"Pak, hari ini saya mau ijin gak masak untuk makan malam, ya? Soalnya saya mau bantu-bantu untuk acara tujuh hari bayi di rumah kakaknya Andin."
Arjuna yang sedang menatap ponsel mengalihkan perhatiannya. Ia kemudian mengangguk pelan, memberi ijin pada Nismara."Apa hari ini saya sekalian masak untuk makan malam? Biar nanti tinggal dihangatkan.""Tidak usah. Hari ini sudah siang, tidak cukup waktu. Bisa-bisa kamu terlambat."Nismara mengecek jam tangannya. "Kalau begitu saya pergi dulu ya, Pak? Soalnya saya sudah ditunggu oleh Bu Tari, hari ini jadwal piket saya."Belum sempat Arjuna berbicara lagi, Nismara sudah pergi, tetapi ternyata ia lupa mengambil tas selempangnya yang ia simpan di atas kursi.***Nismara berdecak kesal. Ia menghela napas panjang lalu menelungkupkan wajahnya ke atas meja kerjanya. Hatinya benar-benar berkecamuk, entah karena apa Nismara sekarang merasa kesal dan bawaannya emosi terus."NIIArjuna menatap wastafel dengan lurus. Setelah beberapa saat, ia kemudian mencuci peralatan makan yang kotor itu. Dalam benaknya, Arjuna bertanya-tanya, kenapa beberapa hari ini Nismara selalu terlihat menghindari dirinya? Kemarin saja, Nismara langsung pergi setelah masak sarapan, biasanya Nismara selalu menunggu sampai Arjuna dan Nanda selesai makan. Hari ini juga Nismara langsung pergi ke sekolah, bahkan Arjuna tidak tahu kapan Nismara perginya.Setelah selesai mencuci piring, karena hari ini hari Sabtu jadi kantor libur. Arjuna memutuskan untuk mengecek berkas-berkas penting kantornya, tidak lupa juga ia mengerjakan tugas yang belum selesai.Berjam-jam sudah Arjuna berkutat di depan laptop. Arjuna meregangkan otot-otot tubuhnya kemudian ia melirik ke arah jam dinding. Ternyata sudah pukul sepuluh, berarti sebentar lagi Nanda pulang. Arjuna bersiap-siap untuk menjemput Nanda di sekolah. Tapi, baru saja Arjuna membuka pintu rumah, ternyata ada tamu tak diundang ya
"Kamu mau ke mana?"Tubuh Nismara menegang seketika. Kepalanya menoleh pelan-pelan ke belakang. Begitu melihat Arjuna di belakangnya yang tengah menatap dengan ekspresi datar andalannya, Nismara hanya bisa tersenyum canggung. Kentara sekali kalau Nismara sedang kaget dan menyembunyikan sesuatu."Eh, Pak Arjuna. Saya kira siapa."Arjuna mengerutkan kening. Ia sama sekali tidak mengerti dengan maksud Nismara. Jelas-jelas ini rumah Arjuna, tetapi kenapa Nismara malah kaget dan menyangka kalau Arjuna adalah orang lain?"Kamu mau ke mana? Kenapa belum ganti baju? Ayo cepat kamu ikut saya berolahraga pagi."Nismara menggerakkan jari-jari kakinya. "Aduh, Pak. Maaf, hari ini saya gak bisa. Saya harus setrika baju yang minggu lalu. Bapak olahraga sendiri saja, ya?""Minggu kemarin, kan, kamu gak ikut. Dan kamu sudah janji mau olahraga bareng sama saya minggu depan, yang artinya sekarang. Kamu jangan ingkar, ya.""Tapi, Pak," Nism
Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Nismara dan Arjuna berteduh di halte dekat dengan kantor Arjuna. Padahal ini siang hari, dan satu jam yang lalu cuaca masih cerah, malah begitu panas dan terik, tetapi sekarang malah hujan deras disertai angin kencang.Nismara melipat kedua tangannya untuk menghilangkan rasa dingin, tetapi karena dirinya tersimbah air hujan dan bajunya basah, tidak ada kehangatan sama sekali. Nismara mencoba menggosok-gosok kedua tangannya sambil meniupnya."Dingin, ya?" tanya Arjuna. Ia berbicara cukup kencang mengalahkan suara hujan yang tak kalah kencangnya.Kepala Nismara mengangguk pelan sebagai jawaban.Tanpa diduga, Arjuna menyampirkan jas kantornya pada punggung Nismara."Tidak usah, Pak. Bapak saja yang pakai jasnya. Saya gak apa-apa, kok, Pak." Nismara menolaknya dengan halus karena ia tahu Arjuna juga kedinginan.Arjuna merapatkan tubuhnya pada Nismara. Tangan kirinya merangkul bahu Nismara dengan er
Hari Selasa ini Nismara tidak sesuram seperti hari kemarin. Wajahnya lumayan cerah dan senyumannya sudah kembali terukir di bibirnya yang agak tipis. Rutinitas yang sempat ditinggalkannya kini mulai kembali dilakukan, yaitu menyirami tanaman di halaman depan sekolah dan di taman. Melihat bunga-bunga yang akan mulai bermekaran dan lebat itu entah kenapa membuat hati Nismara menjadi senang. Apa karena Nismara yang menanam semua bunga tersebut makanya ia bangga dengan hasilnya?Tukang kebun sekolah, Pak Mono memilih untuk menyapu area sekolah, padahal tadinya ia mau menyiram tanaman tapi sudah didahului oleh Nismara."Bu Nis, mau minum kopi?" tawar ibu kantin, Bu Sarni."Tidak usah, Bu. Terima kasih. Nanti saja saya pesan di kantinnya," jawab Nismara. "Hari ini di kantin ada jajanan apa saja, Bu?""Ada uli, Bu.""Sisakan buat saya enam ya, Bu Sar.""Baik, Bu." Bu Sarni masuk ke dalam ruang guru untuk memberikan pesanan kopi para guru-guru.Arjuna yang baru sampai di sekolah merasa heran
Arjuna menatap langit-langit ruang kerjanya, punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi sambil diputar ke kiri dan kanan. Kepalanya terus memikirkan tentang kejadian tadi pagi saat dirinya menjemput Nanda di sekolah. Arjuna tidak sengaja melihat Nismara yang lari terbirit-birit seperti tengah dikejar oleh seseorang. Dan yang membuat Arjuna heran, tumben sekali Nismara pindah tempat parkir. Kira-kira kenapa, ya? Ah, dan juga, Arjuna masih penasaran dengan jawaban Nismara ketika Arjuna menanyakan kenapa Nismara menghindari dirinya.Apa benar Nismara menghindari Arjuna? Tapi kenapa? Apa alasannya? Seingat Arjuna ia tidak membuat kesalahan apa pun. Masa iya Nismara masih dendam dengan kejadian di kebun binatang. Padahal, kan, itu sudah lama, kenapa Nismara kesalnya sekarang? Atau karena hal lain?Arjuna benar-benar tidak mengerti tentang masalah perempuan, dan Arjuna bingung untuk menyelesaikan permasalahannya."Mona, bisa ke ruangan saya?" tanya Arjuna dari
Bibir Nismara terkatup rapat-rapat. Wajahnya memang berhadapan langsung dengan wajah Arjuna, tetapi matanya menatap ke samping, pintu penghubung antara dapur dan ruang tengah menjadi tumpuan pandangannya sekarang."Kamu melihat ke mana? Saya ada di depan kamu!"Nismara masih bergeming, tidak mengindahkan ucapan Arjuna."Kamu marah sama saya? Marah karena apa? Perasaan setiap hari kita berdua marahan tetapi kamu gak pernah mengindari saya seperti sekarang. Apa ada perkataan atau perbuatan saya yang menyinggung kamu? Tapi biasanya kamu selalu menyerang balik. Atau kamu lagi kesal sama seseorang dan malah melampiaskannya pada saya? Iya?"Pak, bisa tolong lepaskan tangan Pak Arjuna yang ada di dagu saya? Jantung saya mau copot ini!!! jerit Nismara dalam hati."Kenapa diam saja?"Nismara mengerjapkan mata. Setelah berhasil menguasai diri, Nismara lalu menjawab dengan suara yang sangat pelan, seperti sebuah bisikan yang mau tidak mau membuat Arjuna semakin men
"Pak Arjuna hari ini terlihat senang. Apa ada hal bagus yang terjadi?" tanya Mona.Arjuna melirik sebentar ke arah Mona sambil memberikan kembali map yang sudah ia tanda tangani. "Saya terlihat senang? Benarkah?"Mona mengangguk. "Benar, Pak. Hari ini wajah Pak Arjuna lumayan sumringah tidak seperti beberapa hari kemarin.""Oh... hari ini saya tidak terlalu banyak pikiran. Urusan pekerjaan juga sudah hampir selesai jadi hal tersebut tidak lagi membebani kepala saya.""Emmm... apa masalah tentang hubungan teman Pak Arjuna dan pacarnya juga sudah menemukan titik terang?" tanya Mona pelan."Sepertinya mereka sudah berbaikan," jawab Arjuna. Sebenarnya ia juga tidak begitu yakin kalau dirinya dan Nismara sudah berbaikan. Tetapi hari ini ada hal bagus yang terjadi, Nismara yang selalu datang pagi dan pulang pagi lagi, sekarang ia kembali seperti sebelumnya, menunggu Arjuna dan Nanda selesai sarapan lalu berangkat ke sekolah bersama meskipun Nis
Tanpa Nismara sadari, sedari tadi Arjuna duduk di kursi meja makan sambil menatap Nismara yang sedang sibuk memasak untuk makan malam. Arjuna beberapa kali mengembuskan napas berat sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Dilihat dari raut wajah Arjuna, sepertinya pak direktur itu sedang memikirkan sesuatu.Ketika tubuh Nismara berbalik untuk menyimpan mangkuk berisi acar, mata Nismara tidak sengaja beradu kontak dengan mata Arjuna. Nismara buru-buru mengalihkan pandangannya. Nismara masih merasa malu dengan kejadian malam kemarin saat dirinya dan Arjuna pergi ke pesta ulang tahun. Di sana Arjuna dengan santai mengatakan kalau Nismara adalah kekasihnya dan selama berada di sana, Arjuna terus merangkul bahu Nismara dan tidak pernah melepaskannya.Mengingat hal itu hati Nismara sampai sekarang masih terbawa perasaan dan membuat salah tingkah. Berbeda sekali dengan Arjuna yang memang tidak memiliki perasaan apa-apa."Makanannya sudah siap, Pak," ucap Nis
"Yan, tolong ambilin popok di toko, gih.""Nanti aja, Mbak. Tanggung, nih." Dayyan masih terfokus pada layar televisi yang sedang menayangkan acara kartun di hari Minggu pagi.Di rumah keluarga Pak Gumilar sekarang orang-orang sedang sibuk. Bu Darmaya dan Novi sibuk mencuci dan membereskan rumah, Nirmala sibuk mengasuh si kembar dan Dayyan juga ikut menjadi babysitter, menjaga Nanda dan Juni."Cepetan, Yan.""Suruh bang Wowo aja bawa ke sini.""Di toko lagi rame, Mbak tadi udah telepon katanya bang Wowo lagi ngaterin barang, bang Deri lagi sibuk soalnya di toko sekarang lagi banyak pembeli.""Bentar lagi atuh, Mbak. Sabar. Nunggu dulu iklan." Baru saja Dayyan bilang begitu, tiba-tiba tayangan berubah menjadi iklan komersial.Dayyan beranjak dari posisi rebahannya. Ia berjalan gontai mengambil kunci motor yang menggantung di dekat saklar lampu."Om Day, aku ikut." Nanda berlari menuju Dayyan."Sekalian sambil bawa Juni juga, Yan.""Iya, iya." Dayyan menggerutu. Ia menggendong Juni, sem
Nismara saat ini seperti orang yang hendak melakukan sebuah tindak kejahatan. Kepalanya celingukan dan ia terus mengatur napasnya yang memburu, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.Setelah menunggu beberapa saat. Nismara mengambil sebuah benda panjang berwarna putih itu dari dalam gelas yang berisi air berwarna kekuningan dan berbau pesing.Dengan harap-harap cemas, Nismara perlahan mengintip hasil dari benda panjang berwarna putih tersebut. Dan sesaat kemudian napasnya tercekat dan mulutnya menganga. Ia sangat tidak percaya dengan hasil yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan tersebut.Nismara langsung teringat, ia tidak boleh merasa puas dan senang dulu, soalnya kata Bu Mia, kalau ingin tahu hasil yang akurat itu tes harus dilakukan lebih dari sekali.Sebelum Arjuna bangun, Nismara buru-buru menyembunyikan alat tes kehamilan tersebut dan membuang air urinenya.Beberapa hari kemudian, Nismara mencoba mengecek kembali dan hasilnya tetap sama, dua garis merah yang artinya Nismara
Resepsi pernikahan selesai ketika menjelang malam hari. Di kamar pengantin, Nismara dilanda insomnia dan serangan panik yang membuat jantung berdetak abnormal.Jari-jari tangan Nismara saling meremas satu sama lain, tubuhnya juga bergetar hebat."Ini malam pertama! Ini malam pertama! Ini malam pertama!" ucapnya berkali-kali dengan suara yang sangat lirih.Nismara sudah selesai mandi dari setengah jam yang lalu, sekarang wajahnya full tanpa ada riasan, rambutnya juga basah sehabis keramas."Kenapa gak datang bulan sekarang, sih? Kan aku gak bakal tegang kayak gini. Please, datang bulan datang lagi, dong. Tolongin aku, lah."Meskipun berdoa seperti itu tidak akan terkabul karena baru lima hari yang lalu Nismara selesai masa menstruasinya.Nismara berlari ke arah tas selempang yang tergeletak di atas meja rias. Diam-diam ia mengeluarkan obat tidur lalu meminumnya. Semoga dengan ini ia bisa tidur dan tidak ingat apa-apa.Buru-buru ke atas tempat tidur dan bersembunyi di balik selimut, Nis
"Jangan tegang begitu dong, Nis. Rileks, rileks."Nismara mengembuskan napas panjang, berulang kali sampai rasa gugupnya sedikit menghilang."Bayangin aja pas kamu kemarin lagi siraman, gugup gak? Tegang gak? Rileks. Santai, Nis." Reona kembali menenangkan Nismara karena tubuh gadis itu gemetaran dan wajahnya sangat tegang."Siraman sama akad sekarang beda nuansanya, Miss. Aku gugup banget, nih. Nov, tolong ambilkan obat penenang punya Mbak, dong."Novi mendelik kesal. "Kemarin, kan, udah dihabiskan sama Mbak. Obat penenangnya buat sekeluarga, bukan buat Mbak doang. Emangnya Mbak mau overdosis? Kalau diminum sekarang nanti pas naik ke pelaminan gimana, Mbak? Yang tegang bukan Mbak aja, kita semua sekeluarga juga tegang, aku aja yang bukan pengantin aja ikut tegang, merasakan sensasi jika suatu saat nanti aku mau nikah jadi gini rasanya."Pegawai Reona memberikan air minum untuk Nismara dan langsung diminum sampai tandas."Miss, aku mau ke toilet lagi."Reona berkacak pinggang. "Ini ya
Setelah rangkaian pre-wedding dan antek-anteknya, hari ini hari terakhir Nismara mengajar sebelum menghitung hari menuju ke hari yang berbahagia. Saat hari pernikahan Nismara nanti, Andin juga akan ijin cuti selama dua hari, bukan ijin cuti untuk menikah, tetapi Andin ditunjuk sebagai penerima tamu alias pagar ayu bersama dengan Novi dan sepupu Nismara yang lain."Kalau nikahnya di Bogor sekalian kita jalan-jalan, ya. Untungnya kamu ngambil akad hari Minggu, jadi kita-kita semua gak harus bolos massal," ujar Bu Tari.Nismara hanya tersenyum menanggapinya."Omong-omong, ini yang mendesain kartu undangan siapa, Nis? Bagus banget, deh," puji Bu Mia."Itu saya sendiri yang mendesainnya, Bu.""Ih ternyata kamu hebat banget, ya. Keren banget, lho, ini. Simple tapi elegan. Nanti saya promosikan kamu ke para tetangga, kolega dan saudara saya buat desain undangan bisa gak, Nis? Eh, tapi sebentar lagi kamu, kan, jadi nyonya CEO, dibolehin gak, nih, kamu kerja? Jangan-jangan ini hari terakhir
Reona meneguk secangkir kopi hitamnya yang sudah dingin dan tinggal setengah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum puas. Akhirnya setelah penantian yang panjang dirinya berhasil menyelesaikan tiga gaun pengantin untuk Nismara dan Arjuna. Satu untuk akad dan dua lagi gaun untuk resepsi. Para pegawai yang membantu Reona juga terlihat sangat puas akan hasil kerja sama mereka."Besok kalian boleh libur. Tenang saja, nominal gajian tetap sama, kok," ucap Reona.Para pegawainya bersorak gembira. Mereka mengucapkan terima kasih pada bosnya itu kemudian pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ketika para pegawainya sudah pulang, Reona masih berada di dalam ruang kerjanya, menatap lurus ke arah patung manekin yang sudah dipasangi sepasang gaun pengantin yang baru saja selesai dibuatnya.Reona mengembuskan napas panjang, pikirannya berkecamuk, di saat para sahabatnya sudah menikah dan bertunangan, dan masih ada yang berpacaran, hanya dirinya saja yang masih s
Arjuna terkejut ketika tiba-tiba dirinya ditarik ke belakang saat hendak masuk ke dalam mobil. Arjuna juga panik saat orang yang menariknya tersebut tiba-tiba duduk di kursi kemudi dan menutup pintunya dengan rapat."Hei, buka pintunya!" Arjuna tidak mengetahui dengan jelas siapa pelaku tersebut.Saat ini Arjuna benar-benar panik karena tidak mau hartanya diambil, apalagi di dalam ada Nanda yang sudah masuk ke dalam mobil.Jangan-jangan orang yang mau menculik sekaligus mengambil mobil Arjuna? Kalau begitu sebodoh amat dengan mobil, yang Arjuna khawatirkan sekarang yaitu Nanda, anak semata wayangnya yang tidak bisa diganti dan ditukarkan dengan apa pun.Kaca jendela mobil terbuka, menampilkan wajah pelaku yang menarik Arjuna sampai jatuh tersungkur."Cepat masuk ke dalam mobil, Mas."Pelaku tersebut yang tidak lain dan tidak bukan ialah Nismara mengedikkan sebelah bahunya, memberikan isyarat pada Arjuna supaya duduk di jok belakang."Turun kamu dari mobil saya!""Tidak mau.""Turun!"
"Kamu kemarin habis dari mana?"Dada Nismara mendadak sesak. Kalau Arjuna sudah bertanya dengan nada serius seperti ini, berarti itu artinya Arjuna sudah tahu tentang kejadian kemarin sore saat Nismara dan Sella ketemuan di restoran Cina."Aku kemarin gak habis dari mana-mana, kok, Mas. Memangnya kenapa?""Jangan coba-coba bohong, kamu! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu habis bertemu dengan Sella."Arjuna mendadak mengerem mobilnya sampai tubuh Nismara terhuyung ke depan."Kenapa kamu berbohong, Nis?""I-itu...""Kamu gak mencoba untuk mempertemukan Nanda dengan Sella, kan?"Lawan, Nis. Lawan! Kamu jangan diam saja. Kamu harus meluruskan dan memperbaiki hubungan antara Arjuna dengan Sella."I-itu... sebenarnya... aku..., aku memang sengaja ketemuan sama Mbak Sella supaya dia bisa bertemu dengan Nanda, Mas."Mata Arjuna membelalak. Ia menatap Nismara tidak percaya. "Kamu mengkhianati aku, Nis?""Aku gak mengkhianati kamu, Mas. Aku hanya mencoba mempersatukan lagi seorang ibu dan anak
"Jadi, Pak Arjuna ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, gitu?""Sepertinya." Nismara mengembuskan napas. Ia memainkan kuku-kuku jari tangannya."Memangnya kamu gak tanya alasan kenapa Pak Arjuna bercerai?" Andin sibuk mengunyah keripik singkong yang baru saja di belinya tadi sehabis pulang dari pasar malam."Katanya sih dia itu diceraikan sama istrinya dan ditinggalkan, mungkin karena istrinya gak bisa hidup lebih lama dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Soalnya kalau Mas Arjuna yang menggugat cerai, gak mungkin reaksinya bakal emosional kayak gitu.""Bisa jadi kalau Pak Arjuna itu sedang berbohong, Nis. Dia sebenarnya yang menceraikan mantan istrinya karena ketahuan selingkuh di belakangnya."Nismara menggeleng. "Nggak, Din. Aku yakin Mas Arjuna gak akan melakukan hal tersebut. Mas Arjuna itu tipe anak yang sangat berbakti pada orang tua, Mas Arjuna pasti gak akan mengecewakan kedua orang tuanya, apalagi itu pesan terakhir dari ibunya. Mas Arjuna juga bukan tipe orang yan