Home / Romansa / Ya, Sayang? / Di-baperin

Share

Di-baperin

Author: Hayanis Kalani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana kabar Nanda sekarang, Pak? Bapak pergi dinas lama kenapa gak ngajak Nanda? Apa Nanda dititipkan ke Bu Marni?" tanya Nismara yang sedang mencuci peralatan makanan yang tadi sudah digunakannya.

"Kenapa kamu tanya kabar Nanda?"

"Memangnya tidak boleh ya kalau saya bertanya?"

"Tidak boleh. Lagipula, sejak kapan kamu peduli pada anak saya?"

"Saya peduli pada Nanda sejak pertama kali kami bertemu."

Pertama kali bertemu? Ah, pasti ketika mereka sedang berada di kebun binatang. Saat itu Nanda pergi berlari menjauh dari Arjuna karena Nanda dilarang memberi makan pinguin secara langsung. Selain itu, Arjuna juga melarang Nanda untuk tidak dekat-dekat dengan hewan-hewan lainnya. Padahal Nanda ingin sekali memberi makan dan mengelus para hewan-hewan itu seperti anak-anak lain yang seumuran dengannya. Satu hal lagi, Nanda semakin ngambek karena Arjuna melarangnya untuk memakan yang manis-manis.

"Oh ya? Terus, kenapa beberapa bulan yang lalu ketika Nanda telepon kamu berkali-kali tidak ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ya, Sayang?   Nismara Dilamar

    "Ekhem... ekhem... yang sudah nggak jomblo lagi." Dina menyenggol lengan Nismara sambil senyum-senyum sendiri."Maksudnya?" Nismara yang baru saja duduk di kursinya tidak mengerti apa maksud dari ucapan Dina.Sebenarnya Dina sedang membicarakan siapa?"Kamu sudah punya pacar, kan? Pakai sembunyi-sembunyi segala. Umumin aja, dong, kita-kita pengen ditraktir sama pasangan yang lagi hangat-hangatnya. Fresh from the oven."Nismara..., punya pacar?Lha? Kok Nismara tidak tahu kalau dirinya sendiri punya pacar. Dari dulu dia itu jomblo tulen. Atau jangan-jangan, ada seseorang yang melihatnya kemarin malam sedang berduaan dengan Arjuna? Tapi yang melihat mereka berdua hanya Wanto saja. Wah... pasti Wanto, nih, yang menyebarkan gosip."Siapa yang punya pacar?" tanya Nismara."Ih kamu mah ngeyel mulu, Nis. Jelas-jelas kamu sama Mas Wanto yang pacaran.""Hah?!!" Nismara kaget bukan main.Nismara berpacaran dengan Wanto? Siapa yang menyebarkan berita bohong seperti itu?"Kata siapa aku pacaran s

  • Ya, Sayang?   Cincin di Jari Manis

    Lamaran itu... pinangan itu... begitu sangat mendadak seperti serangan jantung. Kepala Nismara sampai pening memikirkan ia harus menghadapinya seperti apa dan bagaimana. Jika Nismara salah dalam mengambil keputusan, bukan hanya ia saja yang terluka, tapi Wanto juga. Bahkan, laki-laki itu yang akan terluka paling parah."Mas..." Nismara memanggil Wanto dengan lirih. Jujur saja, target menikahnya memang di antara usia dua puluh empat atau dua puluh lima tahun, tetapi bukan saat ini juga. Diusianya yang sekarang masih banyak yang harus Nismara lakukan. Ia ingin memiliki tabungan yang banyak untuk masa depannya dan juga untuk keluarganya, apalagi sekarang Novi sebentar lagi akan skripsi dan Dayyan akan naik ke kelas dua belas yang pastinya biaya mereka akan berlipat ganda.Kalau saat ini Nismara menikah, lalu suaminya menolong keuangan yang cukup besar untuk keluarga Nismara, apa kata mertuanya nanti? Bukannya Nismara berburuk sangka, tetapi hati orang siapa yang tahu, kan?Makanya rencan

  • Ya, Sayang?   Kejutan Untuk Nismara

    [Pak Arjuna apakah ada di ruangan? Saya ingin mengembalikan pakaian Pak Arjuna yang lusa kemarin.]Sudah lima jam pesan dari Nismara tersebut tidak dibalas oleh Arjuna. Ke mana duda beranak satu itu? Tumben sekali tidak ada kabar, para pegawai di hotel juga merasa heran karena kamar Arjuna dari pagi kosong, sampai sekarang juga tidak ada yang tahu di mana keberadaan Arjuna itu.Saat jam istirahat, Nismara memberanikan diri untuk mendatangi kamar Arjuna. Ketika akan menaiki lift, Nismara kebetulan bertemu dengan Denis. Dengan ragu, Nismara menanyakan keberadaan Arjuna pada adik sepupu itu."Maaf, Pak Denis. Saya mau bertanya, apakah Pak Arjuna ada di ruangannya?"Denis mengerutkan kening sebentar lalu menganggukkan kepalanya. "Sepertinya ada. Memangnya ada perlu apa dengan Mas—maksud saya Pak Arjuna?""Mmmm... saya...," Apakah Nismara harus menjawab dengan jujur? Atau ia titipkan saja pakaian Arjuna pada Denis? Ish! Tapi itu tidak sopan.Denis melirik ponselnya yang berbunyi. "Maaf, sa

  • Ya, Sayang?   Diculik ke Pelaminan?

    Nismara menguap lebar padahal dirinya sudah rapi dan wangi, siap untuk berangkat bekerja. Tetapi gara-gara semalam ia begadang karena memikirkan banyak hal, jadi ia malam tadi tidak bisa tidur.Beberapa kali Nismara mengecek ponselnya, ia berharap anggota keluarganya mengirimkan pesan penjelasan terkait Bude Marni yang kenal dengan ibunya. Sayangnya, ketika Nismara menanyakan hal tersebut, orang-orang rumah tidak ada yang memberitahunya. Apakah mereka berbohong atau yang dimaksud Nanda adalah Bu Darmaya yang lain, bukan ibunya Nismara?Nismara mematung di depan pintu kontrakan untuk beberapa detik karena ia menatap seseorang yang berada di hadapannya itu. Nismara menganggap kalau dirinya sedang berhalusinasi, tapi sebenarnya tidak. Arjuna memang berada di hadapannya. Arjuna yang asli, bukan yang palsu. Hampir saja Nismara mengabaikannya."Pak Arjuna? Sedang apa Pak Arjuna di sini?""Saya jemput kamu.""Jemput saya?" Nismara mengedarkan pandangannya. "Kenapa Pak Arjuna belum kembali ke

  • Ya, Sayang?   Kencan

    Perjalanan antara Bogor-Purwakarta memakan waktu kurang lebih dua setengah jam. Dan sampailah mereka di kompleks perumahan yang sudah dipenuhi oleh kendaraan dan orang-orang.Janur kuning melengkung tepat di gapura kompleks. Nismara tidak melihat nama siapa yang tertera, yang jelas karangan bunga sepanjang jalan berjajar dengan rapi.Arjuna menuntun Nismara dan juga Nanda berjalan di banyaknya kerumunan orang. Saat mereka sampai di tempat pagar ayu, barulah Nismara melihat beberapa foto prewedding yang dipajang di depan, beserta dengan nama kedua mempelai."Neli dan Fariz." Nismara membaca nama tersebut.Oooh... Nismara ternyata diajak kondangan, ia pikir dirinya yang memang akan menikah. Ternyata Nismara berhasil kena keusilan dari Arjuna.Untung saja kali ini Nismara tidak terbawa perasaan."Yang menikah teman Pak Arjuna?" tanya Nismara setelah salah satu pagar ayu itu memberikannya cenderamata."Bukan. Tapi anaknya HRD di kantor saya.""Oh." Nismara mengangguk paham.Mereka bertiga

  • Ya, Sayang?   Tidak Bisa Tidur

    Nismara mencuci wajahnya entah untuk yang keberapa kalinya di hari ini. Matanya yang terlihat sayu, sangat jelas kalau Nismara kurang tidur tadi malam. Atau bahkan tidak tidur sama sekali?Wajah basah Nismara dilap menggunakan tisu. Kini wajah Nismara benar-benar polos tanpa riasan. Ia juga sebenarnya sudah lelah harus menggunakan lagi make-up. Supaya wajahnya tidak terlalu pucat, Nismara hanya menggunakan lip cream dan bedak tipis.Kalau Reni B melihat Nismara tidak berdandan, pasti Reni B langsung menyeretnya dan mulai melukiskan alat make-up itu pada wajah Nismara."Nis, kamu ke mana saja? Sedari tadi hape kamu bunyi terus, tuh." Dina yang baru melihat Nismara datang ke ruangan operator langsung memberikan informasi yang bagi Dina itu cukup penting."Telepon dari siapa?" Nismara sedikit heran karena tumben sekali ada orang yang meneleponnya di tengah jam kerja seperti ini.Dina mendekatkan tubuhnya pada Nismara. Kepalanya sedikit menunduk lalu ia berbisik sepelan mungkin, "Da-ri-pa

  • Ya, Sayang?   Bude Marni Kepo

    "Jun!""Bude?" Arjuna tidak menyangka kalau Bude Marni akan datang setelah makan malam.Tumben sekali Bude Marni datang ke rumah Arjuna tidak memberitahunya terlebih dahulu, biasanya datang tidak pernah mendadak seperti ini, kecuali datang dadakan kalau di rumah Arjuna ada Tattiana."Bude sudah makan malam?" tanya Arjuna sambil mengelap tangannya yang basah sehabis mencuci piring.Bude Marni mengangguk. "Sudah tadi di restoran." Tangan Bude Marni menarik kursi lalu duduk. Tangannya bersedekap di atas meja makan. "Ada yang ingin Bude tanyakan padamu, Jun.""Bude mau bertanya apa? Kayaknya penting banget.... Bude mau minum apa?""Teh tarik aja, Jun."Arjuna membuat dua minuman, satu teh tarik pesanan Bude Marni dan yang satu lagi kopi hitam pahit untuk dirinya sendiri. Arjuna langsung duduk di hadapan Bude Marni setelah minumannya jadi."Jun...," Bude Marni memanggil nama Arjuna dengan pelan."Iya, Bude?"

  • Ya, Sayang?   Teleponan dengan Mona

    Mona yang sedang makan di rumah makan ayam geprek yang letaknya tidak jauh dari kontrakannya itu berhenti sebentar di tempat parkir untuk mengambil ponselnya yang disimpan di saku jaket."Halo?" Mona mengangkat telepon sambil berjalan masuk lalu memilih tempat yang masih kosong.Seorang pegawai datang membawakan menu. Setalah memilih makanan, minuman dan makanan penutup, barulah pegawai itu pergi untuk menyampaikan pesanan ke bagian dapur.["Sedang sibuk ya, Mbak?"] tanya Nismara dari seberang telepon sana."Nggak kok, Mbak. Saya lagi cari makanan buat makan malam."["Saya mengganggu, dong?"]Kepala Mona menggeleng. "Nggak kok, Mbak. Santai saja."["Kalau begitu saya boleh bertanya langsung pada intinya?"]"Boleh, boleh."Terdengar suara helaan napas dari balik telepon. ["Emmm... sebelumnya saya ingin bertanya. Kira-kira Mbak Mona tahu tidak ada berapa perempuan yang sebelumnya dan yang sekarang dekat dengan Pak Arjuna? Terutama yang sering datang ke kantor."]"Selama saya menjadi sek

Latest chapter

  • Ya, Sayang?   Special Chapter

    "Yan, tolong ambilin popok di toko, gih.""Nanti aja, Mbak. Tanggung, nih." Dayyan masih terfokus pada layar televisi yang sedang menayangkan acara kartun di hari Minggu pagi.Di rumah keluarga Pak Gumilar sekarang orang-orang sedang sibuk. Bu Darmaya dan Novi sibuk mencuci dan membereskan rumah, Nirmala sibuk mengasuh si kembar dan Dayyan juga ikut menjadi babysitter, menjaga Nanda dan Juni."Cepetan, Yan.""Suruh bang Wowo aja bawa ke sini.""Di toko lagi rame, Mbak tadi udah telepon katanya bang Wowo lagi ngaterin barang, bang Deri lagi sibuk soalnya di toko sekarang lagi banyak pembeli.""Bentar lagi atuh, Mbak. Sabar. Nunggu dulu iklan." Baru saja Dayyan bilang begitu, tiba-tiba tayangan berubah menjadi iklan komersial.Dayyan beranjak dari posisi rebahannya. Ia berjalan gontai mengambil kunci motor yang menggantung di dekat saklar lampu."Om Day, aku ikut." Nanda berlari menuju Dayyan."Sekalian sambil bawa Juni juga, Yan.""Iya, iya." Dayyan menggerutu. Ia menggendong Juni, sem

  • Ya, Sayang?   Si Kembar

    Nismara saat ini seperti orang yang hendak melakukan sebuah tindak kejahatan. Kepalanya celingukan dan ia terus mengatur napasnya yang memburu, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.Setelah menunggu beberapa saat. Nismara mengambil sebuah benda panjang berwarna putih itu dari dalam gelas yang berisi air berwarna kekuningan dan berbau pesing.Dengan harap-harap cemas, Nismara perlahan mengintip hasil dari benda panjang berwarna putih tersebut. Dan sesaat kemudian napasnya tercekat dan mulutnya menganga. Ia sangat tidak percaya dengan hasil yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan tersebut.Nismara langsung teringat, ia tidak boleh merasa puas dan senang dulu, soalnya kata Bu Mia, kalau ingin tahu hasil yang akurat itu tes harus dilakukan lebih dari sekali.Sebelum Arjuna bangun, Nismara buru-buru menyembunyikan alat tes kehamilan tersebut dan membuang air urinenya.Beberapa hari kemudian, Nismara mencoba mengecek kembali dan hasilnya tetap sama, dua garis merah yang artinya Nismara

  • Ya, Sayang?   Bulan Madu

    Resepsi pernikahan selesai ketika menjelang malam hari. Di kamar pengantin, Nismara dilanda insomnia dan serangan panik yang membuat jantung berdetak abnormal.Jari-jari tangan Nismara saling meremas satu sama lain, tubuhnya juga bergetar hebat."Ini malam pertama! Ini malam pertama! Ini malam pertama!" ucapnya berkali-kali dengan suara yang sangat lirih.Nismara sudah selesai mandi dari setengah jam yang lalu, sekarang wajahnya full tanpa ada riasan, rambutnya juga basah sehabis keramas."Kenapa gak datang bulan sekarang, sih? Kan aku gak bakal tegang kayak gini. Please, datang bulan datang lagi, dong. Tolongin aku, lah."Meskipun berdoa seperti itu tidak akan terkabul karena baru lima hari yang lalu Nismara selesai masa menstruasinya.Nismara berlari ke arah tas selempang yang tergeletak di atas meja rias. Diam-diam ia mengeluarkan obat tidur lalu meminumnya. Semoga dengan ini ia bisa tidur dan tidak ingat apa-apa.Buru-buru ke atas tempat tidur dan bersembunyi di balik selimut, Nis

  • Ya, Sayang?   SAH!!!

    "Jangan tegang begitu dong, Nis. Rileks, rileks."Nismara mengembuskan napas panjang, berulang kali sampai rasa gugupnya sedikit menghilang."Bayangin aja pas kamu kemarin lagi siraman, gugup gak? Tegang gak? Rileks. Santai, Nis." Reona kembali menenangkan Nismara karena tubuh gadis itu gemetaran dan wajahnya sangat tegang."Siraman sama akad sekarang beda nuansanya, Miss. Aku gugup banget, nih. Nov, tolong ambilkan obat penenang punya Mbak, dong."Novi mendelik kesal. "Kemarin, kan, udah dihabiskan sama Mbak. Obat penenangnya buat sekeluarga, bukan buat Mbak doang. Emangnya Mbak mau overdosis? Kalau diminum sekarang nanti pas naik ke pelaminan gimana, Mbak? Yang tegang bukan Mbak aja, kita semua sekeluarga juga tegang, aku aja yang bukan pengantin aja ikut tegang, merasakan sensasi jika suatu saat nanti aku mau nikah jadi gini rasanya."Pegawai Reona memberikan air minum untuk Nismara dan langsung diminum sampai tandas."Miss, aku mau ke toilet lagi."Reona berkacak pinggang. "Ini ya

  • Ya, Sayang?   D-1

    Setelah rangkaian pre-wedding dan antek-anteknya, hari ini hari terakhir Nismara mengajar sebelum menghitung hari menuju ke hari yang berbahagia. Saat hari pernikahan Nismara nanti, Andin juga akan ijin cuti selama dua hari, bukan ijin cuti untuk menikah, tetapi Andin ditunjuk sebagai penerima tamu alias pagar ayu bersama dengan Novi dan sepupu Nismara yang lain."Kalau nikahnya di Bogor sekalian kita jalan-jalan, ya. Untungnya kamu ngambil akad hari Minggu, jadi kita-kita semua gak harus bolos massal," ujar Bu Tari.Nismara hanya tersenyum menanggapinya."Omong-omong, ini yang mendesain kartu undangan siapa, Nis? Bagus banget, deh," puji Bu Mia."Itu saya sendiri yang mendesainnya, Bu.""Ih ternyata kamu hebat banget, ya. Keren banget, lho, ini. Simple tapi elegan. Nanti saya promosikan kamu ke para tetangga, kolega dan saudara saya buat desain undangan bisa gak, Nis? Eh, tapi sebentar lagi kamu, kan, jadi nyonya CEO, dibolehin gak, nih, kamu kerja? Jangan-jangan ini hari terakhir

  • Ya, Sayang?   Pra Nikah

    Reona meneguk secangkir kopi hitamnya yang sudah dingin dan tinggal setengah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum puas. Akhirnya setelah penantian yang panjang dirinya berhasil menyelesaikan tiga gaun pengantin untuk Nismara dan Arjuna. Satu untuk akad dan dua lagi gaun untuk resepsi. Para pegawai yang membantu Reona juga terlihat sangat puas akan hasil kerja sama mereka."Besok kalian boleh libur. Tenang saja, nominal gajian tetap sama, kok," ucap Reona.Para pegawainya bersorak gembira. Mereka mengucapkan terima kasih pada bosnya itu kemudian pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ketika para pegawainya sudah pulang, Reona masih berada di dalam ruang kerjanya, menatap lurus ke arah patung manekin yang sudah dipasangi sepasang gaun pengantin yang baru saja selesai dibuatnya.Reona mengembuskan napas panjang, pikirannya berkecamuk, di saat para sahabatnya sudah menikah dan bertunangan, dan masih ada yang berpacaran, hanya dirinya saja yang masih s

  • Ya, Sayang?   Luluh

    Arjuna terkejut ketika tiba-tiba dirinya ditarik ke belakang saat hendak masuk ke dalam mobil. Arjuna juga panik saat orang yang menariknya tersebut tiba-tiba duduk di kursi kemudi dan menutup pintunya dengan rapat."Hei, buka pintunya!" Arjuna tidak mengetahui dengan jelas siapa pelaku tersebut.Saat ini Arjuna benar-benar panik karena tidak mau hartanya diambil, apalagi di dalam ada Nanda yang sudah masuk ke dalam mobil.Jangan-jangan orang yang mau menculik sekaligus mengambil mobil Arjuna? Kalau begitu sebodoh amat dengan mobil, yang Arjuna khawatirkan sekarang yaitu Nanda, anak semata wayangnya yang tidak bisa diganti dan ditukarkan dengan apa pun.Kaca jendela mobil terbuka, menampilkan wajah pelaku yang menarik Arjuna sampai jatuh tersungkur."Cepat masuk ke dalam mobil, Mas."Pelaku tersebut yang tidak lain dan tidak bukan ialah Nismara mengedikkan sebelah bahunya, memberikan isyarat pada Arjuna supaya duduk di jok belakang."Turun kamu dari mobil saya!""Tidak mau.""Turun!"

  • Ya, Sayang?   Ikut Campur

    "Kamu kemarin habis dari mana?"Dada Nismara mendadak sesak. Kalau Arjuna sudah bertanya dengan nada serius seperti ini, berarti itu artinya Arjuna sudah tahu tentang kejadian kemarin sore saat Nismara dan Sella ketemuan di restoran Cina."Aku kemarin gak habis dari mana-mana, kok, Mas. Memangnya kenapa?""Jangan coba-coba bohong, kamu! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu habis bertemu dengan Sella."Arjuna mendadak mengerem mobilnya sampai tubuh Nismara terhuyung ke depan."Kenapa kamu berbohong, Nis?""I-itu...""Kamu gak mencoba untuk mempertemukan Nanda dengan Sella, kan?"Lawan, Nis. Lawan! Kamu jangan diam saja. Kamu harus meluruskan dan memperbaiki hubungan antara Arjuna dengan Sella."I-itu... sebenarnya... aku..., aku memang sengaja ketemuan sama Mbak Sella supaya dia bisa bertemu dengan Nanda, Mas."Mata Arjuna membelalak. Ia menatap Nismara tidak percaya. "Kamu mengkhianati aku, Nis?""Aku gak mengkhianati kamu, Mas. Aku hanya mencoba mempersatukan lagi seorang ibu dan anak

  • Ya, Sayang?   Bertemu Sella

    "Jadi, Pak Arjuna ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, gitu?""Sepertinya." Nismara mengembuskan napas. Ia memainkan kuku-kuku jari tangannya."Memangnya kamu gak tanya alasan kenapa Pak Arjuna bercerai?" Andin sibuk mengunyah keripik singkong yang baru saja di belinya tadi sehabis pulang dari pasar malam."Katanya sih dia itu diceraikan sama istrinya dan ditinggalkan, mungkin karena istrinya gak bisa hidup lebih lama dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Soalnya kalau Mas Arjuna yang menggugat cerai, gak mungkin reaksinya bakal emosional kayak gitu.""Bisa jadi kalau Pak Arjuna itu sedang berbohong, Nis. Dia sebenarnya yang menceraikan mantan istrinya karena ketahuan selingkuh di belakangnya."Nismara menggeleng. "Nggak, Din. Aku yakin Mas Arjuna gak akan melakukan hal tersebut. Mas Arjuna itu tipe anak yang sangat berbakti pada orang tua, Mas Arjuna pasti gak akan mengecewakan kedua orang tuanya, apalagi itu pesan terakhir dari ibunya. Mas Arjuna juga bukan tipe orang yan

DMCA.com Protection Status