Sebuah koran teronggok di bangku halte busway. Tulisan tentang iklan kontrakan menarik minat seorang pemuda untuk mengambilnya. Setelah mengamati sekeliling, memastikan koran itu tak bertuan barulah pemuda itu mengambilnya, lalu duduk dan membacanya. Dialah Aldo. Pemuda yang sedang mencari kontrakan untuk ia tinggali sementara. Sebagai lulusan teknik komputer, Aldo kini sedang merintis sebagai konten kreator di berbagai media sosial. Mulai dari You*ub, T*ktok dan I*. Sudah mengantongi ratusan ribu Subscriber membuat Aldo ingin fokus dengan pekerjaan barunya sebagai Youtuber atau konten kreator. Maka dari itu, ia membutuhkan sebuah ruangan atau kamar khusus, agar bisa lebih fokus bekerja.
Setelah beberapa kali mencari di lembar iklan koran itu. Pandangan Aldo tertuju pada sebuah iklan yang tertulis angka dua ratus ribu rupiah per bulan. Harga yang sangat murah untuk kontrakan di ibu kota metropolitan. Letaknya juga sangat strategis di daerah pusat Jakarta. Aldo pun langsung menghubungi nomor yang tertera.
"Halo, benar dengan kontrakan Kenanga?"
"Iya, benar. Ada apa ya, Mas?"
"Kontrakannya, masih kosong gak, Mba?"
"Oh. Masih-masih. Mas mau nyewa?"
"Serius itu dua ratus per bulan?"
"Serius. Beneran, Mas. Dua ratus ribu rupiah per bulan,"
"Kok murah banget ya, Mba?"
"Ya, sudah dua juta aja kalau gitu,"
"Eh, enggak. Saya cuma mastiin aja."
"Ya sudah. Minat, gak?"
"Iya minat."
"Datang saja ke alamat itu, kalau sudah dekat, telepon saya. Nanti di jemput dekat gangnya."
Tanpa merasa curiga apapun, setelah telepon berakhir Aldo bergegas menuju alamat di iklan itu. Jalan kenanga no 45. Hanya sekitar lima belas menit saja dengan ojek online sudah sampai di alamat itu. Setelah sampai di depan gang, Aldo pun menghubungi nomor tadi.
"Mba, saya sudah di depan gang. Dekat tukang bakso.""Iya, saya ke sana sekarang."
Tak lama, seorang wanita paruh baya muncul dari dalam gang." Mas yang mau ngontrak, ya? Mari ikut saya!"
Aldo pun mengikuti ibu tersebut. Hanya melewati beberapa rumah saja, sudah sampai di kontrakan yang di maksud.Kontrakannya berada di lantai dua. Sedangkan rumah pemilik di bawahnya. Terdapat empat buah kontrakan.
"Ini yang dua ratus ribu." Ibu itu menunjukan kontrakan paling ujung dan membuka pintunya. "Silahkan, lihat-lihat dulu."
Kontrakan berukuran 6x4 meter. Sebuah ruangan tanpa sekat lalu dapur dan kamar mandi kecil di belakang. Semua bersih dan rapi. Aldo pun menyukainya.
"Oke, saya ambil, Bu. Ini. Satu juta. Saya bayar lima bulan sekaligus." Aldo sangat senang bisa mendapat kontrakan yang cukup luas, membuatnya bisa leluasa mengedit dan membuat rekaman tanpa harus takut mengganggu orang lain.Sudah ada kasur, selimut dan lemari disediakan oleh pemilik kontrakan. Aldo tak perlu repot banyak membawa barang. Cukup sebuah meja untuk meletakan laptopnya dan kursi untuk ia duduk agar nyaman memainkan jemari di keyword.
Setelah ibu kontrakan pergi, Aldo mulai berbenah. Suasana ruangan itu jadi dingin seketika. Ditambah tak ada jalan cahaya. Walau siang hari pun, lampu harus tetap di nyalakan. Tiba-tiba bau anyir darah menyeruak. Aldo sampai terbatuk-batuk dan mau muntah. Ia lalu membuka pintu dan keluar. Sengaja pintu dibiarkan terbuka agar udara bisa masuk mengganti bau yang entah dari mana.
Hari sudah mulai petang. Matahari telah terbenam meninggalkan rona kemerahan di langit ufuk barat. Seiring dengan lantunan azan berkumandang. Sunyi dan sepi saat malam menjelang di kawasan itu. Hanya ada lampu-lampu bisu dan angin yang berpindah tempat. Aldo yang berniat mencari makan, mengurungkan niatnya. Ia kembali ke dalam kontrakan untuk berbenah.
"Siaran live asyik nih," ujar Aldo. Ia lalu menghidupkan handphonenya dan melakukan siaran live.
"Hai gais ini kontrakan baru aku. Lelah banget seharian nyari, baru dapet. Yuk temenin aku beres-beres," ucap Aldo pada layar kamera.
Lalu sebuah chat memberi komentar.
"Do, kok rame banget. Ada pesta ya di belakang?""Do, itu yang nangis siapa?"
"Do, ada yang ngejerit"
Aldo yang membaca komentar di layarnya seketika merinding.
"Jangan bercanda ah. Gak lucu. Orang aku sendirian di sini. Hahaha" jawab Aldo. Ia pun meneruskan kegiatan beres-beresnya sambil berbicara pada kamera. Setelah selesai memasang sprei pada kasurnya, Aldo pun mengecek kembali komentar-komentar penontonnya.
"Do, serius ada yang nangis."
"Iya, aku juga denger."
"Dia sengaja kali bikin konten horor."
"Do, cewe yang disuruh nangis sama Lo, menghayati bgt. Persis bgt kun-kun"
Aldo panik. Semua penontonnya mengatakan kalau mereka mendengar suara tangisan. Aldo menghentikan siaran langsungnya dan mengecek kembali video yang ia buat tadi. Anehnya videonya susah kembali di putar. Loading. Aldo pun menelepon sahabatnya yang tadi ikut berkomentar.
"Ref, tadi beneran kamu denger suara perempuan nangis di video live ku?
"Iya, bener. Malah temen-temen lagi rame bahas kamu. Katanya ide kamu bikin konten horor sukses bikin mereka merinding."
"Aslinya, Ref? Jangan bercanda." ujar Aldo
"Ya elah masa gue bohong,"
Lalu video itu terputar dengan sendirinya. Ada suara Aldo yang sedang bicara dan benar, ada suara tangisan seorang wanita. Tangisannya sangat memilukan. Semakin lama-semakin keras. Aldo jadi paranoid. Jelas-jelas ia hanya sendirian saat gambar itu di ambil. Lalu bagaimana bisa ada suara yang ikut terekam?
Aldo mengecek kembali video yang ia buat untuk mengedit bagian mana saja yang perlu dibuang. Ternyata suara tangisan dan tertawa itu hampir ada di setiap rekaman.
Aldo takut sekaligus bingung tak mengerti dengan keadaan yang sedang ia alami. Ini pertama kalinya ia mengalami hal diluar nalar seperti ini. Semakin lama menontonnya, bulu kuduk Ald semakin berdiri. Ia putuskan untuk memejamkan mata saja namun sulit matanya terpejam. Dari mana suara-suara itu berasal ya?
Part 2Setelah melihat hasil rekamannya yang memang sedikit misterius. Aldo tak ingin ambil pusing. Tubuhnya ingin segera istirahat karena kelelahan. Ia berbaring di kasur, matanya mulai ingin menutup, namun saat hampir terjaga, samar-samar terlihat bayangan hitam melayangl ke arah dapur. Mata Aldo pun refleks terbuka, karena bayangan hitam itu sangat besar dan tinggi.Setelah itu ada suara seperti orang yang sedang mandi menyiukan air dengan gayung sangat keras.Gjeburr...!Gejebur...!Gejebur!Aldo makin terkejut. Jantungnya berpacu jadi cepat. Ia melirik ke jam di handphonenya, terlihat pukul dua belas pas. "Siapa yang mandi jam segini?" ucap Aldo. Ia menepuk-nepuk pipinya, mungkin saja yang dilihat dan didengarnya hanya halusinasi dia saja. Tapi suara air dan gayung beradu seperti sedang mandi seseorang, masih terdengar. Aldo menarik nafas panjang. Ngantuknya sudah menguap, berganti dengan rasa tegang dan takut. Kepalang horor, dia menyalakan HP unt
Part 3"Do, bangun do!"Aldo akhirnya membuka mata setelah mendengar suara yang memanggil dan menyentuh-nyentuh pipinya."Lo, kenapa tidur di sini sih?""Hah?! Dimana?" Aldo memandang ke sekeliling. Ternyata ia tertidur di bak mandi. Semua bajunya basah, logikanya kalau baju basah atau kedinginan kan susah untuk terlelap tidur dan Aldo yakin diingatan terakhirnya saat mati lampu, dia ada di depan pintu. Kenapa bisa jadi di kamar mandi? Benar-benar aneh."Tolong! Tolongin gue gais. Bawa gue pergi," kata Aldo ketakutan."Lo kenapa, Do? Makanya gue dan Roni ke sini. Lihat postingan Lo semalam. Kita ngehawatirin lo." Dipapahnya Aldo oleh teman-temannya ke ruang tengah."Muke lu pucet banget, Do. Lu belum makan kan? Tuh gue bawa nasi Padang. Makan gih,""Wah, makasih. Friend. Emang bener gue kelaparan dari kemarin." Aldo menyantapnya dengan lahap setelah mengeringkan badan."Wah! Do! Follower dan subsqribe lu namb
Aldo yang sampai di depan gerbang, terkejut melihat pintu kontrakannya terbuka. Ia ingat betul, kalau pintunya sudah dikunci sebelum pergi tadi. Lalu ia merogoh saku, ujung tangannya menyentuh kunci yang masih ada di sana."Ron, kontrakan gue pintunya kebuka. Ron! Cepetan!" Aldo berlari menaiki tangga menuju kamar kontrakannya yang berada di pojok lantai dua. Aldo takut, barang-barang berharganya seperti laptop, kamera dan lain-lain hilang di curi. Barang itu yang pertama Aldo cari keberadaannya. Tapi semua rapi. Masih ada di tempatnya. Tapi bau kemenyan bakar sangat menusuk hidung saat masuk ke sana."Do, kok ada sesajen di sini?" ucap RoniAldo dan Roni kaget melihat ada sesajen dengan kemenyan yang masih mengepul berada di atas tempat tidur."Hah, sesajen?!" kata Ronim"Jangan-jangan??" Aldo dan Roni saling pandang. Aldo kebingungan, maksudnya apa ini? Tapi ia lebih kesal karena ada orang yang sembarangan masuk ke kamarnya.
Part 5Roni tak mengindahkan ucapan Aldo karena berlari lagi ke WC. Aldo lalu pergi sendiri ke warung depan gang sambil membawa galon kosong. Sekalian isi air.Jalan menuju warung harus melewati gang sempit yang agak gelap, karena pencahayaan yang hampir tak ada. Hanya mengandalkan satu lampu di ujung gang sebagai penerang.Saat Aldo sedang berjalan di gang sempit dan gelap itu, tiba-tiba dari arah depan ada segerombolan pria berpakaian preman hendak melintas juga. Keadaan gang yang sempit, memaksa salah satu harus menyender pada dinding untuk mempersilahkan yang lain lewat dulu. Aldo yang badannya lebih kecil, mengalah memberi jalan.Saat pria-pria berbadan tambun melintas aroma bau melati lalu kapur barus menyeruak ke indra penciuman Aldo. Ia berusaha menahan napas karena baunya sangat menyengat, tapi sia-sia saja. Tetap bau melati dan kapur barus itu membuat Aldo pusing dan hampir muntah.Anehnya setelah Aldo menengok ke belakang. Pria-pria tadi
Part 6Saat suasana masih mencekam. Membangunkan Roni percuma. Dia seperti mayat hidup tak bisa dibangunkan dengan pukulan tanganm Aldo berusaha mencari lampu emergency. Saat lampu berhasil ditemukan tiba-tiba lampu hidup kembali. Aldo pun mengecek kameranya yang lain. Beruntung kamera yang satunya lagi on. Suara-suara ketukan tak lagi terdengar. Aldo kuras setelah ia ada teman yang menemaninya di kontrakan itu, gangguan-gangguan aneh tak akan muncul lagi. Tapi ternyata Aldo salah. Gangguan itu masih saja ada dan semakin mengerikan.Aldo melakukan siaran live lagi. Betapa terkejutnya ia melihat hasil videonya yang tadi. Lima ribu penonton dengan dua ribu lima ratus komentar. Aldo takjub sejenak melihat angka-angka itu. Ia jadi bersemangat melakukan live lagi. Ini kali kedua live videonya meledak."Hai gais. Maaf terputus tadi. Biasa. Kamera ngadak-ngadak mati sendiri. Lanjut cerita di gang itu lagi ya gais. Pas aku lagi jalan, dari depa
"Ron, Lu dimana?" Teriak Aldo."Weits nyantai aja bos. Gak usah teriak-teriak gitu. Gue di rumah, Do.""Hah? Di rumah?!""Iya, sorry Bro. Gue gak jadi nginep. Perut gue gak bisa diajak kompromi. Takut ganggu lo, jadinya gue pulang aja.""Lu pulang? Kapan?" tanya Aldo."Waktu lo beli obat. Lama banget, gue pulang gak tahan.""Hah, dari gue beli obat?!! Terus yang tidur bareng gue siapa dong?" Aldo jadi merinding ketakutan. Kakinya lemes berasa tak menapak."Serius Lu pulang dari pas gue ke warung? Ko kita gak papasan jalan?" Aldo baru ingat kalau saat pulang dari warung, ia mengambil jalan yang lain."Lah. Lu gak percaya? Nih ngomong ama bini gue, perut masih mules nih." Lalu suara Roni menghilang pun dengan sambungan telepon yang terputus.Aldo masih lemas dan takut mengingat kalau ia semalam tidur dengan mahluk lain. Pantas saja ngoroknya beda, keras banget. Aldo juga baru ingat kalau ia dan Roni tak
Bab 8Ojek online berhenti di sebuah SPBU. Aldo yang memintanya untuk menunggu sebentar. Ada uang tips juga untuk waktu tunggu yang akan diberikan Aldo diluar ongkos. Bang Ojol lanjut mengisi bensin sedangkan Aldo langsung berlari ke kamar mandi setelah membeli beberapa keperluan mandi di minimarket.Mandi di SPBU lebih nyaman dan aman, dari pada mandi di kontrakan. Ia takut kejadian saat air keran berubah merah terulang lagi. Toilet nya bersih dan wangi, seperti baru saja dibersihkan membuat Aldo nyaman membasuh badannya. Segarrr...Setelah beres mandi Aldo kemudian melanjutkan ke sebuah toko pakaian dulu untuk mengganti bajunya. Bang Ojol dengan setia mengantar. Hanya sepasang baju saja yang ia beli dan langsung dipakai di ruang ganti setelah membayarnya lebih dulu di kasir.Baju baru, wajah fresh siap bertemu dengan seseorang yang bisa memecahkan misteri kontrakan sebenarnya. Tak sabar Aldo ingin segera bertemu pelita.[A
Part 9__Setelah menjenguk Roni di rumah sakit, Aldo mengajak Pelita untuk melihat kontrakannya. Awalnya pelita menolak karena mendapat ancaman dari mahluk-mahluk itu, namun Aldo sedikit memaksanya, maka ia pun akhirnya ikut ke kontrakan."Pelita, tadi temanku nyuruh mintain maaf ke penjaga kontrakan. Kira-kira kenapa ya?" tanya Aldo yang masih bingung saat mereka sedang berjalan menuju kontrakan."Memang sebelumnya temanmu salah apa?" tanya Pelita datar."Dia memakan sesajen di sana," ucap Aldo. Ia yakin sakitnya Roni pasti masih berkaitan dengan dengan makan sesajen itu."Oh, pantes tadi perutnya dimakan-, Ups" Pelita menutup mulutnya. Hampir saja ia mengatakan itu."Dimakan apa?" Aldo penasaran."Ya ... ja-jangan dimakan kalau sesajen, nanti ada yang marah." Pelita mengalihkan ucapannya lalu berjalan lebih cepat tak ingin Aldo menanyai hal yang bisa membuatnya salah bicara lagi.Aldo merasa aneh, mengapa Pelita tahu
"Sebenarnya, kita mau kemana sih, Nek?""Ke kontrakan Kenanga."Bu Lastri terkejut saat si Nenek memperlihatkan wajah aslinya yang rusak. "Astagfirullah haladzim" ucap Bu Lastri yang kemudian tak sadarkan diri.Pertarungan antara Ustad Junaidi dan kawan-kawan beserta Doma masih berlangsung sengit. Para santri yang membantu membaca shalawat satu per satu berguguran.Doma melihat Pak Rudi juga ada di pihak mereka yang ikut menyerang. Doma mengeluarkan kertas pengunci roh jahat lalu menempelkannya di dahi Pak Rudi. Ia lalu tergeletak lemah. Setidaknya, ia bisa mengamankan dulu Pak Rudi dari pertempuran ini.Ustad Junaidi masih mendapat perlawanan dari Bi Sumi. Ustad mengalungkan tasbihnya pada leher Bi Sumi. "Aduh! Aduh, panass!" teriak Bi Sumi. Lehernya seperti terbakar dan kepulan asap
Pertarungan makin sengit. Doma dihadang habis-habisan oleh mahluk berwujud wanita berambut panjang hingga menutupi sebagian wajahnya yang berjalan merangkak seperti laba-laba. Di lantai bawah Ustad Junaidi mendapat serangan berupa angin yang sangat kencang hingga hampir melemparkan tubuhnya.Angin yang membuat siapapun yang berada di pusarannya menjadi kesulitan bernapas.Walau entah bertarung dengan siapa, seperti terlihat bertarung melawan angin padahal sesungguhnya penghuni kontrakan Kenanga tengah melakukan perlawanan dengan kekuatan tak kasat mata yang sangat dahsyat.Teman Ustad Junaidi yang lain berjumlah lima orang juga mengalami serangan yang sama. Mereka tetap bertahan melantunkan ayat suci Al-Qur'an untuk melawannya. Para santri pun diminta membacakan surah Yasin sekencang-kencangnya. Nahas beberapa orang santri seperti kehilangan pita suaranya. Bacaan-nya tak
"Do. Jangan, Do. JANGAN!!"Aldo melemparkan tubuhnya dari ketinggian yang bisa meremukkan tubuhnya jika menyentuh tanah.Refleks Pelita menjerit dan menutup mata. Secara tak sadar ia telah menggunakan kekuatannya untuk menahan gaya gravitasi sehingga tubuh Aldo tak serta merta mencium tanah.Perlahan Pelita membuka matanya. Sedikit demi sedikit. Ia takut saat matanya terbuka, sebuah pemandangan mengenaskan terpampang nyata di hadapannya. Tak ada pemandangan Aldo jatuh, yang ada ia malah menatap tajam pada Pelita seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya. Aldo tiba-tiba melesat ke Arah Pelita dan berusaha mencakar dengan tangannya. Tapi tiba-tiba Doma hadir menghalau serangan itu hingga Aldo terpental.Karena merasa kalah, Aldo lalu berlari entah ke mana."Thanks, ya." Pelita ucapkan pada
#Kontrakan_200_Ribu_35"Kenapa kau mengawetkannya?" tanya Doma sambil meletakkan jenazah itu ke dalam peti. Pak Rudi tertunduk malu sekaligus sedih."Begini ... sebenarnya ... Emhh ... aku takut mayatnya diautopsi polisi. Aku merasa bersalah sekaligus takut jika kematian Kalina menimbulkan masalah untukku nantinya.Ini sebagai ungkapan terakhirku untuk melindunginya." Pak Rudi langsung menangis di samping peti."Tapi arwahnya tak tenang jika tak dikebumikan. Untuk apa? Toh dia tak akan hidup lagi. Bantu aku menghancurkan kerajaan jin yang dibangun oleh suami Bu Lastri dan Bi Sumi. Maka, Kalina pun akan terbebas."Setelah mengatakan itu, arwah Kalina datang dan menatap Doma. Ia menangis bercucuran air mata dengan wajah yang datar.Walau akhirnya Doma tak akan bisa melihat Kalina la
Beberapa saat setelah meminum minuman yang diberikan Pak Rudi, Doma tergeletak. Pak Rudi bergegas membawa Doma yang tak sadarkan diri itu ke ruang bawah tanah. Susah payah ia menyeret tubuh tambun itu. Hingga akhirnya sampai juga di depan sebuah peti. Doma digeletakan begitu saja di pinggirnya."Aku akan menyembunyikanmu di sini, Nak. Kalian akan aman di sini," ucap Pak Rudi. Lalu ia keluar dari tempat itu dan menguncinya kembali.Ustad Junaidi yang terluka akibat gigitan Aldo di pundaknya mengobati luka itu di pondok pesantren. Sengaja ia tak pulang ke rumah, karena tak ingin membuat istrinya hawatir walau jarak rumah dan pondok hanya terhalang empang saja."Seperti gigitan hewan buas, Tad. Habis tarung di mana?" tanya dokter jaga pesantren yang juga teman karibnya--Ustad Habibi."Yakin ... itu gigitan binatang?"tanya
Pelita dan Doma berusaha menggedor-gedor pintu. Namun pintu yang dikunci dari luar sangat sulit walau Doma berusa dobrak. Lewat jendela pun mana mungkin, apartemen Aldo ada di lantai atas lagi pula jendela pun ikut terkunci."Sebenarnya siapa yang mengurung kita di sini? Apa mungkin Aldo? Tapi untuk apa?" tanya Pelita pada Doma ."Entahlah, aku juga blank," jawab Doma."Aku khawatir, dia dalam bahaya." Pelita berucap sambil memandang langit ibu kota dari balik jendela."Pasti sedang ada hal besar. Makanya kita dikurung di sini." Doma dan Pelita berusaha memikirkan bagaimana cara mereka keluar dari kamar itu. Menelepon seseorang pun tak mungkin, pasti Apartemennya di kunci. Doma melihat Pelita tengah fokus pada lubang kunci. Ya ternyata kuncinya menempel dan Pelita berusaha memutar kunci itu dengan kekuatan batinnya. Itu
Aldo menyeringai saat melihat dua temannya telah tak sadarkan diri di lantai kamar tamu. Segera ia mengunci pintunya agar Doma dan Pelita tak bisa pergi walaupun mereka sudah sadar.Sebenarnya saat Aldo menanyakan Bapak kos ke rumahnya, ia tak sengaja melihat Cita tengah duduk sambil murung."Itu, Cita kenapa ada di sini?" tanya Aldo pada putri bapak kos. Lalu putri bapak kos menjawab namun suaranya berbeda dari sebelumnya. Seperti tengah kerasukan. "Dia sedang aku culik. Kalau kau ingin menyelamatkannya datang lagi besok tapi buat dua temanmu itu terkunci di kamar. Mereka akan membuat anak ini takut."Aldo yakin yang berbicara tadi bukan putri pemilik kosan, tapi jin, setan atau sejenisnya.. Ia merasa harus menyelamatkan Cita dari mahluk itu. Maka ide memberi obat tidur muncul agar Doma dan Pelita tidak tahu kemana ia pergi.Setelah mengunci
#KONTRAKAN_200_RIBU_31Setelah diusir secara tidak langsung oleh Bapak kos, Aldo memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Aldo memang mempunyai apartemen pemberian orang tuanya, namun ia kurang suka dengan keadaan apartemen yang serba besi dan kaca. Aldo lebih suka menginjakan kaki di tanah dengan semilir angin sejuk dari rimbunnya pepohonan. Bertemu orang-orang yang sangat sulit untuk bermasyarakat di lingkungan tempat tinggalnya kini Apartemen.Selain kegersangan yang monoton, sebenarnya ada hal lain yang membuat Aldo kurang nyaman menempati apartemen miliknya itu. Ia sulit tidur jika berada di sana. Mungkin karena tempatnya cukup lama tak ditempati. Jadi aura rumahnya jadi sedikit menyeramkan. Tapi, mau gimana lagi? Aldo tak punya pilihan lain sebagai tempat tinggal. Maka ia akan berusaha menikmati tempat tinggal barunya itu.Doma dan Pelita membantu Aldo pindahan. Entah mengapa, Pelita
Aldo, Doma dan Pelita meninggalkan rumah Bu Lastri menuju kosan Aldo. Namun sesampainya di kosan, barang-barang Aldo sudah ada di luar semua. Mereka sangat terkejut."Kok barang-barang gue di luar, bro?" ucap Aldo sambil memeriksa barang-barangnya."Pak ..., Bapak kos. Bapaaaak?!" Aldo mencari-cari bapak kos karena hutang penjelasan. Namun tak didapati lelaki tua itu. Aldo beberapa kali menggedor pintu rumah pemilik kontrakan. Posisi pintu kosannya di kunci namun semua barang Aldo sudah ada di luar.Munculah seorang wanita membuka pintu."Mba, mba anaknya bapak kos kan? Mau tanya, kenapa barang-barang saya dikeluarkan?" tanya Aldo cepat. Wanita itu memandang sekilas."Kata Bapak, kamar sudah tidak disewakan lagi. Jadi silahkan cari tempat lain."Aldo benar-benar tidak puas dengan jawaba