"Lu kok gak langsung balik sih? udah malem, ntar kalau gua diomongin tetangga gimana dong?" Lula yang baru saja keluar dari kamarnya, seketika menatap tajam kearah Benny yang tengah duduk diruang tamunya.
"Gua minum kopi ini dulu bentar! udah Ibu buatin juga." Ia menyeruput kopi yang masih panas itu agar cepat habis."Bentar biar Benny minum dulu, kasihan udah jauh-jauh. Lagian Ibu juga udah lama gak ketemu dia. Udah sana kamu mandi dulu!" Ibu keluar dari dapur dengan membawa nampan berisikan beberapa makanan."Ayo Ben dimakan dulu! pelan-pelan minumnya! masih panas tuh." Ibu ikut duduk diruang tamu bersama Benny, sedangkan Lula masuk kedalam kamar mandi meninggalkan mereka berdua.Beberapa saat kemudian selesai mandi, Lula kembali keruang tamu dengan membawa secangkir kopi ditangannya. Ia kemudian ikut duduk bersama Ibu dan Benny disitu."Mau makan apa kalian? Ibu masakin.""Tuh bilang aja! mumpung dimasakin Ibu." Lu"Udah mau pulang kamu Ben?" Ibu keluar menghampiri mereka yang sudah berada di teras rumah."Hehe iya Bu." Benny meraih tangan Ibu dan mencium punggung tangannya."Yawes ati-ati, makasih ya. Sering-sering kesini Ben!" Ben menganggukkan kepala kemudian berjalan menuju mobilnya. Lula pun mengikutinya dari belakang sambil menggendong Raden."Ngantuk ya? bobok lagi sana Nak!" Ben masih memperhatikan Raden yang berada di sebelah pintu mobilnya dalam gendongan Lula dari dalam mobilnya."Ote Om." Raden mengacungkan jempol kecilnya kearah Ben."Lu kabarin gua kalau kesana lagi oke! ntar biar gua jemput lu." Ben mengalihkan pandangannya ke Lula sebentar."Siap! Ati ati lu ya! thank you." Ben menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Ia kemudian menekan klakson mobilnya sebanyak 2 kali lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah Lula.Setelah mobil Benny hilang dari pandangannya, Lula kembali masuk kedalam rumah bersa
"Iya ih, cuma kayak angin lewat doang nih burger. hihihi" Lula meletakkan kembali minumannya ke meja. Ia tak tau diri padahal sudah melenyapkan burger berukuran besar yang Benny bawakan kedalam perutnya."Dih! eh gimana tadi briefing nya?" Ben kembali mengalihkan pembicaraannya ke topik lain karena penasaran."Ya cuma bahas persiapan pendidikan sampe keberangkatannya aja." Lula kembali menyandarkan tubuhnya."Pastiin dulu bisa berangkat gak nya! soalnya lagi pandemi gini. Takutnya lu udah terlanjur masuk pendidikan malah gak jadi berangkat, terkatung-katung disana cuma buang-buang waktu. Sayangkan? daripada waktu lu ke buang sia-sia mending buat ngurus si Volker." Sebagai seorang teman, tentu saja ada rasa khawatir dalam hatinya mengenai Lula."Tadi sih gua udah nanya sama temen Ibuk, katanya pasti bisa berangkat." Lula mengernyitkan keningnya sambil menatap ke sembarang arah seperti sedang memikirkan sesuatu."Temen Ibu kan mar
Ben yang mulai merasa telinganya gatal mendengar ucapan Lina itu kemudian menghentikan langkah kakinya tiba-tiba. Membuat Lina terjingkat karena terkejut dengan Ben yang tiba-tiba membalikkan badannya dan menatapnya."Iya Mba saya dengar. Terima kasih sarannya." Ben tersenyum lebar kearah Lina. Namun, entah mengapa, senyumannya itu membuat Lina bergidik ngeri. Lina seketika bungkam dan tak berani berbicara lagi.Ben kemudian berlalu pergi meninggalkan Lina yang masih tak bergeming dari tempatnya berdiri. Ia kembali duduk bersama Lula."Oh jadi itu si brengsek?" Ben tersenyum pada Jaka yang menatapnya. Ia kemudian kembali duduk ditempatnya."Jangan kenceng-kenceng! ntar dia denger." Lula segera memakai maskernya agar mukanya tak terlihat. Beruntung bentuk tubuh dan penampilannya berbeda, jadi Jaka tak bisa dengan mudah mengenalinya."Udah lu gak usah panik! santai aja napa? anggep aja dia itu buku usang yang harus lu tutup dan lu
"Disini Mas." Ben menjawab pertanyaan Jaka dengan senyum manisnya."Wah sama kalau gitu hehe. Mobilnya yang mana Mas?" Jaka masih berdiri didepan mobil Ben dengan penuh percaya diri."Itu." Ben mengacungkan jari telunjuknya kearah mobilnya yang berada tepat dibelakang Jaka."Aaaahhh hahaha." Jaka memutar kepalanya kebelakang pelan. Ia kemudian terkekeh untuk menutupi rasa malunya, sedangkan Lina yang dari awal sudah tahu bahwa itu mobil Ben terlihat berusaha menyembunyikan wajahnya. Ia ikut malu karena suaminya terlalu antusias untuk melihat mobil itu hingga Lina tak mampu mencegahnya.Ben menganggukkan kepalanya pelan, ia kembali melemparkan senyuman memaksa yang mengisyaratkan agar Jaka segera pergi dari tempatnya berdiri. Sedangkan dalam hati Jaka, ia mengutuki kebodohannya sendiri."Silahkan Mas silahkan hahaha. Saya juga parkir disini hahaha." Jaka bergeser dari tempatnya semula dan mempersilahkan Ben untuk lewat. Namun, Be
"Ah iya hehe." Ben meletakkan piring dan sendok yang sebelumnya ia pegang keatas meja."Ajarin tuh Om nya Nak! hihi." Lula terlihat menahan tawanya melihat ekspresi wajah Ben yang malu."Ayo Om! Alloohumma barik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa 'adzaa bannar. Amin." Ben mengikuti ucapan do'a Raden sambil tersenyum. Ia takjub melihat Raden yang sangat pintar.Raden mengacungkan kedua jempolnya kearah Ben sambil tersenyum. Setelah selesai berdo'a, Ben kemudian melanjutkan kembali makannya hingga habis."Ma! ntuk." Raden mengucek matanya berkali-kali karena sudah perih menahan kantuk."Oh. Yok bobok! Ben, bentar ya." Ben menganggukkan kepalanya."Sini Om cium dulu!" Ben mencium Raden beberapa kali sebelum akhirnya Lula menggendong Raden kedalam kamarnya meninggalkan Ben diruang tamu. Ibu kemudian menggantikan Lula menemani Ben diruang tamu dan mengobrol.Setelah beberapa saat, Lula keluar dari kamarnya setelah
Mungkin banyak yang tahu bahwa, ada beberapa orang yang ditakdirkan muncul dalam kehidupan seseorang hanya untuk sementara dan tidak untuk selamanya.Entah itu Tuhan atau semesta, menggunakannya hanya untuk mengajarkan beberapa pesan dan tujuan tertentu. Sampai akhirnya mereka sudah berhasil belajar, yang artinya saatnya mereka harus pergi dari kehidupan orang itu. Namun, jika masih menahan kepergian mereka. Itu artinya sedang menahan diri sendiri untuk melanjutkan hidup dihalaman selanjutnya.Ibarat sudah mau naik kelas tapi masih betah berada di level itu, terlalu betah ada dihalaman itu. Tidak mau melanjutkan ke halaman berikutnya.Beruntung Lula tidak terlambat menyadari hal itu. Jadi ia tak sampai seperti itu, Jika saja Lula terlambat menyadarinya, jika ia tidak tahu siapa dan apa yang menunggu dirinya dihalaman berikutnya. Mungkin ia sudah gagal menciptakan kehidupan untuk Raden. Ia harus menerima bahwa jalan hidup memanglah seperti itu, setiap ada p
Enam pria kecil termasuk Raden sedang asik menyaksikan acara animasi anak di televisi yang ada diruang tengah, saat semua orang dewasa sedang sibuk berbincang.Mereka menonton acara animasi kartun The Haunted House yang juga dikenal sebagaiShinbi Apartment, dan telah diterbitkan di Indonesia dengan judulShinbi's House, adalah animasi anak-anak bergenre komedi horor dan petualangan. Karena ceritanya yang horor itulah membuat mereka sangat menyukainya.Inti ceritanya adalah Hari Koo dan adik laki-lakinya Doori Koo yang telah pindah ke Rumah Shinbi dan bertemu dengan Shinbi yang merupakan seorangGoblinatau makhluk yang mempunyai kekuatan luar biasa. Mereka lalu membuat kesepakatan yaitu jika Hari dan Doori bisa membantu Shinbi untuk membebaskan makhluk maka sebagai imbalannya Shinbi akan mengabulkan keinginan mereka. Hari dan Doori sekolah di sekolah Byeolbit. Di sana mereka bertemu dan berteman dengan Gaeun Lee, Hyun-woo Kim, Kang-lim Choi
Lula yang sedang sibuk membersihkan lemarinya, tak sengaja menemukan buku catatan berbentuk lucu miliknya saat ia kecil dulu. Ia kemudian membukanya lembar demi lembar sambil tersenyum membaca isinya.Disitu ada beberapa cerita pendek yang ia tulis. Dan juga berbagai genre, yaitu fiksi, fantasi, roman dan lain sebagainya. Padahal waktu itu Lula masih duduk disekolah dasar.Lula terus tersenyum lantaran tulisan yang ia buat masih sangat berantakan, tapi ia juga sempat mendapat nilai tinggi dari guru bahasa Indonesianya saat mengerjakan tugas membuat sebuah cerita.Lula juga pernah mendapat nilai tertinggi saat mempresentasikan cerita yang ia buat sendiri pada waktu dirinya duduk di bangku SMP karena ia menyampaikannya dengan sangat bagus.Berkat hobbynya itu, akhirnya Lula kembali mengasah hobby menulisnya yang telah lama ia kubur karena kesibukan pendidikan dan pekerjaannya. Ia mulai memberikan tawaran pada beberapa perusahaan dan situs-si