari?”“Perjanjian dengan perusahaan bersama salah satu perwakilan Pak Fabian.” Wulan menjawab dengan masuk kedalam dada bidang Azka “Lalu bagaimana persiapan pernikahan kamu?”“Lancar.”Azka semakin menarik Wulan masuk kedalam pelukannya, gerakan tangan Wulan membuat Azka memejamkan matanya. Malam panas mereka terjadi saat Azka memasuki ruangan ini mendapati Wulan menggunakan pakaian mini yang membuatnya tidak tahan untuk memuaskan hasratnya, memegang tangan Wulan menghentikan gerakan di tubuhnya.“Kamu sudah makan?” tanya Azka menatap sekitar yang hanya dijawab anggukan kepala “Aku lapar dan tadi bawa makanan dari rumah.”“Aku lupa kamu bawa makanan, mau disiapkan?” tanya Wulan langsung bangkit dari ranjang membuat A
Azka menatap Josh dalam diam, setelah mengatakan kata tersebut Josh langsung mencium Azka dengan penuh gairah. Azka tidak membalas lumatan yang Josh lakukan, hal itu sukses membuat Josh melepaskan ciuman dengan menatap Azka dengan tatapan kecewa.“Kita sudah tidak bertemu beberapa hari dan reaksi kamu seperti ini?” tanya Josh dengan nada kesalnya.Azka menghembuskan nafas panjang mendengar kata-kata Josh, memilih tidak menghiraukan kata-katanya Azka memilih beranjak dari tempat duduknya. Josh memegang tangan Azka sebelum berjalan terlalu jauh, tatapan mereka bertemu yang membuat Azka menghembuskan nafas panjang.“Aku lelah.” Azka menjawab datar “Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan.”“Baiklah...baiklah, aku keluar kalau begitu. Selamat malam.”Azka menatap Josh yang beranjak dari tempat duduknya, melihat punggung Josh membuat Azka kasihan. Josh pria pertama yang membuat Azka berada dalam hubungan t
Masuk kedalam kantor dengan tampang lelah, Azka lelah memikirkan apa yang harus dilakukannya terhadap Josh. Wulan sendiri sudah masuk kedalam rencana Josh, Azka semalam berpikir mengenai cara menyelamatkan Wulan.“Permisi, mau tanya kalau ingin ketemu sama Larissa, Bella dan Lily dimana ya?” Azka menghentikan langkahnya menatap sang sumber suara.“Siapa ya?” tanya Azka membuka suara menatap dengan memicingkan matanya “Sudah buat janji?”“Fransiska, belum buat janji tapi kata mereka langsung datang aja.” Azka menatap Fransiska dari atas kebawah.“Kamu dulu salah satu bagian dari mereka? Leader mereka?” tanya Azka memastikan.“Azka.” Teriakan seseorang menghentikan Fransiska yang ingin menjawab “Ada yang mau aku bicarakan.” Leo menatap Azka dengan lelah “Oh...artis kamu? Cantik.” Leo menatap dari atas kebawah “Leo saudara sepupunya Azka.”
Kedua pria yang ada di ruangan menatap Azka dengan tatapan bertanya, sedangkan Azka sendiri memilih memejamkan matanya menghadapi semuanya. Pernikahan mendadak dengan Wulan hanya karena nafsu diawal lalu seketika rasa penasaran atas kedekatannya dengan Josh, pernikahan dengan Rena yang akan terjadi tidak lama lagi dan terakhir adalah ancaman Josh. Azka sendiri tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini, memang benar adanya jika dia memang membutuhkan orang lain menyelesaikan masalahnya.“Apa mereka memang bisa menyelesaikan masalah?” tanya Leo membuka suara “Naila istrinya Irwan berkata demikian, saat itu aku berpikir dia berkata begitu karena orang tuanya mempunyai tempat praktek.”“Punya saja tapi tidak terlibat didalamnya, bekerja sama dengan sahabatnya dan kalau nggak salah kakak ipar Naila yang memegang kendali sekarang. Aku rasa selain Om Wijaya yang mempunyai kemampuan sama adalah orang tua Naila.”Leo menga
Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya.
Proses Josh keluar tidak membutuhkan waktu lama, Azka tidak mau membuang waktu menjemput pria itu, cukup sudah dirinya memberikan kebaikan dengan menarik laporan bersama dengan Wulan. Rena terkejut dengan keputusan yang Azka buat dengan Wulan, tapi sekali lagi tidak bisa berbuat banyak. Kehamilan Wulan sudah diketahui banyak orang, tidak kecuali orang tua Rena. Sikap mereka pada Wulan tidak banyak berubah, tapi Azka tidak peduli dan setiap keluarga Rena datang ke rumah itu artinya pintu penghubung akan dikunci dan kunci ada di Azka. Orang tua Rena sendiri tidak meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan pada anaknya, sedangkan Azka berusaha untuk membuat Rena nyaman bersamanya dan juga perasaan Azka tidak bisa lepas dari Rena, meskipun wanita itu telah menyakitinya. Rena sendiri juga tidak merubah sikapnya, masih perhatian dengan Azka dalam hal apapun seperti biasa.“Wulan kerja?” tanya Rena yang hanya diangguki Azka. “Minta dia temani aku, takut tiba-tib
“Aku menarik gugatan pada Josh.” Azka mengatakan dengan nada datar dan sikap dinginnya.Rifat mengangkat alisnya mendengar perkataan Azka, “sudah kamu pikirkan dengan benar dan dalam?”Azka mengangguk “Menarik gugatan bukan karena aku masih memiliki perasaan sama dia, tapi aku merasa salah memasukkan orang yang tidak bersalah.”Rifat menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Azka, “alasan masuk akal, lalu bagaimana dengan rumah tanggamu? Orang tua kalian sudah tahu?”“Oma opa sudah tahu?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Rifat.Memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Azka, tanpa ada niat pria itu menjawab pertanyaannya. “Menurut kamu mereka sudah tahu? Nggak mungkin aku nggak melaporkan semua perkembangan kasusmu sama mereka.” Rifat menjawabnya malas. “Kamu nggak ada niatan berbicara sama kedua orang tuamu itu?”“Nanti kalau semua selesai.” Rifat memutar bola matanya malas “Lagian Endi pasti
“Itu kata-kata Rena?” tanya Rifat yang diangguki Azka.Pagi-pagi setelah sarapan, langsung menuju rumah Rifat menceritakan semuanya. Kedatangannya membuat Rifat mengerutkan keningnya, tidak menunggu waktu lama langsung menceritakan semua yang Rena katakan.“Lantas bagaimana? Semua terserah sama kamu.” Rifat melanjutkan kata-katanya.“Pantas saja Brian diminta menjadi saksi kunci, pada saat itu memang berbicara dengan Josh.” Azka berkata sambil memikirkan semuanya.“Itu tidak penting, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Josh nggak mungkin didalam sana dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, tapi kalau Josh bebas kamu bisa kembali menjadi yang dulu.” Rifat memandang penuh selidik pada Azka yang hanya diam.“Aku nggak akan tergoda sama dia.” Azka mengatakan dengan penuh keyakinan.“Lalu kemarin?” Rifat memberikan tatapan penuh selidik membuat Azka terdiam “Terpaksa demi sebuah rahasia.”“Memang itu.” Azka men
“Bukannya sekarang kamu seharusnya ada di Rena?” Wulan menatap Azka bingung.Azka menarik Wulan kedalam pelukannya, membuat dirinya terkejut atas apa yang Azka lakukan tiba-tiba. Membelai punggungnya perlahan membuat pelukannya semakin erat, perasaannya saat ini tidak bisa dinilai oleh apapun, lebih pada perasaan bersalah saat memeluk Wulan. Azka juga sebenarnya tahu kalau Wulan terlibat didalamnya hanya saja anaknya yang tidak berdosa harus hilang tiba-tiba karena apa yang mereka lakukan, terutama dirinya dan itu semakin membuat hatinya sesak..“Lebih baik selesaikan dengan Rena, tidak baik sebelum tidur masalah belum selesai.” Wulan berkata lembut membuat Azka terdiam “Kesanalah pasti Rena membutuhkanmu.”Wulan melepaskan pelukan Azka darinya, memegang kedua pipi Azka membuat mereka saling menatap satu sama lain. Membelai kedua pipi Azka tanpa melepaskan tatapan mereka, membuat Azka menyadari satu hal Wulan mencintai dirinya dengan tulus. Perasaan
Memasuki rumah langsung disambut Rena yang mendatanginya dan mencium punggung tangannya, melihat ini semua membuat Azka tidak percaya pada apa yang dikatakan Rifat dan juga Josh. Sudah membuat keputusan untuk menerima Rena apapun kondisinya, kecuali ayah sebenarnya dari bayi ini meminta hal yang tidak bisa Azka hentikan.“Aku mau mandi dan langsung tidur,” ucap Azka saat memasuki kamar.“Aku akan siapkan bajumu.” Rena mengatakan dengan lembut yang hanya diangguki Azka.Memikirkan banyak hal dalam kamar mandi, membuat Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Rena. Azka sangat tahu jika Rena cukup cerdas dalam menilai sesuatu, setidaknya berbicara dengan Rena adalah hal utama. Memilih untuk mempercepat mandinya agar bisa berbicara langsung dengan Rena, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.“Kamu lagi banyak beban pikiran.” Rena membuka suara pertama kali membuat Azka menatap sekilas kear
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada