Arjuna menatap langit-langit ruang kerjanya, punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi sambil diputar ke kiri dan kanan. Kepalanya terus memikirkan tentang kejadian tadi pagi saat dirinya menjemput Nanda di sekolah. Arjuna tidak sengaja melihat Nismara yang lari terbirit-birit seperti tengah dikejar oleh seseorang. Dan yang membuat Arjuna heran, tumben sekali Nismara pindah tempat parkir. Kira-kira kenapa, ya? Ah, dan juga, Arjuna masih penasaran dengan jawaban Nismara ketika Arjuna menanyakan kenapa Nismara menghindari dirinya.
Apa benar Nismara menghindari Arjuna? Tapi kenapa? Apa alasannya? Seingat Arjuna ia tidak membuat kesalahan apa pun. Masa iya Nismara masih dendam dengan kejadian di kebun binatang. Padahal, kan, itu sudah lama, kenapa Nismara kesalnya sekarang? Atau karena hal lain?Arjuna benar-benar tidak mengerti tentang masalah perempuan, dan Arjuna bingung untuk menyelesaikan permasalahannya."Mona, bisa ke ruangan saya?" tanya Arjuna dariBibir Nismara terkatup rapat-rapat. Wajahnya memang berhadapan langsung dengan wajah Arjuna, tetapi matanya menatap ke samping, pintu penghubung antara dapur dan ruang tengah menjadi tumpuan pandangannya sekarang."Kamu melihat ke mana? Saya ada di depan kamu!"Nismara masih bergeming, tidak mengindahkan ucapan Arjuna."Kamu marah sama saya? Marah karena apa? Perasaan setiap hari kita berdua marahan tetapi kamu gak pernah mengindari saya seperti sekarang. Apa ada perkataan atau perbuatan saya yang menyinggung kamu? Tapi biasanya kamu selalu menyerang balik. Atau kamu lagi kesal sama seseorang dan malah melampiaskannya pada saya? Iya?"Pak, bisa tolong lepaskan tangan Pak Arjuna yang ada di dagu saya? Jantung saya mau copot ini!!! jerit Nismara dalam hati."Kenapa diam saja?"Nismara mengerjapkan mata. Setelah berhasil menguasai diri, Nismara lalu menjawab dengan suara yang sangat pelan, seperti sebuah bisikan yang mau tidak mau membuat Arjuna semakin men
"Pak Arjuna hari ini terlihat senang. Apa ada hal bagus yang terjadi?" tanya Mona.Arjuna melirik sebentar ke arah Mona sambil memberikan kembali map yang sudah ia tanda tangani. "Saya terlihat senang? Benarkah?"Mona mengangguk. "Benar, Pak. Hari ini wajah Pak Arjuna lumayan sumringah tidak seperti beberapa hari kemarin.""Oh... hari ini saya tidak terlalu banyak pikiran. Urusan pekerjaan juga sudah hampir selesai jadi hal tersebut tidak lagi membebani kepala saya.""Emmm... apa masalah tentang hubungan teman Pak Arjuna dan pacarnya juga sudah menemukan titik terang?" tanya Mona pelan."Sepertinya mereka sudah berbaikan," jawab Arjuna. Sebenarnya ia juga tidak begitu yakin kalau dirinya dan Nismara sudah berbaikan. Tetapi hari ini ada hal bagus yang terjadi, Nismara yang selalu datang pagi dan pulang pagi lagi, sekarang ia kembali seperti sebelumnya, menunggu Arjuna dan Nanda selesai sarapan lalu berangkat ke sekolah bersama meskipun Nis
Tanpa Nismara sadari, sedari tadi Arjuna duduk di kursi meja makan sambil menatap Nismara yang sedang sibuk memasak untuk makan malam. Arjuna beberapa kali mengembuskan napas berat sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Dilihat dari raut wajah Arjuna, sepertinya pak direktur itu sedang memikirkan sesuatu.Ketika tubuh Nismara berbalik untuk menyimpan mangkuk berisi acar, mata Nismara tidak sengaja beradu kontak dengan mata Arjuna. Nismara buru-buru mengalihkan pandangannya. Nismara masih merasa malu dengan kejadian malam kemarin saat dirinya dan Arjuna pergi ke pesta ulang tahun. Di sana Arjuna dengan santai mengatakan kalau Nismara adalah kekasihnya dan selama berada di sana, Arjuna terus merangkul bahu Nismara dan tidak pernah melepaskannya.Mengingat hal itu hati Nismara sampai sekarang masih terbawa perasaan dan membuat salah tingkah. Berbeda sekali dengan Arjuna yang memang tidak memiliki perasaan apa-apa."Makanannya sudah siap, Pak," ucap Nis
Dua hari semenjak Arjuna pulang dari perjalanan pekerjaan di Surabaya, selama ini juga Arjuna tidak pernah bertegur sapa dengan Nismara. Bahkan di rumah pun, yang biasanya mereka berdua sering berdebat, sekarang Arjuna tidak pernah berbicara pada Nismara.Kira-kira kenapa, ya? Apa Nismara berbuat salah? Tapi Nismara berbuat salah apa? Setahu Nismara, nih, menurutnya, ia tidak melakukan kesalahan. Nismara juga mengurus Nanda dengan baik. Malah wajah Nanda sekarang lebih banyak tersenyum dan pipinya sedikit chubby. Bagaimana Nanda tidak chubby, orang Nanda selalu menemani Novi makan camilan dan sering diajak makan ke sana ke mari berburu kuliner yang sedang digandrungi oleh banyak orang."Mau?" Andin menyodorkan almond crispy oleh-oleh pemberian dari Arjuna.Semua guru diberi oleh-oleh, termasuk Nismara dan keluarganya.Kepala Nismara menggeleng, menolak tawaran dari Andin. Melihat oleh-oleh itu entah kenapa membuat Nismara kesal karena teringat den
"Hiks... hiks!" Air mata Nismara mengalir deras membasahi kedua pipinya. Berlembar-lembar tisu sudah ia gunakan untuk mengelap air mata dan ingus yang juga mengalir tak kalah derasnya."Jahat," ucap Nismara lirih. Wajahnya sudah memerah, matanya sedikit bengkak. Andin yang berada di samping Nismara juga ikut terisak."Kejam," ucap Andin sambil melemparkan tisu ke kotak dus yang tergeletak tidak jauh dari mereka."Kok bisa, sih, ada laki-laki sekejam dia?""Jahat!" ucap Nismara lagi dengan suara terbata. "Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Nismara tersedak air kuah seblak dengan level kepedasan ekstra ketika melihat adegan film yang sedang ditontonnya.Di adegan film tersebut, si tokoh perempuan baru saja diputuskan oleh tokoh laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab atas perebutan dosa yang mereka lakukan. Si tokoh laki-laki memilih perempuan lain yang lebih cantik dan kaya. Karena dicampakkan, si tokoh perempuan memilih untuk bunuh diri dengan cara te
"Nismara!!! Kenapa kamu tidak membangunkan saya? Kamu tahu sekarang sudah jam berapa? Saya bisa-bisa terlambat ke kantor gara-gara kamu!"Nismara mengabaikan Arjuna yang uring-uringan tidak jelas. Nismara malah memanggil Nanda supaya segera sarapan."Kenapa kamu diam saja? Saya sedang bicara sama kamu!"Berdecak kesal, Nismara menjawab, "Pak Arjuna daripada marah-marah tidak jelas kepada saya, lebih baik Pak Arjuna segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu Pak Arjuna semakin terbuang percuma karena memarahi saya. Selain itu tidak baik marah-marah di depan anak kecil.""Kamu jangan menggurui saya!""Saya berbicara fakta, Pak Arjuna. Kan Pak Arjuna pernah bilang ke saya kalau Nanda itu masa depan Pak Arjuna, harapan Pak Arjuna, umurnya juga masih panjang. Sebagai penerus Pak Arjuna, Nanda harus bersikap baik, bukan?" Nismara berbicara dengan penuh penekanan.Arjuna berlalu pergi karena ia mengakui kalau apa yang di
Arjuna mengacak rambutnya frustrasi. Semua data yang harus diceknya belum dikerjakan sama sekali. Ia berjalan menuju balkon. Sambil duduk di kursi, Arjuna menyalakan pemantik api lalu mulai menghirup sigaret kretek.Punggung Arjuna bersandar pada sandaran kursi. Kepalanya menengadah ke atas, menatap langit malam tanpa terlihat satu pun bintang karena tertutup oleh polusi udara. Dalam diamnya, Arjuna masih terpikirkan tentang kejadian tadi siang, di mana saat ia sedang bersama Nismara di parkiran sekolah.Mungkin itu adalah sentuhan fisik mereka yang kedua, tapi anehnya, Arjuna merasakan hal lain ketika Nismara menyentuh tangannya, padahal saat di pesta waktu lalu Arjuna tidak merasakan apa-apa.Arjuna tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin, kan, kalau dirinya benar-benar memiliki sebuah perasaan pada Nismara?"Habis?" Tangan Arjuna melipat bungkus rokok itu lalu membuangnya ke tong sampah.Segera saja ia mengam
"Sayang, aku kangen banget sama kamu!"Lima orang yang bersama Arjuna termasuk Radit dan Mona langsung menyingkir dari lift yang baru saja terbuka. Mereka tidak mau mengganggu momen bertemu kangen antara seorang perempuan bergaya modis nan cantik yang kini tengah memeluk Arjuna dengan manja."Tattiana, lepaskan! Ini di kantor." Arjuna menyingkirkan tangan Tattiana yang melingkar di lehernya seperti dasi yang mengikat erat."Aku itu kangen banget sama kamu, Sayang! Sudah hampir satu bulan kita tidak bertemu. Memangnya kamu tidak kangen sama aku?"Tattiana, perempuan yang entah berstatus apa untuk Arjuna itu mengikuti setiap langkah kaki Arjuna. Ia juga terlihat tidak canggung ketika memasuki ruangan Arjuna.Mona mencebikan bibirnya saat Tattiana melewatinya begitu saja tanpa menyapanya sama sekali. Berbeda sekali dengan Nismara yang selalu bersikap ramah.Arjuna melepaskan jasnya yang langsung dipeluk oleh Tattiana dari belakang.
"Yan, tolong ambilin popok di toko, gih.""Nanti aja, Mbak. Tanggung, nih." Dayyan masih terfokus pada layar televisi yang sedang menayangkan acara kartun di hari Minggu pagi.Di rumah keluarga Pak Gumilar sekarang orang-orang sedang sibuk. Bu Darmaya dan Novi sibuk mencuci dan membereskan rumah, Nirmala sibuk mengasuh si kembar dan Dayyan juga ikut menjadi babysitter, menjaga Nanda dan Juni."Cepetan, Yan.""Suruh bang Wowo aja bawa ke sini.""Di toko lagi rame, Mbak tadi udah telepon katanya bang Wowo lagi ngaterin barang, bang Deri lagi sibuk soalnya di toko sekarang lagi banyak pembeli.""Bentar lagi atuh, Mbak. Sabar. Nunggu dulu iklan." Baru saja Dayyan bilang begitu, tiba-tiba tayangan berubah menjadi iklan komersial.Dayyan beranjak dari posisi rebahannya. Ia berjalan gontai mengambil kunci motor yang menggantung di dekat saklar lampu."Om Day, aku ikut." Nanda berlari menuju Dayyan."Sekalian sambil bawa Juni juga, Yan.""Iya, iya." Dayyan menggerutu. Ia menggendong Juni, sem
Nismara saat ini seperti orang yang hendak melakukan sebuah tindak kejahatan. Kepalanya celingukan dan ia terus mengatur napasnya yang memburu, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.Setelah menunggu beberapa saat. Nismara mengambil sebuah benda panjang berwarna putih itu dari dalam gelas yang berisi air berwarna kekuningan dan berbau pesing.Dengan harap-harap cemas, Nismara perlahan mengintip hasil dari benda panjang berwarna putih tersebut. Dan sesaat kemudian napasnya tercekat dan mulutnya menganga. Ia sangat tidak percaya dengan hasil yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan tersebut.Nismara langsung teringat, ia tidak boleh merasa puas dan senang dulu, soalnya kata Bu Mia, kalau ingin tahu hasil yang akurat itu tes harus dilakukan lebih dari sekali.Sebelum Arjuna bangun, Nismara buru-buru menyembunyikan alat tes kehamilan tersebut dan membuang air urinenya.Beberapa hari kemudian, Nismara mencoba mengecek kembali dan hasilnya tetap sama, dua garis merah yang artinya Nismara
Resepsi pernikahan selesai ketika menjelang malam hari. Di kamar pengantin, Nismara dilanda insomnia dan serangan panik yang membuat jantung berdetak abnormal.Jari-jari tangan Nismara saling meremas satu sama lain, tubuhnya juga bergetar hebat."Ini malam pertama! Ini malam pertama! Ini malam pertama!" ucapnya berkali-kali dengan suara yang sangat lirih.Nismara sudah selesai mandi dari setengah jam yang lalu, sekarang wajahnya full tanpa ada riasan, rambutnya juga basah sehabis keramas."Kenapa gak datang bulan sekarang, sih? Kan aku gak bakal tegang kayak gini. Please, datang bulan datang lagi, dong. Tolongin aku, lah."Meskipun berdoa seperti itu tidak akan terkabul karena baru lima hari yang lalu Nismara selesai masa menstruasinya.Nismara berlari ke arah tas selempang yang tergeletak di atas meja rias. Diam-diam ia mengeluarkan obat tidur lalu meminumnya. Semoga dengan ini ia bisa tidur dan tidak ingat apa-apa.Buru-buru ke atas tempat tidur dan bersembunyi di balik selimut, Nis
"Jangan tegang begitu dong, Nis. Rileks, rileks."Nismara mengembuskan napas panjang, berulang kali sampai rasa gugupnya sedikit menghilang."Bayangin aja pas kamu kemarin lagi siraman, gugup gak? Tegang gak? Rileks. Santai, Nis." Reona kembali menenangkan Nismara karena tubuh gadis itu gemetaran dan wajahnya sangat tegang."Siraman sama akad sekarang beda nuansanya, Miss. Aku gugup banget, nih. Nov, tolong ambilkan obat penenang punya Mbak, dong."Novi mendelik kesal. "Kemarin, kan, udah dihabiskan sama Mbak. Obat penenangnya buat sekeluarga, bukan buat Mbak doang. Emangnya Mbak mau overdosis? Kalau diminum sekarang nanti pas naik ke pelaminan gimana, Mbak? Yang tegang bukan Mbak aja, kita semua sekeluarga juga tegang, aku aja yang bukan pengantin aja ikut tegang, merasakan sensasi jika suatu saat nanti aku mau nikah jadi gini rasanya."Pegawai Reona memberikan air minum untuk Nismara dan langsung diminum sampai tandas."Miss, aku mau ke toilet lagi."Reona berkacak pinggang. "Ini ya
Setelah rangkaian pre-wedding dan antek-anteknya, hari ini hari terakhir Nismara mengajar sebelum menghitung hari menuju ke hari yang berbahagia. Saat hari pernikahan Nismara nanti, Andin juga akan ijin cuti selama dua hari, bukan ijin cuti untuk menikah, tetapi Andin ditunjuk sebagai penerima tamu alias pagar ayu bersama dengan Novi dan sepupu Nismara yang lain."Kalau nikahnya di Bogor sekalian kita jalan-jalan, ya. Untungnya kamu ngambil akad hari Minggu, jadi kita-kita semua gak harus bolos massal," ujar Bu Tari.Nismara hanya tersenyum menanggapinya."Omong-omong, ini yang mendesain kartu undangan siapa, Nis? Bagus banget, deh," puji Bu Mia."Itu saya sendiri yang mendesainnya, Bu.""Ih ternyata kamu hebat banget, ya. Keren banget, lho, ini. Simple tapi elegan. Nanti saya promosikan kamu ke para tetangga, kolega dan saudara saya buat desain undangan bisa gak, Nis? Eh, tapi sebentar lagi kamu, kan, jadi nyonya CEO, dibolehin gak, nih, kamu kerja? Jangan-jangan ini hari terakhir
Reona meneguk secangkir kopi hitamnya yang sudah dingin dan tinggal setengah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum puas. Akhirnya setelah penantian yang panjang dirinya berhasil menyelesaikan tiga gaun pengantin untuk Nismara dan Arjuna. Satu untuk akad dan dua lagi gaun untuk resepsi. Para pegawai yang membantu Reona juga terlihat sangat puas akan hasil kerja sama mereka."Besok kalian boleh libur. Tenang saja, nominal gajian tetap sama, kok," ucap Reona.Para pegawainya bersorak gembira. Mereka mengucapkan terima kasih pada bosnya itu kemudian pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ketika para pegawainya sudah pulang, Reona masih berada di dalam ruang kerjanya, menatap lurus ke arah patung manekin yang sudah dipasangi sepasang gaun pengantin yang baru saja selesai dibuatnya.Reona mengembuskan napas panjang, pikirannya berkecamuk, di saat para sahabatnya sudah menikah dan bertunangan, dan masih ada yang berpacaran, hanya dirinya saja yang masih s
Arjuna terkejut ketika tiba-tiba dirinya ditarik ke belakang saat hendak masuk ke dalam mobil. Arjuna juga panik saat orang yang menariknya tersebut tiba-tiba duduk di kursi kemudi dan menutup pintunya dengan rapat."Hei, buka pintunya!" Arjuna tidak mengetahui dengan jelas siapa pelaku tersebut.Saat ini Arjuna benar-benar panik karena tidak mau hartanya diambil, apalagi di dalam ada Nanda yang sudah masuk ke dalam mobil.Jangan-jangan orang yang mau menculik sekaligus mengambil mobil Arjuna? Kalau begitu sebodoh amat dengan mobil, yang Arjuna khawatirkan sekarang yaitu Nanda, anak semata wayangnya yang tidak bisa diganti dan ditukarkan dengan apa pun.Kaca jendela mobil terbuka, menampilkan wajah pelaku yang menarik Arjuna sampai jatuh tersungkur."Cepat masuk ke dalam mobil, Mas."Pelaku tersebut yang tidak lain dan tidak bukan ialah Nismara mengedikkan sebelah bahunya, memberikan isyarat pada Arjuna supaya duduk di jok belakang."Turun kamu dari mobil saya!""Tidak mau.""Turun!"
"Kamu kemarin habis dari mana?"Dada Nismara mendadak sesak. Kalau Arjuna sudah bertanya dengan nada serius seperti ini, berarti itu artinya Arjuna sudah tahu tentang kejadian kemarin sore saat Nismara dan Sella ketemuan di restoran Cina."Aku kemarin gak habis dari mana-mana, kok, Mas. Memangnya kenapa?""Jangan coba-coba bohong, kamu! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu habis bertemu dengan Sella."Arjuna mendadak mengerem mobilnya sampai tubuh Nismara terhuyung ke depan."Kenapa kamu berbohong, Nis?""I-itu...""Kamu gak mencoba untuk mempertemukan Nanda dengan Sella, kan?"Lawan, Nis. Lawan! Kamu jangan diam saja. Kamu harus meluruskan dan memperbaiki hubungan antara Arjuna dengan Sella."I-itu... sebenarnya... aku..., aku memang sengaja ketemuan sama Mbak Sella supaya dia bisa bertemu dengan Nanda, Mas."Mata Arjuna membelalak. Ia menatap Nismara tidak percaya. "Kamu mengkhianati aku, Nis?""Aku gak mengkhianati kamu, Mas. Aku hanya mencoba mempersatukan lagi seorang ibu dan anak
"Jadi, Pak Arjuna ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, gitu?""Sepertinya." Nismara mengembuskan napas. Ia memainkan kuku-kuku jari tangannya."Memangnya kamu gak tanya alasan kenapa Pak Arjuna bercerai?" Andin sibuk mengunyah keripik singkong yang baru saja di belinya tadi sehabis pulang dari pasar malam."Katanya sih dia itu diceraikan sama istrinya dan ditinggalkan, mungkin karena istrinya gak bisa hidup lebih lama dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Soalnya kalau Mas Arjuna yang menggugat cerai, gak mungkin reaksinya bakal emosional kayak gitu.""Bisa jadi kalau Pak Arjuna itu sedang berbohong, Nis. Dia sebenarnya yang menceraikan mantan istrinya karena ketahuan selingkuh di belakangnya."Nismara menggeleng. "Nggak, Din. Aku yakin Mas Arjuna gak akan melakukan hal tersebut. Mas Arjuna itu tipe anak yang sangat berbakti pada orang tua, Mas Arjuna pasti gak akan mengecewakan kedua orang tuanya, apalagi itu pesan terakhir dari ibunya. Mas Arjuna juga bukan tipe orang yan