Part 5
Roni tak mengindahkan ucapan Aldo karena berlari lagi ke WC. Aldo lalu pergi sendiri ke warung depan gang sambil membawa galon kosong. Sekalian isi air.
Jalan menuju warung harus melewati gang sempit yang agak gelap, karena pencahayaan yang hampir tak ada. Hanya mengandalkan satu lampu di ujung gang sebagai penerang.
Saat Aldo sedang berjalan di gang sempit dan gelap itu, tiba-tiba dari arah depan ada segerombolan pria berpakaian preman hendak melintas juga. Keadaan gang yang sempit, memaksa salah satu harus menyender pada dinding untuk mempersilahkan yang lain lewat dulu. Aldo yang badannya lebih kecil, mengalah memberi jalan.
Saat pria-pria berbadan tambun melintas aroma bau melati lalu kapur barus menyeruak ke indra penciuman Aldo. Ia berusaha menahan napas karena baunya sangat menyengat, tapi sia-sia saja. Tetap bau melati dan kapur barus itu membuat Aldo pusing dan hampir muntah.
Anehnya setelah Aldo menengok ke belakang. Pria-pria tadi sudah tak ada, padahal butuh beberapa puluh langkah untuk keluar dari gang ini. Walau pria-pria itu sudah pergi, tapi bau melati dan kapur barus masih saja tercium namun tak semenyengat tadi.
Harusnya pakaian preman minimal bau knalpot motor, ini malah bau kapur untuk mayat. Bulu kuduk Aldo langsung berdiri, ia memutuskan berlari saja untuk segera keluar dari gang itu. Anehnya saat tadi siang, gang serasa pendek/dekat. Tapi sekarang berasa sangat panjang dan jauh.
Akhirnya dengan napas ngos-ngosan, Aldo sampai juga di ujung gang dan langsung duduk di bangku warung yang berada tepat di sebelah gang.
"Kenapa, Den? Kaya habis lari, ngos-ngosan gitu?" tanya si Ibu Warung sambil menyodorkan satu cup minuman kemasan pada Aldo.
"Terima kasih, Bu. Iya. Saya habis lari barusan. Ada air galon, Bu?"
"Oh, ada. Tuh di pinggir kulkas. Aden barusan lewat gang itu?" tunjuk si Ibu.
"Iya, Bu. Cape. Ibu tadi lihat ada orang yang masuk ke gang itu juga yang berpakaian preman, badannya besar-besar?"
"Ah, gak ada, Den. Dari tadi ibu di sini, gak ada yang lewat ke gang itu, selain aden barusan keluar dari sana."
Aldo langsung lemas mendengar jawaban si ibu warung kalau baru ia yang keluar dari gang itu. "Terus yang tadi berpapasan sama saya tadi, apa?" Kata Aldo ngenes."Ibu yakin?" Aldo mastiin.
"Yakin, lah. Memangnya kenapa?" Si Ibu melihat Aldo seperti ketakutan dan cemas. "Lagian Den. Tak ada yang berani lewat gang itu malam-malam. Apalagi habis magrib. Orang-orang lebih memilih memutar ke jalan raya dari pada jalan pintas lewat gang itu,"jelas Ibu warung.
"Memangnya kenapa gitu Bu?" tanya Aldo makin penasaran.
"Di gang itu pernah ada tawuran geng motor. Korbannya ada lima orang yang meninggal di sana,"
Aldo makin ketakutan setelah mendengar penjelasan ibu warung tentang gang itu. Terpaksa pun, Aldi tak mau lewat gang itu lagi."Lalu, saya harus lewat jalan mana, Bi? untuk ke kontrakan Kenanga?" tanya Aldo.
"Aden jalan aja lurus, nah nanti ada tiang listrik belok kanan, nanti ada jalan lagi ke bawah nah sebelah kanan itu kontrakan kenanga. Eh Aden yang tadi siang jajan juga ya ke sini? Temannya mana? Kok gak ikut?"
Mendengar ibu warung menanyakan Roni, Aldo jadi ingat kalau tujuannya ke warung adalah membeli obat sakit perut untuk sahabatnya itu.
"Oh, dia sedang sakit Bu. Obat sakit perutnya, dua ya.""Oh semoga cepat sembuh deh. Perasaan tadi siang sehat-sehat saja," ucap Ibu warung memberikan obatnya lalu menghitung belanjaan Aldo.
"Iya, Bu. Tadi dia makan ayam sesajen, Ups." Also keceplosan. Si Ibu berubah seperti ketakutan.
"Semua dua puluh ribu. Den."
Aldo lalu membayarnya dengan uang pas."Terima kasih, Bu."
"Iya. Hati-hati, Den. Waspada dan banyak berdoa di kontrakan itu,"
"Hus. Bu. Gak boleh sembarangan," ucap suami si ibu yang baru datang. Sepertinya ibu itu ketakutan, makanya langsung masuk. Aldo pun memilih jalan pulang sesuai rute yang dikatakan ibu warung tadi.
Ternyata memang lebih jauh, tapi lebih nyaman karena banyak lampu dan orang berlalu-lalang. Pengalaman tadi saat di gang masih menyisakan kengerian tersendiri bagi Aldo. Bau melati dan kapur barus yang menyengat berasa masih ia cium. Namun Aldo tak bisa mengatakannya pada Roni. Bisa-bisa dia minta pulang.
Saat sampai di depan gerbang. Kontrakan Aldo masih gelap, padahal tadi waktu ia pergi, semua lampu sudah menyala.
Aldo lalu bergegas menaiki tangga menuju kontrakannya.
"Ron! Roni buka pintunya!" Aldo merasa hawatir dengan keadaan temannya itu. Takut kalau ia kenapa-kenapa. Ternyata pintunya tak dikunci. Aldo pun mencari saklar untuk menghidupkan lampu. Saat lampu menyala, terlihat sahabatnya-- Roni sudah tertidur di atas kasur, merengkol dengan kain sarung menghadap tembok, memunggungi Aldo.
"Ron, bangun dulu Ron. Ini obatnya," ucap Aldo sambil menepuk-nepuk kaki Roni yang tertidur itu. Namun ia tak bergeming, malah suara ngorok balasannya. Aldo tak ingin membangunkan sahabatnya itu. Lebih baik dia ikut tidur juga. Setidaknya ada manusia lain yang bisa Aldo mintai tolong jika hal-hal aneh itu muncul lagi.
Aldo yang belum ngantuk, karena waktu pun masih jam tujuh malam, menghidupkan kameranya untuk siaran live. Ia ingin menceritakan cerita di gang tadi di chanel-nya.
"Halo gais. Aku mau cerita pengalaman horor yang baru saja aku alami. Gais. Harap maklum suara ngorok temenku ya. Dia sakit perut dan sekarang udah baikan. Makanya ngorok. Hehehe. Tadi gue kan ke warung buat beli obat. Jalan ke warung tuh harus melewati gang yang sempit. Udah sempit, gelap lagi. Nah baru setengah jalan gue-" Aldo berhenti bicara karena ada sebuah suara.
TIK. TIK .. TIK
Suara jendela seperti diketuk dengan kuku.
TIK. TIK. TIK
Suara itu terdengar beberapa kali.
"Kalian dengar gak gais?. Ada yang ngetuk jendela gue. Aduh mana si Roni pelor banget kaya mayat. Ayo kita samperin ya gais,"
Aldo walau takut berusaha mendekati jendela untuk melihat apa atau siapa yang mengetuk jendelanya.
Tangan Aldo terasa berat dan kaku saat akan membuka tirai jendelanya. Satu dua tiga. Tirai dibuka. Jantung Aldo nyaris saja putus. Ia tak melihat siapapun di luar.
Dug dug dug dug
Lalu suara itu berubah jadi seperti ketukan. Ah lebih tepatnya tendangan dari atas langit-langit.
"Aduh gais, suaranya pindah ke langit-langit. Ron, bangun Ron!" Tapi Roni masih tak bergerak."
Lalu beberapa komentar masuk.
"Seru. Do. Lanjutkan"
"Do, hati-hati serem banget."
"Wah dasar lu gedor sendiri lu yang takut sendiri. Dasar nipu"
Lalu ada komentar dari akun pelita yang sangat Aldo tunggu.
"Do. Itu bukan manusia."
"Maksud?" Aldo tak mengerti maksud tulisan pelita itu.
Teman yang diharapkan bisa menemani, malah tidur pulas seperti mayat hidup. Tiba-tiba kamera Aldo mati. Kembali hal itu terjadi. Saat Aldo kebingungan tak bisa melakukan aktivitas. Suara dengkuran Roni malah makin keras. Itu tak seperti biasanya dan posisinya tak berubah, masih tetap menghadap dinding.Kira-kira ada yang tau maksud pelita 'Do. Itu bukan manusia' itu apa?
Bersambung part selanjutnya
Part 6Saat suasana masih mencekam. Membangunkan Roni percuma. Dia seperti mayat hidup tak bisa dibangunkan dengan pukulan tanganm Aldo berusaha mencari lampu emergency. Saat lampu berhasil ditemukan tiba-tiba lampu hidup kembali. Aldo pun mengecek kameranya yang lain. Beruntung kamera yang satunya lagi on. Suara-suara ketukan tak lagi terdengar. Aldo kuras setelah ia ada teman yang menemaninya di kontrakan itu, gangguan-gangguan aneh tak akan muncul lagi. Tapi ternyata Aldo salah. Gangguan itu masih saja ada dan semakin mengerikan.Aldo melakukan siaran live lagi. Betapa terkejutnya ia melihat hasil videonya yang tadi. Lima ribu penonton dengan dua ribu lima ratus komentar. Aldo takjub sejenak melihat angka-angka itu. Ia jadi bersemangat melakukan live lagi. Ini kali kedua live videonya meledak."Hai gais. Maaf terputus tadi. Biasa. Kamera ngadak-ngadak mati sendiri. Lanjut cerita di gang itu lagi ya gais. Pas aku lagi jalan, dari depa
"Ron, Lu dimana?" Teriak Aldo."Weits nyantai aja bos. Gak usah teriak-teriak gitu. Gue di rumah, Do.""Hah? Di rumah?!""Iya, sorry Bro. Gue gak jadi nginep. Perut gue gak bisa diajak kompromi. Takut ganggu lo, jadinya gue pulang aja.""Lu pulang? Kapan?" tanya Aldo."Waktu lo beli obat. Lama banget, gue pulang gak tahan.""Hah, dari gue beli obat?!! Terus yang tidur bareng gue siapa dong?" Aldo jadi merinding ketakutan. Kakinya lemes berasa tak menapak."Serius Lu pulang dari pas gue ke warung? Ko kita gak papasan jalan?" Aldo baru ingat kalau saat pulang dari warung, ia mengambil jalan yang lain."Lah. Lu gak percaya? Nih ngomong ama bini gue, perut masih mules nih." Lalu suara Roni menghilang pun dengan sambungan telepon yang terputus.Aldo masih lemas dan takut mengingat kalau ia semalam tidur dengan mahluk lain. Pantas saja ngoroknya beda, keras banget. Aldo juga baru ingat kalau ia dan Roni tak
Bab 8Ojek online berhenti di sebuah SPBU. Aldo yang memintanya untuk menunggu sebentar. Ada uang tips juga untuk waktu tunggu yang akan diberikan Aldo diluar ongkos. Bang Ojol lanjut mengisi bensin sedangkan Aldo langsung berlari ke kamar mandi setelah membeli beberapa keperluan mandi di minimarket.Mandi di SPBU lebih nyaman dan aman, dari pada mandi di kontrakan. Ia takut kejadian saat air keran berubah merah terulang lagi. Toilet nya bersih dan wangi, seperti baru saja dibersihkan membuat Aldo nyaman membasuh badannya. Segarrr...Setelah beres mandi Aldo kemudian melanjutkan ke sebuah toko pakaian dulu untuk mengganti bajunya. Bang Ojol dengan setia mengantar. Hanya sepasang baju saja yang ia beli dan langsung dipakai di ruang ganti setelah membayarnya lebih dulu di kasir.Baju baru, wajah fresh siap bertemu dengan seseorang yang bisa memecahkan misteri kontrakan sebenarnya. Tak sabar Aldo ingin segera bertemu pelita.[A
Part 9__Setelah menjenguk Roni di rumah sakit, Aldo mengajak Pelita untuk melihat kontrakannya. Awalnya pelita menolak karena mendapat ancaman dari mahluk-mahluk itu, namun Aldo sedikit memaksanya, maka ia pun akhirnya ikut ke kontrakan."Pelita, tadi temanku nyuruh mintain maaf ke penjaga kontrakan. Kira-kira kenapa ya?" tanya Aldo yang masih bingung saat mereka sedang berjalan menuju kontrakan."Memang sebelumnya temanmu salah apa?" tanya Pelita datar."Dia memakan sesajen di sana," ucap Aldo. Ia yakin sakitnya Roni pasti masih berkaitan dengan dengan makan sesajen itu."Oh, pantes tadi perutnya dimakan-, Ups" Pelita menutup mulutnya. Hampir saja ia mengatakan itu."Dimakan apa?" Aldo penasaran."Ya ... ja-jangan dimakan kalau sesajen, nanti ada yang marah." Pelita mengalihkan ucapannya lalu berjalan lebih cepat tak ingin Aldo menanyai hal yang bisa membuatnya salah bicara lagi.Aldo merasa aneh, mengapa Pelita tahu
Bab 10Biasanya jika ada yang meninggal, arwahnya akan ada di samping jenazah, melihat siapa saja yang melayat. Namun kali ini Pelita tak melihat arwah Roni di sana. Sekalipun korban kecelakaan atau jasadnya hilang, tapi saat pemakaman pasti mereka datang melihat yang bersedih untuknya. Makanya di beberapa negara ada jasa untuk menangis di pemakaman. (India dan Jepang) sebagai penghibur kalau sang Arwah sangat dicintai.Pelita pamit pulang lebih dulu. Sedangkan Aldo masih berada di krematorium. Ia masih shock dan bersedih atas kepergian sahabatnya itu.Aldo mengikuti semua rangkaian acara untuk melepas kepergian Roni. Acara berakhir kira-kira pukul lima sore. Aldo masih tak percaya sahabatnya kini telah pergi. Ia pun pulang ke kontrakannya. Entah mengapa kini Aldo tak takut lagi masuk ke kontrakan itu. Mungkin rasa sedih dan lelah setelah seharian di pemakaman membuat Aldo tidur dengan nyenyak.Samar-samar Aldo melihat bayangan Roni. Masih dengan ba
Aldo mencari seseorang yang bisa mengusir mahluk itu. Ia ingin hidup tenang tanpa diganggu kehidupannya oleh hal-hal yang sangat membuatnya tak nyaman."Ada yang punya kenalan orang yang bisa ngusir setan gak?" tulis Aldo membuat pengumuman di media sosial miliknya. Berharap ada seseorang yang bisa membantu mengusir mereka.Langsung banyak yang merespon. Dari sekian banyak yang menawarkan terselip satu komentar dari pelita. "Bukannya kamu senang, karena hal itu subscribe kamu jadi tambah banyak"Seperti sindiran sinis bagi Aldo. Ia lalu berpikir lagi sebenarnya apa tujuan tetap bertahan di tempat terkutuk itu. Padahal gampang, tinggal pindah saja. Uang sejuta tak seberapa baginya, itu hanya alasan semata agar tetap mendapat popularitas berkat konten horor.Ia berpura-pura tak nyaman, padahal sangat senang videonya ditonton ratusan ribu orang. Tapi, bukan kah hidup adalah tantangan."Aku bisa membantumu" sebua
Sepulang dari WC mushalla, Aldo kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Lantunan orang mengaji menandakan bahwa waktu subuh sebentar lagi tiba. Aldo yang masih mengantuk, berbaring kembali di kasur dan menarik selimut ke seluruh badannya. Dia jadi teringat mimpinya tadi tentang Roni."Mengapa ia muncul di mimpiku? Semoga kau tenang di surga kawan," ucap Aldo.Hari ini jadwal Aldo adalah mengambil barang-barang di kontrakan kenanga ke kosannya yang baru. Namun, Aldo sedikit takut, takut kalau bi Sumi marah dan murka atau mengirimkan pasukan mahluk astral-nya karena berani pindah.Aldo lalu teringat Doma. Kalau Doma ikut, pasti bisa ditangkal olehnya. Tangan Aldo meraih handphone untuk menghubungi Doma, tapi saat akan menekan tombol, Aldo teringat saat ia membawa Pelita ke sana. Bi Sumi sangat tidak suka. Nanti jadi masalah baru lagi, pikirnya. Saat
"Do, jangan tinggalin aku, Do" ucap mahluk menyerupai sahabatnya, Roni.Aldo semakin ketakutan tapi juga menangis melihat sahabatnya dirantai seperti itu."Kamu bukan Roni. Temanku sudah berada di surga. Jadi jangan coba-coba menipuku. Lepaskan kakiku. Lepaskan!"Mendengar teriakan Aldo mahluk itu melepaskan kakinya namun ia bangkit dan tangannya malah beralih ke leher Aldo. Cekikan yang sangat kuat membuat Aldo sulit bernafas. Sekuat tenaga Aldo berontak, tapi sia-sia saja."Tuhan, tolong selamatkan aku," ucap Aldo dalam hati sambil menitikan air mata. Saat Aldo mulai pasrah pada takdir Tuhan, tiba-tiba ada sosok seorang kakek-kakek memukul mahluk yang mencekik Aldo itu. Mahluk itu tersungkur dan cekikan pun terlepas. Aldo bisa bernapas bebas. Kakek berjubah putih itu, persis seperti kakek yang Aldo temui di halte tempo hari. Pund
"Sebenarnya, kita mau kemana sih, Nek?""Ke kontrakan Kenanga."Bu Lastri terkejut saat si Nenek memperlihatkan wajah aslinya yang rusak. "Astagfirullah haladzim" ucap Bu Lastri yang kemudian tak sadarkan diri.Pertarungan antara Ustad Junaidi dan kawan-kawan beserta Doma masih berlangsung sengit. Para santri yang membantu membaca shalawat satu per satu berguguran.Doma melihat Pak Rudi juga ada di pihak mereka yang ikut menyerang. Doma mengeluarkan kertas pengunci roh jahat lalu menempelkannya di dahi Pak Rudi. Ia lalu tergeletak lemah. Setidaknya, ia bisa mengamankan dulu Pak Rudi dari pertempuran ini.Ustad Junaidi masih mendapat perlawanan dari Bi Sumi. Ustad mengalungkan tasbihnya pada leher Bi Sumi. "Aduh! Aduh, panass!" teriak Bi Sumi. Lehernya seperti terbakar dan kepulan asap
Pertarungan makin sengit. Doma dihadang habis-habisan oleh mahluk berwujud wanita berambut panjang hingga menutupi sebagian wajahnya yang berjalan merangkak seperti laba-laba. Di lantai bawah Ustad Junaidi mendapat serangan berupa angin yang sangat kencang hingga hampir melemparkan tubuhnya.Angin yang membuat siapapun yang berada di pusarannya menjadi kesulitan bernapas.Walau entah bertarung dengan siapa, seperti terlihat bertarung melawan angin padahal sesungguhnya penghuni kontrakan Kenanga tengah melakukan perlawanan dengan kekuatan tak kasat mata yang sangat dahsyat.Teman Ustad Junaidi yang lain berjumlah lima orang juga mengalami serangan yang sama. Mereka tetap bertahan melantunkan ayat suci Al-Qur'an untuk melawannya. Para santri pun diminta membacakan surah Yasin sekencang-kencangnya. Nahas beberapa orang santri seperti kehilangan pita suaranya. Bacaan-nya tak
"Do. Jangan, Do. JANGAN!!"Aldo melemparkan tubuhnya dari ketinggian yang bisa meremukkan tubuhnya jika menyentuh tanah.Refleks Pelita menjerit dan menutup mata. Secara tak sadar ia telah menggunakan kekuatannya untuk menahan gaya gravitasi sehingga tubuh Aldo tak serta merta mencium tanah.Perlahan Pelita membuka matanya. Sedikit demi sedikit. Ia takut saat matanya terbuka, sebuah pemandangan mengenaskan terpampang nyata di hadapannya. Tak ada pemandangan Aldo jatuh, yang ada ia malah menatap tajam pada Pelita seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya. Aldo tiba-tiba melesat ke Arah Pelita dan berusaha mencakar dengan tangannya. Tapi tiba-tiba Doma hadir menghalau serangan itu hingga Aldo terpental.Karena merasa kalah, Aldo lalu berlari entah ke mana."Thanks, ya." Pelita ucapkan pada
#Kontrakan_200_Ribu_35"Kenapa kau mengawetkannya?" tanya Doma sambil meletakkan jenazah itu ke dalam peti. Pak Rudi tertunduk malu sekaligus sedih."Begini ... sebenarnya ... Emhh ... aku takut mayatnya diautopsi polisi. Aku merasa bersalah sekaligus takut jika kematian Kalina menimbulkan masalah untukku nantinya.Ini sebagai ungkapan terakhirku untuk melindunginya." Pak Rudi langsung menangis di samping peti."Tapi arwahnya tak tenang jika tak dikebumikan. Untuk apa? Toh dia tak akan hidup lagi. Bantu aku menghancurkan kerajaan jin yang dibangun oleh suami Bu Lastri dan Bi Sumi. Maka, Kalina pun akan terbebas."Setelah mengatakan itu, arwah Kalina datang dan menatap Doma. Ia menangis bercucuran air mata dengan wajah yang datar.Walau akhirnya Doma tak akan bisa melihat Kalina la
Beberapa saat setelah meminum minuman yang diberikan Pak Rudi, Doma tergeletak. Pak Rudi bergegas membawa Doma yang tak sadarkan diri itu ke ruang bawah tanah. Susah payah ia menyeret tubuh tambun itu. Hingga akhirnya sampai juga di depan sebuah peti. Doma digeletakan begitu saja di pinggirnya."Aku akan menyembunyikanmu di sini, Nak. Kalian akan aman di sini," ucap Pak Rudi. Lalu ia keluar dari tempat itu dan menguncinya kembali.Ustad Junaidi yang terluka akibat gigitan Aldo di pundaknya mengobati luka itu di pondok pesantren. Sengaja ia tak pulang ke rumah, karena tak ingin membuat istrinya hawatir walau jarak rumah dan pondok hanya terhalang empang saja."Seperti gigitan hewan buas, Tad. Habis tarung di mana?" tanya dokter jaga pesantren yang juga teman karibnya--Ustad Habibi."Yakin ... itu gigitan binatang?"tanya
Pelita dan Doma berusaha menggedor-gedor pintu. Namun pintu yang dikunci dari luar sangat sulit walau Doma berusa dobrak. Lewat jendela pun mana mungkin, apartemen Aldo ada di lantai atas lagi pula jendela pun ikut terkunci."Sebenarnya siapa yang mengurung kita di sini? Apa mungkin Aldo? Tapi untuk apa?" tanya Pelita pada Doma ."Entahlah, aku juga blank," jawab Doma."Aku khawatir, dia dalam bahaya." Pelita berucap sambil memandang langit ibu kota dari balik jendela."Pasti sedang ada hal besar. Makanya kita dikurung di sini." Doma dan Pelita berusaha memikirkan bagaimana cara mereka keluar dari kamar itu. Menelepon seseorang pun tak mungkin, pasti Apartemennya di kunci. Doma melihat Pelita tengah fokus pada lubang kunci. Ya ternyata kuncinya menempel dan Pelita berusaha memutar kunci itu dengan kekuatan batinnya. Itu
Aldo menyeringai saat melihat dua temannya telah tak sadarkan diri di lantai kamar tamu. Segera ia mengunci pintunya agar Doma dan Pelita tak bisa pergi walaupun mereka sudah sadar.Sebenarnya saat Aldo menanyakan Bapak kos ke rumahnya, ia tak sengaja melihat Cita tengah duduk sambil murung."Itu, Cita kenapa ada di sini?" tanya Aldo pada putri bapak kos. Lalu putri bapak kos menjawab namun suaranya berbeda dari sebelumnya. Seperti tengah kerasukan. "Dia sedang aku culik. Kalau kau ingin menyelamatkannya datang lagi besok tapi buat dua temanmu itu terkunci di kamar. Mereka akan membuat anak ini takut."Aldo yakin yang berbicara tadi bukan putri pemilik kosan, tapi jin, setan atau sejenisnya.. Ia merasa harus menyelamatkan Cita dari mahluk itu. Maka ide memberi obat tidur muncul agar Doma dan Pelita tidak tahu kemana ia pergi.Setelah mengunci
#KONTRAKAN_200_RIBU_31Setelah diusir secara tidak langsung oleh Bapak kos, Aldo memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Aldo memang mempunyai apartemen pemberian orang tuanya, namun ia kurang suka dengan keadaan apartemen yang serba besi dan kaca. Aldo lebih suka menginjakan kaki di tanah dengan semilir angin sejuk dari rimbunnya pepohonan. Bertemu orang-orang yang sangat sulit untuk bermasyarakat di lingkungan tempat tinggalnya kini Apartemen.Selain kegersangan yang monoton, sebenarnya ada hal lain yang membuat Aldo kurang nyaman menempati apartemen miliknya itu. Ia sulit tidur jika berada di sana. Mungkin karena tempatnya cukup lama tak ditempati. Jadi aura rumahnya jadi sedikit menyeramkan. Tapi, mau gimana lagi? Aldo tak punya pilihan lain sebagai tempat tinggal. Maka ia akan berusaha menikmati tempat tinggal barunya itu.Doma dan Pelita membantu Aldo pindahan. Entah mengapa, Pelita
Aldo, Doma dan Pelita meninggalkan rumah Bu Lastri menuju kosan Aldo. Namun sesampainya di kosan, barang-barang Aldo sudah ada di luar semua. Mereka sangat terkejut."Kok barang-barang gue di luar, bro?" ucap Aldo sambil memeriksa barang-barangnya."Pak ..., Bapak kos. Bapaaaak?!" Aldo mencari-cari bapak kos karena hutang penjelasan. Namun tak didapati lelaki tua itu. Aldo beberapa kali menggedor pintu rumah pemilik kontrakan. Posisi pintu kosannya di kunci namun semua barang Aldo sudah ada di luar.Munculah seorang wanita membuka pintu."Mba, mba anaknya bapak kos kan? Mau tanya, kenapa barang-barang saya dikeluarkan?" tanya Aldo cepat. Wanita itu memandang sekilas."Kata Bapak, kamar sudah tidak disewakan lagi. Jadi silahkan cari tempat lain."Aldo benar-benar tidak puas dengan jawaba