Usapan itu mengusik tidur Jake, dia terbangun dan langsung disambut senyuman oleh Maria.
"Selamat pagi," sapa Maria dengan suara serak.
Jaccob ikut tersenyum memandang Maria, dia bergerak mengecup kening wanita itu sebelum menatapnya lagi.
"Masih ada yang sakit? Maaf aku datang terlambat," sesal Jake, tersirat penyesalan di mata lelaki itu.
"Tidak apa-apa." Maria tersenyum lembut. "Yang terpenting aku sudah ada bersamamu." ucapnya.
Jake mengangguk, dia mengecupi tangan Maria. "Mulai sekarang, mau tidak mau kau tidak boleh bekerja sebagai model lagi. Kalau kau keras kepala aku akan mengurungmu di kamar selamanya," ucapnya sambil menatap Maria tajam.
Maria terkekeh, dia hanya membalas Jake de
Ashley bergegas pergi dari bar-nya ketika dia mendengar kabar jika Maria dirawat di rumah sakit. Memang, dia jarang bertemu wanita itu. Tapi dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengikuti informasi apa saja yang dilakukan oleh Maria. Bukannya apa, dia masih belum percaya Jake dan dia takut Maria kenapa-napa.Tapi kabar yang baru saja didengar itu membuatnya syok, bukan Jake yang menyakiti Maria, melainkan Lucas. Ashley tak habis pikir lelaki itu bisa melakukan hal ini, dia kira Lucas adalah orang yang baik. Bahkan dulu dia sempat ditolong olehnya.Ashley melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke salah satu rumah sakit milik Jake. Ketika dia sampai di sana, dia bertanya pada seorang suster di mana letak ruangan rawat Maria.Tapi saat Ashley sampai di sana, dia di hadang oleh Aciel dan tak diperbolehkan masuk ke dalam."Aku ingin bertemu dengan Maria, kenapa kalian menghalangiku, jika saja Maria tahu, aku yakin kalian akan dimarahi oleh Maria!" se
Illene melepaskan pelukannya pada Lucas. Dia berbalik, menatap sesaat suaminya. Sedangkan Rikard balas menatapnya dengan tersenyum dan mengangguk. Barulah Illene berani menatap Jaccob."Kita masuk ya, ibu akan menjelaskan semuanya pada kalian." ucap Illene.Jaccob hanya mendengus tak suka, tapi dia diam saja ketika semua orang masuk ke dalam rumahnya satu-persatu. Jake duduk dengan kasar di sofa tunggal, dia bahkan meminta Maria untuk duduk di pangkuannya. Tak ingin membuat Jake marah, akhirnya Maria menurutinya.Illene menghela nafas pelan sebelum menatap semua yang duduk di sana. Dia juga melirik pada anak buah Jake yang berdiri di belakang mereka. Bersiaga, takut jika Lucas akan bertindak brutal lagi."Aku tak tahu jika kalian sudah saling mengenal." Illene menatap Lucas dan Jaccob bergantian. "Tapi sayang, kenapa kalian bermusuhan seperti ini? Padahal kalian berdua adalah saudara."Bukan hanya Jake dan Lucas yang syok, semua orang yang ada di s
Pagi ini Maria terbangun lebih dulu. Dia melirik wajah tampan Jake yang tertidur pulas sebelum beranjak dari ranjang. Dia memutuskan untuk mandi karena beberapa hari di rumah sakit dia belum pernah mandi.Air hangat itu mengguyur tubuh Maria, tubuhnya merasa rileks ketika tetesannya jatuh ke tubuhnya. Maria menikmati pagi harinya yang terasa damai, semua masalah yang terjadi sudah menemukan titik terang dan dia tidak merasa khawatir lagi.Setelah selesai, Maria keluar dari kamar mandi. Dia bergerak ke arah almari, ternyata benar, semua baju-bajunya ada di sini. Jake menambahkan 1 lemari lagi di kamarnya untuk menjadi tempat baju Maria. Maria tersenyum dan segera memaki pakaiannya."Kau menggodaku Mary."Praktis ucapan itu membuat Maria menoleh, masih dalam keadaan memakai pakaian dalam. Dia berdecak malas menatap Jake."Bangun pemalas, ini sudah siang." Maria mengabaikan tatapan mesum Jake, dia segera memakai pakaiannya."Kemarilah Mary, aku
Lucas sedang terduduk di ruang kerjanya ketika handphonenya berdering. Nomor rumah sakit menghubunginya. Entah mengapa jantung Lucas berdetak sangat kencang, dia takut hal buruk akan terjadi pada Sera."Halo tuan Lucas," suara seseorang langsung terdengar begitu Lucas mengangkat panggilan tersebut."Ya, ada apa? Bagaimana keadaan Sera?" tanya Lucas beruntun."Kabar baik tuan, nona Sera sudah siuman. Anda bisa menjenguknya hari ini." jawab dari seberang.Lucas bernafas lega, dia tersenyum dan segera mematikan telfon tersebut. Dia merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya sebelum beranjak pergi dari sana.Mobilnya melaju sangat cepat ke arah rumah sakit. Dia tidak sabar bertemu dengan Sera. Dia ingin meminta maaf dan mengutarakan apa yang selama ini ada di hatinya. Mungkin dia sedikit egois pada Sera, tapi itu dulu sebelum dia sadar jika dia mencintai Sera.Begitu sampai, Lucas dengan segera masuk ke ruangan Sera. Ketika Lucas datang, wanita
"Kenapa harus ada pesta, sudah aku bilang jika aku tak suka pesta," ucap Maria bersungut kesal, dia sedang duduk di meja rias dengan Rose menata rambutnya. Sedangkan Jake duduk di ranjang menatap Maria."Kau ini, wanita seharusnya suka dengan pesta," ucap Jake sambil memasang jam di tangannya."Kau menyamakanku dengan wanita lain?" Maria langsung menatap tak suka pada Jake.Jake menghela nafas pelan, terkadang sikap Maria memang tak bisa ditebak. "Bukan begitu sayang, aku tidak pernah menyamakanmu dengan wanita mana pun. Aku hanya ingin membuatkan pesta untukmu, agar orang-orang di luar sana bisa mengenalmu sebagai wanitaku." Jake menjelaskan sambil mendekati Maria, dia melirik Rose yang telah selesai merapikan rambut Maria. Mengerti dengan tatapan tuannya, akhirnya Rose segera mengundurkan diri.Jake berjongkok di depan Maria, dia mengeluarkan sesuatu di saku jas-nya. Benda persegi berbentuk panjang itu dibuka di hadapan Maria. Menampakkan sebuah kalung
"Jake tolong," teriak Maria, tubuhnya bergelantung di pagar balkon lantai 5 aula perusahaan ini. Tangannya menggenggam erat besi di sana, tubuhnya bergetar hebat ketika tak sengaja matanya melongok ke bawah. Ini benar-benar sangat tinggi.Tubuh Jake tersentak ketika dipukul oleh Sean, tangan Sean menunjuk Maria yang belum terjatuh itu. Jake yang melihat langsung berlari diikuti oleh Sean dan Aciel.Serren panik karena aksinya kali ini gagal, apalagi Jake mengetahui hal ini. Dia berusaha menyelinap di banyaknya kerumunan yang penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi sayang, belum sempat dia keluar, tangannya dicekal oleh Kenzo. Lelaki itu menatapnya sangat tajam, meremat kuat tangan Serren seperti memplintirnya.Para wartawan yang diundang untuk mengabadikan moment lamaran Jake sekarang beralih mengabadikan moment di mana Maria hampir terjatuh. Mereka sibuk memotret apa yang terjadi di sekitarnya. Seolah dengan begini mereka akan mendapatkan uang bonusan.
Jaccob melepaskan pelukannya pada Maria, dia menatap wajah Maria sekilas sebelum beranjak dari ranjangnya untuk ke kamar mandi.Hari ini dia terlambat bangun, dia tidak sempat berolah-raga. Dia hanya mandi dan langsung pergi ke kantor. Sebelum itu, dia menitipkan Maria pada ibunya agar tak membangunkan Maria, dan membiarkannya beristirahat."Mr. Joe ingin mengajukan pertemuan di luar Jake, dia membatalkan pertemuan kita di kantornya." Kenzo memberitahu jadwal Jake hari ini, dia berdiri sambil mengotak-atik tabletnya."Hemm." Jaccob hanya membalas dengan anggukan. Dia sedikit tertarik pada laporan dari bawahannya saat ini."Nanti setelah istirahat siang juga ada meeting dengan para dewan direksi. Pembahasan tentang proyek baru di kota sebelah." ucap Kenzo."Urus semuanya dengan detail, aku ingin semua rapat dan pertemuan diajukan minggu ini. Kau tahu kan jika 2 minggu lagi akan ada pesta pernikahan. Jadi aku tidak mau semua pekerjaan mengangguku saa
"Hamil?" beo Maria dengan mulut terbuka lebar."Ya, kapan terkahir kali kau menstruasi?" tanya Illene yang sekarang sudah ada di depan Maria."Emm, aku tidak tahu Ibu," ucap Maria tampak mengingat-ingat, tapi dia benar-benar lupa."Baiklah, tak masalah. Kita akan pergi ke dokter untuk memeriksanya," ucap Illene senang. Pikirannya menduga-duga kalau Maria sedang hamil."Baiklah," ucap Maria. Meskipun dia juga senang jika seandainya dia hamil lagi, tapi hatinya juga sedih mengingat dia yang pernah keguguran. Tapi sebisa mungkin Maria tak ingin mengungkit hal itu lagi.Akhirnya setelah selesai dari salon, Illene mengajak Maria langsung ke rumah sakit. Dia langsung membawa Maria ke dokter obgyn, sesampainya di sana Maria langsung diperiksa oleh dokter wanita bernama Calista."Bagaimana dok?" tanya Maria was-was saat perutnya sedang di USG.Dokter Calista tersenyum, tangannya tak berhenti berputar-putar di atas perut Maria. "Sepertin