"Do, jangan tinggalin aku, Do" ucap mahluk menyerupai sahabatnya, Roni.Aldo semakin ketakutan tapi juga menangis melihat sahabatnya dirantai seperti itu."Kamu bukan Roni. Temanku sudah berada di surga. Jadi jangan coba-coba menipuku. Lepaskan kakiku. Lepaskan!"Mendengar teriakan Aldo mahluk itu melepaskan kakinya namun ia bangkit dan tangannya malah beralih ke leher Aldo. Cekikan yang sangat kuat membuat Aldo sulit bernafas. Sekuat tenaga Aldo berontak, tapi sia-sia saja."Tuhan, tolong selamatkan aku," ucap Aldo dalam hati sambil menitikan air mata. Saat Aldo mulai pasrah pada takdir Tuhan, tiba-tiba ada sosok seorang kakek-kakek memukul mahluk yang mencekik Aldo itu. Mahluk itu tersungkur dan cekikan pun terlepas. Aldo bisa bernapas bebas. Kakek berjubah putih itu, persis seperti kakek yang Aldo temui di halte tempo hari. Pund
Bapak kosan merasa hawatir dengan keadaan anak kosan yang baru, Aldo. Apalagi ia ditemukan tak sadarkan diri di jalan. Sepulangnya dari puskesmas tadi, belum juga keluar kamar. Maka bapak kos berinisiatif memberinya wedang. Saat pintu diketuk, Aldo malah berteriak. Bapak kos langsung panik dan mencari kunci cadangan. Dengan cepat ia membuka pintunya. Tiba-tiba setelah Aldo melihat yang masuk adalah bapak kos. Aldo langsung berhamburan ke pelukannya."Kakek. Terima kasih sudah menyelamatkanku lagi."Bapak kos hanya mematung tak mengerti."Sudah. Kamu aman di sini. Apa mereka mengganggumu lagi?" ucap bapak Kos menenangkan Aldo. "Ini, minum wedang. Biar tubuhmu hangat," segelas wedang hangat bapak kos berikan pada tangan Aldo.Tiba-tiba secara bersamaan Pelita dan Doma datang. Mereka seperti telah berlari jauh karena napas mereka ngos-ngosan. Terlihat sangat capek sekali.
"Halo gais. Ketemu lagi sama gue si cowok misterius jenius artemimus Aldious. Sorry kemarin-kemarin gue gak bikin konten. Gue sakit gais. Sesuai saran kalian gue pindah dari kontrakan horor itu dan tau gak, gue ampe dua kali berada di alam lain. Dicekik hantu sampai dikejar setan. Tau-tau udah di tanah kosong. Gue sampe pingsan. Gak hanya itu saja, beruntung ada kakek-kakek nyelamatin gue, dan ngasih air buat gue pake mandi. Pas air itu kena badan gue, belatung, cacing, lintah, kelabang semua keluar dari tubuh gue. Ngeri banget kan. Beruntung ada teman-teman gue yang bantu ngusir setan-setan itu. Dan ulalala gue sekarang udah sehat dan fresh lagi. Nanti gue siapin liputan tentang asal-usul kontrakan hantu itu. Pantengin terus ya gais."Aldo menutup sambungan videonya. Ternyata sudah dua ratus ribu like saat satu jam pertama penayangan.Aldo kini tak takut lagi. Malah penasaran ingin membo
Aldo masih merasa nelangsa dengan kehilangan beberapa potong bajunya. Bukan tanpa alasan beberapa diantaranya adalah kaos bermerk keluaran rumah mode dunia yang ia beli dengan jerih payahnya sebagai konten kreator selama ini. Memiliki barang branded adalah salah satu hobi Aldo yang bisa menaikan rasa percaya dirinya diantara pergaulan."Ketinggalan dimana, ya? Ketuker dengan siapa?" ucap Aldo.Gaun pengantin lebih tepatnya kebaya berwarna putih gading, mungkin karena lama tersimpan jadi berwarna kekuningan gading, masih terongok bersama jas almamater warna kuning dan sepatu bayi.Hanya melihatnya saja, rasa takut langsung timbul begitu saja. Syukur bau aneh itu sudah hilang karena Aldo menyemprotkan spray pemberian Doma pada seluruh ruangan.Kursi teras Aldo dorong hingga menghalangi daun pintu agar tak bisa menut
Malam pertama keluarga Sugeng di kontrakan baru dilewati dengan tertidur pulas semua, termasuk Cita yang tak bangun lagi setelah nangis tadi. Mereka kelelahan karena semalaman di dalam kereta.Pak Sugeng lebih dulu bangun karena harus pergi ke kantor. Kantornya yang berada cukup jauh dari kontrakan membuat ia harus berangkat lebih pagi. Wati dan Cita masih tidur saat Sugeng berangkat.Wati terbangun karena mendengar suara ribut di kamar mandi. Terdengar seperti suara Cita yang asyik mengobrol dan tertawa. Wati penasaran dengan siapa anaknya mengobrol. Saat pintu kamar mandi dibuka, terlihat Cita--Putrinya, tengah berendam di bak mandi. Bak berukuran satu kali satu meter merendam hampir sebagian tubuh putrinya."Cita, kamu ngapain berendam di bak mandi? Cepat turun! Nanti airnya kotor.,"Perintah Wati.Cita malah melotot dan me
Aldo masih mencari cara agar bisa mendapatkan cerita dari penghuni baru tentang hal mistis yang mereka alami. Namun keanehan sudah sangat kentara dengan anak kecil itu. Para penonton kontennya selalu menagih ia untuk membuat video baru yang tentu saja menarik."Bu, kalau penghuni baru kontrakan kenanga ke sini, ibu cepat hubungi aku ya!" ucap Aldo bekerja sama dengan ibu warung. Karena tempat itu lah salah satu tujuan mereka keluar kontrakan.Sedangkan Wati, sangat sulit memejamkan mata. Ia masih kepikiran hal-hal menakutkan yang ia alami seharian ini, terutama masalah Cita. Keanehan Cita semakin menjadi saat tertawa tadi. Matanya menutup tapi tawanya sangat keras. Seperti bukan tawa seorang anak kecil. Cita yang tidur di samping kasur Papanya, terlihat bangun dan berjalan menuju kamar mandi."Ta, Cita. Mau kemana, Nak?" ucap Wati. Namun putrinya itu tak
Wati juga berusaha mengejar Cita. Namun ia kehilangan jejak, tapi samar terlihat putrinya berlari ke gerbang kontrakan. Wati mencari ke setiap sudut kontrakan. Ia sangat panik, mengapa anaknya sampai berlari sekencang itu. Setelah satu jam kesana-kemari namun tak membuahkan hasil, Wati penasaran dengan rumah tempat Bi Sumi tinggal yang berada tepat di pinggir tembok pagar.Rumahnya sangat dingin dan gelap, karena berada tepat di bawah pohon beringin yang rindang. Wati ingin menanyakan, mungkin saja Bi Sumi melihat putrinya. Saat mengintip di jendela, terlihat Cita sedang makan di sana. Tapi dia makan di nampan sesajen. Wati bisa pastikan itu sesajen karena ada dupa yang masih menyala di depannya.Wati langsung menggedor-gedor pintu rumah Bi Sumi. Ia sangat panik, melihat Cita di dalam sana. Entah apa yang sedang ia lakukan."Bi ... Buka Bi! Bi Sumi ...! Citaaa!! Bukaa Nak. Buka!!" teriak Wati sambil menggedor keras daun pintu. Lalu pintu itu terbuk
Kini Wati tengah berada di dalam kosan Aldo, sembari menatap dua orang yang tengah terbaring. Entah tidur entah apa, yang pasti Aldo dan putrinya seperti sedang tertidur lelap.Tepat di belakangnya ada dua orang yang sedang duduk bersila. Seperti sedang bersemedi. Kedua tangannya direkatkan dan mata mereka terpejam. Dalam kebingungan dan kekalutan, Wati menelepon suaminya Sugeng."Halo. Pak, bapak di mana?""Masih di kantor, Ma. Ada apa?""Bapak kapan pulang?""Sepertinya bapak lembur. Pasti pulangnya larut malam. Gak apa-apa kan, Ma?"Wati tadinya ingin mengatakan keadaan Cita pada suaminya, namun mendengar sang suami harus lembur. Ia tak jadi mengatakannya dan hanya menangis dalam diam."Ya sudah, Pak. Hati-hati " tutup Wati.Entah siapa lagi ya
"Sebenarnya, kita mau kemana sih, Nek?""Ke kontrakan Kenanga."Bu Lastri terkejut saat si Nenek memperlihatkan wajah aslinya yang rusak. "Astagfirullah haladzim" ucap Bu Lastri yang kemudian tak sadarkan diri.Pertarungan antara Ustad Junaidi dan kawan-kawan beserta Doma masih berlangsung sengit. Para santri yang membantu membaca shalawat satu per satu berguguran.Doma melihat Pak Rudi juga ada di pihak mereka yang ikut menyerang. Doma mengeluarkan kertas pengunci roh jahat lalu menempelkannya di dahi Pak Rudi. Ia lalu tergeletak lemah. Setidaknya, ia bisa mengamankan dulu Pak Rudi dari pertempuran ini.Ustad Junaidi masih mendapat perlawanan dari Bi Sumi. Ustad mengalungkan tasbihnya pada leher Bi Sumi. "Aduh! Aduh, panass!" teriak Bi Sumi. Lehernya seperti terbakar dan kepulan asap
Pertarungan makin sengit. Doma dihadang habis-habisan oleh mahluk berwujud wanita berambut panjang hingga menutupi sebagian wajahnya yang berjalan merangkak seperti laba-laba. Di lantai bawah Ustad Junaidi mendapat serangan berupa angin yang sangat kencang hingga hampir melemparkan tubuhnya.Angin yang membuat siapapun yang berada di pusarannya menjadi kesulitan bernapas.Walau entah bertarung dengan siapa, seperti terlihat bertarung melawan angin padahal sesungguhnya penghuni kontrakan Kenanga tengah melakukan perlawanan dengan kekuatan tak kasat mata yang sangat dahsyat.Teman Ustad Junaidi yang lain berjumlah lima orang juga mengalami serangan yang sama. Mereka tetap bertahan melantunkan ayat suci Al-Qur'an untuk melawannya. Para santri pun diminta membacakan surah Yasin sekencang-kencangnya. Nahas beberapa orang santri seperti kehilangan pita suaranya. Bacaan-nya tak
"Do. Jangan, Do. JANGAN!!"Aldo melemparkan tubuhnya dari ketinggian yang bisa meremukkan tubuhnya jika menyentuh tanah.Refleks Pelita menjerit dan menutup mata. Secara tak sadar ia telah menggunakan kekuatannya untuk menahan gaya gravitasi sehingga tubuh Aldo tak serta merta mencium tanah.Perlahan Pelita membuka matanya. Sedikit demi sedikit. Ia takut saat matanya terbuka, sebuah pemandangan mengenaskan terpampang nyata di hadapannya. Tak ada pemandangan Aldo jatuh, yang ada ia malah menatap tajam pada Pelita seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya. Aldo tiba-tiba melesat ke Arah Pelita dan berusaha mencakar dengan tangannya. Tapi tiba-tiba Doma hadir menghalau serangan itu hingga Aldo terpental.Karena merasa kalah, Aldo lalu berlari entah ke mana."Thanks, ya." Pelita ucapkan pada
#Kontrakan_200_Ribu_35"Kenapa kau mengawetkannya?" tanya Doma sambil meletakkan jenazah itu ke dalam peti. Pak Rudi tertunduk malu sekaligus sedih."Begini ... sebenarnya ... Emhh ... aku takut mayatnya diautopsi polisi. Aku merasa bersalah sekaligus takut jika kematian Kalina menimbulkan masalah untukku nantinya.Ini sebagai ungkapan terakhirku untuk melindunginya." Pak Rudi langsung menangis di samping peti."Tapi arwahnya tak tenang jika tak dikebumikan. Untuk apa? Toh dia tak akan hidup lagi. Bantu aku menghancurkan kerajaan jin yang dibangun oleh suami Bu Lastri dan Bi Sumi. Maka, Kalina pun akan terbebas."Setelah mengatakan itu, arwah Kalina datang dan menatap Doma. Ia menangis bercucuran air mata dengan wajah yang datar.Walau akhirnya Doma tak akan bisa melihat Kalina la
Beberapa saat setelah meminum minuman yang diberikan Pak Rudi, Doma tergeletak. Pak Rudi bergegas membawa Doma yang tak sadarkan diri itu ke ruang bawah tanah. Susah payah ia menyeret tubuh tambun itu. Hingga akhirnya sampai juga di depan sebuah peti. Doma digeletakan begitu saja di pinggirnya."Aku akan menyembunyikanmu di sini, Nak. Kalian akan aman di sini," ucap Pak Rudi. Lalu ia keluar dari tempat itu dan menguncinya kembali.Ustad Junaidi yang terluka akibat gigitan Aldo di pundaknya mengobati luka itu di pondok pesantren. Sengaja ia tak pulang ke rumah, karena tak ingin membuat istrinya hawatir walau jarak rumah dan pondok hanya terhalang empang saja."Seperti gigitan hewan buas, Tad. Habis tarung di mana?" tanya dokter jaga pesantren yang juga teman karibnya--Ustad Habibi."Yakin ... itu gigitan binatang?"tanya
Pelita dan Doma berusaha menggedor-gedor pintu. Namun pintu yang dikunci dari luar sangat sulit walau Doma berusa dobrak. Lewat jendela pun mana mungkin, apartemen Aldo ada di lantai atas lagi pula jendela pun ikut terkunci."Sebenarnya siapa yang mengurung kita di sini? Apa mungkin Aldo? Tapi untuk apa?" tanya Pelita pada Doma ."Entahlah, aku juga blank," jawab Doma."Aku khawatir, dia dalam bahaya." Pelita berucap sambil memandang langit ibu kota dari balik jendela."Pasti sedang ada hal besar. Makanya kita dikurung di sini." Doma dan Pelita berusaha memikirkan bagaimana cara mereka keluar dari kamar itu. Menelepon seseorang pun tak mungkin, pasti Apartemennya di kunci. Doma melihat Pelita tengah fokus pada lubang kunci. Ya ternyata kuncinya menempel dan Pelita berusaha memutar kunci itu dengan kekuatan batinnya. Itu
Aldo menyeringai saat melihat dua temannya telah tak sadarkan diri di lantai kamar tamu. Segera ia mengunci pintunya agar Doma dan Pelita tak bisa pergi walaupun mereka sudah sadar.Sebenarnya saat Aldo menanyakan Bapak kos ke rumahnya, ia tak sengaja melihat Cita tengah duduk sambil murung."Itu, Cita kenapa ada di sini?" tanya Aldo pada putri bapak kos. Lalu putri bapak kos menjawab namun suaranya berbeda dari sebelumnya. Seperti tengah kerasukan. "Dia sedang aku culik. Kalau kau ingin menyelamatkannya datang lagi besok tapi buat dua temanmu itu terkunci di kamar. Mereka akan membuat anak ini takut."Aldo yakin yang berbicara tadi bukan putri pemilik kosan, tapi jin, setan atau sejenisnya.. Ia merasa harus menyelamatkan Cita dari mahluk itu. Maka ide memberi obat tidur muncul agar Doma dan Pelita tidak tahu kemana ia pergi.Setelah mengunci
#KONTRAKAN_200_RIBU_31Setelah diusir secara tidak langsung oleh Bapak kos, Aldo memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Aldo memang mempunyai apartemen pemberian orang tuanya, namun ia kurang suka dengan keadaan apartemen yang serba besi dan kaca. Aldo lebih suka menginjakan kaki di tanah dengan semilir angin sejuk dari rimbunnya pepohonan. Bertemu orang-orang yang sangat sulit untuk bermasyarakat di lingkungan tempat tinggalnya kini Apartemen.Selain kegersangan yang monoton, sebenarnya ada hal lain yang membuat Aldo kurang nyaman menempati apartemen miliknya itu. Ia sulit tidur jika berada di sana. Mungkin karena tempatnya cukup lama tak ditempati. Jadi aura rumahnya jadi sedikit menyeramkan. Tapi, mau gimana lagi? Aldo tak punya pilihan lain sebagai tempat tinggal. Maka ia akan berusaha menikmati tempat tinggal barunya itu.Doma dan Pelita membantu Aldo pindahan. Entah mengapa, Pelita
Aldo, Doma dan Pelita meninggalkan rumah Bu Lastri menuju kosan Aldo. Namun sesampainya di kosan, barang-barang Aldo sudah ada di luar semua. Mereka sangat terkejut."Kok barang-barang gue di luar, bro?" ucap Aldo sambil memeriksa barang-barangnya."Pak ..., Bapak kos. Bapaaaak?!" Aldo mencari-cari bapak kos karena hutang penjelasan. Namun tak didapati lelaki tua itu. Aldo beberapa kali menggedor pintu rumah pemilik kontrakan. Posisi pintu kosannya di kunci namun semua barang Aldo sudah ada di luar.Munculah seorang wanita membuka pintu."Mba, mba anaknya bapak kos kan? Mau tanya, kenapa barang-barang saya dikeluarkan?" tanya Aldo cepat. Wanita itu memandang sekilas."Kata Bapak, kamar sudah tidak disewakan lagi. Jadi silahkan cari tempat lain."Aldo benar-benar tidak puas dengan jawaba