Maria pulang dengan perasaan nyaman. Dia mengetahui sebuah rahasia besar kehidupan Jake. Dia ingin segera memberitahukannya pada Jake.
Ketika Maria masuk ke dalam rumah, rumah masih terlihat sepi. Dia yakin jika Jake belum pulang dari kantornya. Maria segera bergerak ke kamarnya, merebahkan dirinya sejenak dan sibuk dengan pemikirannya.
Setelah lama berdiam diri, Maria bangun dari ranjang. Dia melirik jam yang ada di atas nakas, merasa hari masih sore dia memutuskan untuk mandi saja. Dia ingin menemui ayah Jake untuk membicarakan hal ini.
"Nona kau mau ke mana?" tanya Marlon yang berpapasan dengan Maria di halaman.
"Hei Marlon, aku akan pergi ke rumah ayah Jake. Tenang saja, aku sudah bilang pada tuanmu yang menyebalkan itu."
Marlon yang mendengar itu hanya meringis, dia membuka pintu mobil, membiarkan Maria masuk lalu menutupnya. Setelah itu mobil melaju meninggalkan rumah.
Hanya butuh waktu setengah jam akhirnya Maria sampai di sana. Dia m
Maria baru saja selesai mandi lagi, dia menoleh ketika mendapati handphonenya berbunyi. Sebuah pesan masuk, dari ayah Rikard.Maria tersenyum dan segera membuka pesan itu. Di sana tertulis 'Siapkan makan malam istimewa, aku akan pulang membawa separuh jiwaku yang hilang'. Dia tak habis pikir, ayah Jake ternyata bisa romantis juga."Siapa yang membuatmu tersenyum seperti itu?" tanya Jake yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia hanya berbalut dengan sebuah handuk di pinggang, memperlihatkan otot-otot perutnya yang seksi. Apalagi dengan sisa air yang menetes di tubuhnya."Ayah, dia bilang akan ada makan malam istimewa." jawab Maria."Memangnya ke mana ayah pergi?" Jake mendekati Maria, mengecup singkat pipi wanita itu sebelum beranjak menuju lemari mengambil sebuah baju."Entahlah, dia hanya bilang ada urusan tadi."Jake menoleh ke arah Maria, menyerngit heran dengan ucapan Maria. Jake tahu jika ayahnya itu tak suka keluar rumah jika bukan
Hari sudah pagi ketika Maria membuka matanya, dia melirik ke samping, dan tak mendapati Jake ada di sana. Hatinya menjadi berdenyut mengingat bagaimana Jake begitu membenci ibunya, apa yang harus dilakukannya untuk membuat Jake mau mendengar sebentar saja penjelasan ibunya?Maria bangun perlahan, dia membasuh wajahnya dan keluar dari kamarnya. Dia berjalan ke samping, menuju kamar Jake. Tapi ketika dia masuk, dia tidak menemukan Jake, Maria menjadi sedih karena hal itu.Tak ingin memikirkannya, akhirnya dia kembali ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Mungkin dengan ke kantor dia akan menjadi sibuk dan lupa dengan hal ini."Nona, anda tak sarapan dulu?" tanya Rose yang melihat Maria melewatinya begitu saja."Nanti saja Rose, aku bisa sarapan di kantor," ucap Maria lesu, dia berjalan meninggalkan Rose menuju depan.Tapi seketika dia menyerngit heran, melihat mobil Jake ada di depan. Jika mobilnya ada di sini? Di mana dia sekarang?Mari
Suasana di dalam mobil itu menjadi sedikit hening, setelah Trevor mengatakan hal itu. Maria tak menjawab, dia segera memakai handsfree mendengarkan sebuah lagu untuk menutupi dirinya yang sedang kesal.Sedangkan Edward sempat curi-curi pandang dengan Maria lewat kaca spion yang terpasang di tengah mobil ini. Tania yang tak tahu apa-apa memilih diam.Hampir 3 jam mereka sampai di lokasi. Jalan ke sini memang sangat-sangat asri. Banyak pohon yang menjulang tinggi membuat suasana bertambah adem. Mobil yang ditumpangi Trevor masuk ke sebuah hunian villa, di sana sudah ada teman-temannya yang sudah sampai terlebih dulu."Maria, hei bangun kita sudah sampai," ucap Tania sambil mengguncang tubuh Maria. Setelah melihat Maria membuka matanya, Tania segera turun dari mobil.Maria memandangi sekitar, dia seperti mengumpulkan nyawanya yang baru saja terbangun dari tidurnya. Setelahnya dia membuka pintu mobil, dia tampak meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat kak
Maria bangun dengan ngos-ngosan ketika wajahnya baru saja terguyur oleh air. Dia mengatur nafasnya sesaat sebelum menoleh ke depan. Melihat Edward yang ternyum sinis di sana."Pagi yang indah bukan. Bangunlah dan nikmati sarapan pagimu," ucap Edward menyodorkan sebuah bubur dengan kakinya.Maria menatap ngeri makanan itu. Meskipun jaraknya masih jauh, tapi bau busuk sungguh tercium di sana. Dia menoleh, menatap Edward dengan nyalang. Maria tak bisa berucap karena mulutnya masih diplester dengan sebuah lakban. Dia juga tak bisa bergerak, tangan dan kakinya diikat di sebuah kursi."Sebenarnya aku sungguh ingin menyentuhmu Maria, apalagi mengingat terakhir kali ketika dada putih dan kaki jenjangmu itu terekspos. Tapi sayang, orang itu tak mengijinkanku untuk menyentuhmu," ucap Edward menggerutu dengan kesal."Sudahlah, lagi pula dengan begini aku bisa membalaskan dendamku pada Jaccob. Tunggulah Maria, akan ada orang yang datang untuk mengurusimu. Selam
Jaccob melemparkan handphonenya begitu saja, membuat Kenzo yang ada di depannya menjadi kaget. Jake menggeram dengan marah."Kau ini kenapa?" tanya Kenzo heran."Aku harus pergi menyusul Maria, Maria diculik."Selepas berkata seperti itu, Jake segera pergi dari sana. Kenzo yang masih belum paham situasinya merasa masa bodoh.Jake melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke lokasi yang ditunjukkan oleh Trevor. Saking paniknya dia, dia lupa tidak mengajak Aciel atau bawahannya yang lain. Pikirannya sangat kacau, mendengar Maria tak ada di tempat bersama Edward.Sesampainya di sana, Jake memarahi Trevor habis-habisan karena tak becus menjaga Maria. Jake mengancam Trevor jika sampai malam nanti tak bisa menemukan Maria, maka perusahaannya akan dihanguskan oleh Jake.Aciel menyusul tak lama ketika Jake sampai. Tadi Jake segera menelfon Aciel ketika hampir sampai di sini. Seluruh anak buahnya dikerahkan untuk menyusuri kawasan ini. Tapi hasilnya
Lucas terkekeh mendengar umpatan dari Jake. Dia meminum lagi alkohol yang ada di depannya. Dia melirik ke arah wanita yang nampak tak berdaya di sampingnya.Saat ini Lucas telah memindahkan Maria ke tempat barunya. Gudang yang menjadi tempat awal disekap sudah ditinggalkan olehnya. Hanya ada beberapa anak buahnya yang berjaga di tempat itu.Kali ini Lucas berencana untuk menjebak Jake. Dia ingin melihat bagaimana lelaki itu akan memohon padanya untuk kebebasan Maria.~Liam menjadi panik ketika Jaccob memintanya untuk mengeluarkan tawanan wanita yang ada di dalam sel bawah tanah. Bosnya itu mengatakan agar cepat dan segera menyusulnya ke tempat lokasi yang sudah dikirimkan padanya.Pertama kali Liam melihat, dia merasa iba. Karena selama ini Aciel yang mengurusi wanita ini, jadi dia tidak terlalu mengerti dengan keadaannya. Tapi sekarang Liam tahu, jika wanita yang bernama Sera itu sedang tidak baik-baik saja.Mata Sera terpejam, nafas
Pikiran Jaccob bercabang oleh 2 wanita yang saat ini dalam keadaan yang tak diketahuinya. Pertama ibunya yang tadi tertembak, dan kedua Maria yang saat ini dalam keadaan mengenaskan.Jaccob mempercayakan ibunya pada Aciel dan ayahnya, sedangkan dirinya sendiri harus cepat-cepat menyusul Maria. Dia sedikit panik ketika Lucas memeberitahunya jika ada bom di tubuh Maria.Jaccob hanya pergi dengan 3 orang. Salah satunya adalah Liam. Mereka melakukan perjalanan sedikit panjang pada malam yang hanya ditemani oleh bulan. Tempat yang dituju Jake saat ini adalah villa tempat di mana Lucas dulu membawa Maria.Hari mulai fajar ketika Jake sampai di sana. Villa itu terlihat gelap, bahkan seperti tak berpenghuni. Tak ada satupun anak buah Lucas ada di sini.Jake segera turun, tapi ketika dia ingin memasuki villa itu, pintunya terkunci membuat Jake berdecak kesal. Dia menyuruh Liam dan anak buahnya yang lain untuk mendobrak pintunya, karena lengan Jake masih sakit. Pel
Maria membuka matanya perlahan, dia melihat ke sekelilingnya dengan gugup. Dia takut jika Lucas akan menyiksanya lagi. Tapi perasaannya menghangat ketika dia melihat seseorang yang tertidur di kursi, dengan lembut, Maria mengusap rambut Jake.Usapan itu mengusik tidur Jake, dia terbangun dan langsung disambut senyuman oleh Maria."Selamat pagi," sapa Maria dengan suara serak.Jaccob ikut tersenyum memandang Maria, dia bergerak mengecup kening wanita itu sebelum menatapnya lagi."Masih ada yang sakit? Maaf aku datang terlambat," sesal Jake, tersirat penyesalan di mata lelaki itu."Tidak apa-apa." Maria tersenyum lembut. "Yang terpenting aku sudah ada bersamamu." ucapnya.Jake mengangguk, dia mengecupi tangan Maria. "Mulai sekarang, mau tidak mau kau tidak boleh bekerja sebagai model lagi. Kalau kau keras kepala aku akan mengurungmu di kamar selamanya," ucapnya sambil menatap Maria tajam.Maria terkekeh, dia hanya membalas Jake de