Nismara mencuci wajahnya entah untuk yang keberapa kalinya di hari ini. Matanya yang terlihat sayu, sangat jelas kalau Nismara kurang tidur tadi malam. Atau bahkan tidak tidur sama sekali?Wajah basah Nismara dilap menggunakan tisu. Kini wajah Nismara benar-benar polos tanpa riasan. Ia juga sebenarnya sudah lelah harus menggunakan lagi make-up. Supaya wajahnya tidak terlalu pucat, Nismara hanya menggunakan lip cream dan bedak tipis.Kalau Reni B melihat Nismara tidak berdandan, pasti Reni B langsung menyeretnya dan mulai melukiskan alat make-up itu pada wajah Nismara."Nis, kamu ke mana saja? Sedari tadi hape kamu bunyi terus, tuh." Dina yang baru melihat Nismara datang ke ruangan operator langsung memberikan informasi yang bagi Dina itu cukup penting."Telepon dari siapa?" Nismara sedikit heran karena tumben sekali ada orang yang meneleponnya di tengah jam kerja seperti ini.Dina mendekatkan tubuhnya pada Nismara. Kepalanya sedikit menunduk lalu ia berbisik sepelan mungkin, "Da-ri-pa
"Jun!""Bude?" Arjuna tidak menyangka kalau Bude Marni akan datang setelah makan malam.Tumben sekali Bude Marni datang ke rumah Arjuna tidak memberitahunya terlebih dahulu, biasanya datang tidak pernah mendadak seperti ini, kecuali datang dadakan kalau di rumah Arjuna ada Tattiana."Bude sudah makan malam?" tanya Arjuna sambil mengelap tangannya yang basah sehabis mencuci piring.Bude Marni mengangguk. "Sudah tadi di restoran." Tangan Bude Marni menarik kursi lalu duduk. Tangannya bersedekap di atas meja makan. "Ada yang ingin Bude tanyakan padamu, Jun.""Bude mau bertanya apa? Kayaknya penting banget.... Bude mau minum apa?""Teh tarik aja, Jun."Arjuna membuat dua minuman, satu teh tarik pesanan Bude Marni dan yang satu lagi kopi hitam pahit untuk dirinya sendiri. Arjuna langsung duduk di hadapan Bude Marni setelah minumannya jadi."Jun...," Bude Marni memanggil nama Arjuna dengan pelan."Iya, Bude?"
Mona yang sedang makan di rumah makan ayam geprek yang letaknya tidak jauh dari kontrakannya itu berhenti sebentar di tempat parkir untuk mengambil ponselnya yang disimpan di saku jaket."Halo?" Mona mengangkat telepon sambil berjalan masuk lalu memilih tempat yang masih kosong.Seorang pegawai datang membawakan menu. Setalah memilih makanan, minuman dan makanan penutup, barulah pegawai itu pergi untuk menyampaikan pesanan ke bagian dapur.["Sedang sibuk ya, Mbak?"] tanya Nismara dari seberang telepon sana."Nggak kok, Mbak. Saya lagi cari makanan buat makan malam."["Saya mengganggu, dong?"]Kepala Mona menggeleng. "Nggak kok, Mbak. Santai saja."["Kalau begitu saya boleh bertanya langsung pada intinya?"]"Boleh, boleh."Terdengar suara helaan napas dari balik telepon. ["Emmm... sebelumnya saya ingin bertanya. Kira-kira Mbak Mona tahu tidak ada berapa perempuan yang sebelumnya dan yang sekarang dekat dengan Pak Arjuna? Terutama yang sering datang ke kantor."]"Selama saya menjadi sek
"Anaknya ganteng sekali, Jeng."Nismara hanya tersenyum kikuk ketika ada seorang ibu-ibu yang duduk di sebelahnya sambil menatap Nanda yang tengah bermain pasir bersama beberapa anak yang lain."Papanya juga ganteng," ucap ibu-ibu itu lagi. "Jeng beruntung banget bisa dapat jodoh yang ganteng. Duh, kalau saya belum menikah dengan suami saya, bisa-bisa saya bersaing sama Jeng buat dapetin suami Jeng yang ganteng itu."Tersenyum kecut, Nismara hanya bisa mendoakan pada ibu-ibu itu dengan hal-hal yang baik.Sebenarnya Nismara ingin menimpali kalau Arjuna itu bukan suaminya, tapi mana ada ibu-ibu itu percaya. Nismara juga ingin bilang kalau jangan tertipu dengan penampilan ganteng Arjuna, karena dibalik kegantengan Arjuna itu, ada satu hal yang mengerikan, yaitu Arjuna mempunyai jiwa psikopat.Oops.., Nismara bicara tanpa berpikir dahulu seperti biasanya."Anak Jeng umurnya berapa tahun?""Enam tahun, Bu," jawab Nismara.
Berbagai tempat sudah mereka kunjungi. Suasana hati Nismara juga sudah kembali normal. Memang benar makanan pedas adalah obat terampuh untuk menenangkan perasaaan selain memakan cokelat yang rasanya manis.Nismara juga kini bisa menikmati pemandangan laut biru nan indah yang sudah lama tidak dilihatnya. Setidaknya Nismara sedikit bersyukur karena diajak jalan-jalan secara gratis mulai dari transportasi hingga uang makan. Bagaimana tidak gratis, orang Nismara saja tidak membawa uang sama sekali. Ponsel juga ia tidak membawanya gara-gara dirinya langsung dimasukkan ke dalam karung oleh Arjuna.Sebenarnya selain diberikan uang makan, Nismara juga diberikan uang belanja. Masa iya Nismara jalan-jalan ke pantai hanya mengenakan pakaian tidur? Selain itu, Arjuna juga memberikan sunblock dan topi supaya kulit Nismara tidak terlalu tersengat oleh sinar matahari. Padahal tanpa memakai sunblock dan topi, Nismara tidak terlalu risau dengan hal itu. Kulitnya makin menghitam jug
Terjadi pertarungan sengit antara Nismara dan Arjuna. Mereka sekarang sedang adu main layangan dan ditonton oleh orang-orang. Banyak orang yang menjagokan Nismara karena terlihat beberapa kali layangan milik Arjuna sempat oleng gara-gara disenggol terus oleh Nismara.Awal dari pertarungan mereka berdua karena Arjuna merasa iri gara-gara Nismara bisa menerbangkan layang-layang milik Nanda, padahal Nanda yang meminta pertolongan pada ayahnya itu, tapi sayangnya layang-layang tidak pernah terbang dan malah jatuh ke atas air tersapu ombak.Tidak suka ditertawakan oleh Nismara, jadilah Arjuna menantang Nismara untuk menerbangkan layang-layang. Dengan sekali percobaan langsung berhasil. Arjuna sebagai laki-laki tulen gengsi, dong, kalah oleh Nismara. Dan pada akhirnya mereka bertanding, sebenarnya Nismara, sih, yang menantang Arjuna. Tapi Arjuna menanggapinya dengan sangat serius.Nanda tidak jadi bermain karena layangannya sudah diambil alih oleh ayahnya sendir
"Gak mau! Gak mau! Aku gak mau sekolah!!!" Nanda mengunci kamarnya supaya Arjuna tidak bisa masuk."Abimanyu! Kamu harus sekolah! Jangan jadi anak bandel, ya!!!" Arjuna sudah marah. Ia benar-benar marah dan tidak bisa lagi bersabar menghadapi tingkah laku Nanda yang tiba-tiba manja dan keras kepala seperti itu."Aku gak mau sekolah kalau Bu Nis bukan gurunya!""Abimanyu! Kamu gak bisa seenaknya seperti itu! Kamu gak bisa memutuskan siapa yang harus menjadi guru kamu nantinya.""Pokoknya aku ingin Bu Nis yang jadi guru aku. Titik!""Abimanyu!!!" Arjuna berdecak kesal. Hampir saja ia berteriak dengan suara lantang dan penuh emosi. Bisa-bisa perasaan Nanda terguncang dan Nanda menjadi takut padanya."Abimanyu..., Nak..., Sayang... dengarkan Papa.""Gak mau!" Dari dalam sana Nanda berteriak. Telinganya ia tutup rapat-rapat supaya tidak mendengar lagi suara ayahnya."Kalau kamu seperti ini terus, Papa mau panggil Oma Marni, nih.""Panggil aja, aku gak takut."Arjuna mengembuskan napas kasa
"Hatciiii!!!" Nismara mengusap hidungnya yang terasa lega sehabis bersin. Padahal udara malam ini tidak terlalu dingin. Apa Nismara akan terkena flu gara-gara cuaca yang tidak menentu?"Nis, kamu mau pulang sama siapa? Rena A mana?" tanya Rury."Aku pulang sendiri, Mas. Mbak Rena masih di pantry, katanya lagi buat pesanan tamu yang mendadak ingin makan deasert." "Mau aku antar? Sekalian aku mau ke pom bensin dulu."Nismara menggeleng. "Gak usah, Mas. Aku mau jalan kaki aja. Lagipula kontrakanku dekat, sekalian aku mau olahraga. Pegal dari tadi pagi aku duduk terus."Perhatian Rury dan Nismara teralihkan ketika ada sebuah mobil mewah yang berhenti di depannya.Nismara mengerutkan kening, bingung kenapa malam-malam begini Arjuna datang ke Hotel."Mobil siapa, ya? Perasaan yang pesan hotel datangnya besok. Mobil Pak Denis bukan yang kayak gini.""Itu mobil punya Pak Arjuna, Mas," bisik Nismara.Rury menoleh ke arah Nismara. "Mau antar kamu pulang?"Kepala Nismara langsung menggeleng. "Y
"Yan, tolong ambilin popok di toko, gih.""Nanti aja, Mbak. Tanggung, nih." Dayyan masih terfokus pada layar televisi yang sedang menayangkan acara kartun di hari Minggu pagi.Di rumah keluarga Pak Gumilar sekarang orang-orang sedang sibuk. Bu Darmaya dan Novi sibuk mencuci dan membereskan rumah, Nirmala sibuk mengasuh si kembar dan Dayyan juga ikut menjadi babysitter, menjaga Nanda dan Juni."Cepetan, Yan.""Suruh bang Wowo aja bawa ke sini.""Di toko lagi rame, Mbak tadi udah telepon katanya bang Wowo lagi ngaterin barang, bang Deri lagi sibuk soalnya di toko sekarang lagi banyak pembeli.""Bentar lagi atuh, Mbak. Sabar. Nunggu dulu iklan." Baru saja Dayyan bilang begitu, tiba-tiba tayangan berubah menjadi iklan komersial.Dayyan beranjak dari posisi rebahannya. Ia berjalan gontai mengambil kunci motor yang menggantung di dekat saklar lampu."Om Day, aku ikut." Nanda berlari menuju Dayyan."Sekalian sambil bawa Juni juga, Yan.""Iya, iya." Dayyan menggerutu. Ia menggendong Juni, sem
Nismara saat ini seperti orang yang hendak melakukan sebuah tindak kejahatan. Kepalanya celingukan dan ia terus mengatur napasnya yang memburu, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.Setelah menunggu beberapa saat. Nismara mengambil sebuah benda panjang berwarna putih itu dari dalam gelas yang berisi air berwarna kekuningan dan berbau pesing.Dengan harap-harap cemas, Nismara perlahan mengintip hasil dari benda panjang berwarna putih tersebut. Dan sesaat kemudian napasnya tercekat dan mulutnya menganga. Ia sangat tidak percaya dengan hasil yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan tersebut.Nismara langsung teringat, ia tidak boleh merasa puas dan senang dulu, soalnya kata Bu Mia, kalau ingin tahu hasil yang akurat itu tes harus dilakukan lebih dari sekali.Sebelum Arjuna bangun, Nismara buru-buru menyembunyikan alat tes kehamilan tersebut dan membuang air urinenya.Beberapa hari kemudian, Nismara mencoba mengecek kembali dan hasilnya tetap sama, dua garis merah yang artinya Nismara
Resepsi pernikahan selesai ketika menjelang malam hari. Di kamar pengantin, Nismara dilanda insomnia dan serangan panik yang membuat jantung berdetak abnormal.Jari-jari tangan Nismara saling meremas satu sama lain, tubuhnya juga bergetar hebat."Ini malam pertama! Ini malam pertama! Ini malam pertama!" ucapnya berkali-kali dengan suara yang sangat lirih.Nismara sudah selesai mandi dari setengah jam yang lalu, sekarang wajahnya full tanpa ada riasan, rambutnya juga basah sehabis keramas."Kenapa gak datang bulan sekarang, sih? Kan aku gak bakal tegang kayak gini. Please, datang bulan datang lagi, dong. Tolongin aku, lah."Meskipun berdoa seperti itu tidak akan terkabul karena baru lima hari yang lalu Nismara selesai masa menstruasinya.Nismara berlari ke arah tas selempang yang tergeletak di atas meja rias. Diam-diam ia mengeluarkan obat tidur lalu meminumnya. Semoga dengan ini ia bisa tidur dan tidak ingat apa-apa.Buru-buru ke atas tempat tidur dan bersembunyi di balik selimut, Nis
"Jangan tegang begitu dong, Nis. Rileks, rileks."Nismara mengembuskan napas panjang, berulang kali sampai rasa gugupnya sedikit menghilang."Bayangin aja pas kamu kemarin lagi siraman, gugup gak? Tegang gak? Rileks. Santai, Nis." Reona kembali menenangkan Nismara karena tubuh gadis itu gemetaran dan wajahnya sangat tegang."Siraman sama akad sekarang beda nuansanya, Miss. Aku gugup banget, nih. Nov, tolong ambilkan obat penenang punya Mbak, dong."Novi mendelik kesal. "Kemarin, kan, udah dihabiskan sama Mbak. Obat penenangnya buat sekeluarga, bukan buat Mbak doang. Emangnya Mbak mau overdosis? Kalau diminum sekarang nanti pas naik ke pelaminan gimana, Mbak? Yang tegang bukan Mbak aja, kita semua sekeluarga juga tegang, aku aja yang bukan pengantin aja ikut tegang, merasakan sensasi jika suatu saat nanti aku mau nikah jadi gini rasanya."Pegawai Reona memberikan air minum untuk Nismara dan langsung diminum sampai tandas."Miss, aku mau ke toilet lagi."Reona berkacak pinggang. "Ini ya
Setelah rangkaian pre-wedding dan antek-anteknya, hari ini hari terakhir Nismara mengajar sebelum menghitung hari menuju ke hari yang berbahagia. Saat hari pernikahan Nismara nanti, Andin juga akan ijin cuti selama dua hari, bukan ijin cuti untuk menikah, tetapi Andin ditunjuk sebagai penerima tamu alias pagar ayu bersama dengan Novi dan sepupu Nismara yang lain."Kalau nikahnya di Bogor sekalian kita jalan-jalan, ya. Untungnya kamu ngambil akad hari Minggu, jadi kita-kita semua gak harus bolos massal," ujar Bu Tari.Nismara hanya tersenyum menanggapinya."Omong-omong, ini yang mendesain kartu undangan siapa, Nis? Bagus banget, deh," puji Bu Mia."Itu saya sendiri yang mendesainnya, Bu.""Ih ternyata kamu hebat banget, ya. Keren banget, lho, ini. Simple tapi elegan. Nanti saya promosikan kamu ke para tetangga, kolega dan saudara saya buat desain undangan bisa gak, Nis? Eh, tapi sebentar lagi kamu, kan, jadi nyonya CEO, dibolehin gak, nih, kamu kerja? Jangan-jangan ini hari terakhir
Reona meneguk secangkir kopi hitamnya yang sudah dingin dan tinggal setengah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum puas. Akhirnya setelah penantian yang panjang dirinya berhasil menyelesaikan tiga gaun pengantin untuk Nismara dan Arjuna. Satu untuk akad dan dua lagi gaun untuk resepsi. Para pegawai yang membantu Reona juga terlihat sangat puas akan hasil kerja sama mereka."Besok kalian boleh libur. Tenang saja, nominal gajian tetap sama, kok," ucap Reona.Para pegawainya bersorak gembira. Mereka mengucapkan terima kasih pada bosnya itu kemudian pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ketika para pegawainya sudah pulang, Reona masih berada di dalam ruang kerjanya, menatap lurus ke arah patung manekin yang sudah dipasangi sepasang gaun pengantin yang baru saja selesai dibuatnya.Reona mengembuskan napas panjang, pikirannya berkecamuk, di saat para sahabatnya sudah menikah dan bertunangan, dan masih ada yang berpacaran, hanya dirinya saja yang masih s
Arjuna terkejut ketika tiba-tiba dirinya ditarik ke belakang saat hendak masuk ke dalam mobil. Arjuna juga panik saat orang yang menariknya tersebut tiba-tiba duduk di kursi kemudi dan menutup pintunya dengan rapat."Hei, buka pintunya!" Arjuna tidak mengetahui dengan jelas siapa pelaku tersebut.Saat ini Arjuna benar-benar panik karena tidak mau hartanya diambil, apalagi di dalam ada Nanda yang sudah masuk ke dalam mobil.Jangan-jangan orang yang mau menculik sekaligus mengambil mobil Arjuna? Kalau begitu sebodoh amat dengan mobil, yang Arjuna khawatirkan sekarang yaitu Nanda, anak semata wayangnya yang tidak bisa diganti dan ditukarkan dengan apa pun.Kaca jendela mobil terbuka, menampilkan wajah pelaku yang menarik Arjuna sampai jatuh tersungkur."Cepat masuk ke dalam mobil, Mas."Pelaku tersebut yang tidak lain dan tidak bukan ialah Nismara mengedikkan sebelah bahunya, memberikan isyarat pada Arjuna supaya duduk di jok belakang."Turun kamu dari mobil saya!""Tidak mau.""Turun!"
"Kamu kemarin habis dari mana?"Dada Nismara mendadak sesak. Kalau Arjuna sudah bertanya dengan nada serius seperti ini, berarti itu artinya Arjuna sudah tahu tentang kejadian kemarin sore saat Nismara dan Sella ketemuan di restoran Cina."Aku kemarin gak habis dari mana-mana, kok, Mas. Memangnya kenapa?""Jangan coba-coba bohong, kamu! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu habis bertemu dengan Sella."Arjuna mendadak mengerem mobilnya sampai tubuh Nismara terhuyung ke depan."Kenapa kamu berbohong, Nis?""I-itu...""Kamu gak mencoba untuk mempertemukan Nanda dengan Sella, kan?"Lawan, Nis. Lawan! Kamu jangan diam saja. Kamu harus meluruskan dan memperbaiki hubungan antara Arjuna dengan Sella."I-itu... sebenarnya... aku..., aku memang sengaja ketemuan sama Mbak Sella supaya dia bisa bertemu dengan Nanda, Mas."Mata Arjuna membelalak. Ia menatap Nismara tidak percaya. "Kamu mengkhianati aku, Nis?""Aku gak mengkhianati kamu, Mas. Aku hanya mencoba mempersatukan lagi seorang ibu dan anak
"Jadi, Pak Arjuna ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, gitu?""Sepertinya." Nismara mengembuskan napas. Ia memainkan kuku-kuku jari tangannya."Memangnya kamu gak tanya alasan kenapa Pak Arjuna bercerai?" Andin sibuk mengunyah keripik singkong yang baru saja di belinya tadi sehabis pulang dari pasar malam."Katanya sih dia itu diceraikan sama istrinya dan ditinggalkan, mungkin karena istrinya gak bisa hidup lebih lama dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Soalnya kalau Mas Arjuna yang menggugat cerai, gak mungkin reaksinya bakal emosional kayak gitu.""Bisa jadi kalau Pak Arjuna itu sedang berbohong, Nis. Dia sebenarnya yang menceraikan mantan istrinya karena ketahuan selingkuh di belakangnya."Nismara menggeleng. "Nggak, Din. Aku yakin Mas Arjuna gak akan melakukan hal tersebut. Mas Arjuna itu tipe anak yang sangat berbakti pada orang tua, Mas Arjuna pasti gak akan mengecewakan kedua orang tuanya, apalagi itu pesan terakhir dari ibunya. Mas Arjuna juga bukan tipe orang yan