Malam itu mereka bertiga tidur cepat setelah makan malam, dan bangun agak kesiangan, kecuali Lucy tentunya. Lucy sudah tidak ada di ranjangnya ketika Lily dan Cecil bangun, Gadis itu sepertinya terlalu bersemangat untuk undangan sang Countess, seolah belum puas dengan diskusi mereka kemarin.
Lizzy membawa Lucy mengunjungi perpustakaannya dan gadis itu terkagum-kagum dengan koleksi buku sang Countess. Lady Elizabeth mempersilahkan Lucy untuk memilih buku yang dia sukai, gadis itu mengambil beberapa yang sepertinya tidak akan selesai untuk dia baca dalam satu malam.
"Kau bisa membawanya pulang."
"Oh, tidak, Maam, ini buku yang sangat berharga," Lily tau hanya keluarga kerajaan yang biasanya memiliki buku dengan sampul macam itu.
"Anggap itu hadiah dariku, karena Anda sudah menemaniku sepanjang hari ini, Lady."
"Sungguh kehormatan yang luar biasa, Maam."
"Aku senang kau memilikinya," tambah sang Countess, "dulu putriku juga sering membacanya."
"Lady Annelies ?" tambah Lucy.
Lizzy kembali tersenyum saat menatap Lucy, "kau mirip dengannya."
Lucy tau mungkin bukan kemiripan secara fisik yang di maksut sang Countes. Lucy masih ingat jelas dengan mantan tunangan kakak laki-lakinya itu.
"Kadang kami juga masih merindukan Will," ungkap Lucy saat memperhatikan sampul buku di tangannya, "dia juga sering menghadiahiku buku."
"Dia pemuda yang luar biasa," sambung Lady Elizabeth ikut merasa terharu tiap kali teringat pemuda rupawan yang sangat dicintai putrinya itu.
"Terimakasih, Maam."
"Aku sangat bahagia David akan memiliki gadis sepertimu."
Entah bagaiman tiba-tiba Lucy merasa sangat buruk, mungkin karena hubungannya dan David tidak pernah seindah apa yang di bayangan sang Countess. Mungkin dirinya memang hanya akan mengecewakan semua orang, dan Lucy mulai tidak tahan saat harus memikirkannya.
Lucy berjalan cepat dengan membopong tumpukan buku yang di hadiahkan Lady Elizabeth, gadis itu hanya ingin segera kembali kekamarnya saat melihat David bersama Cecil di dekat kolam teratai.
Seketika Lucy langsung teringat apa yang penah dilakukan pria berengsek itu padanya di tempat tersebut, dan tiba-tiba Lucy hanya ingin melempar tumpukan bukunya ke kepala David. Kembali lagi Lucy mengingat perkataan Lady Elizabeth dan entah bagaimana dia tidak ingin mengecewakan harapan sang Countes hanya dalam waktu sesingkat itu. Mungkin lain kali dia tetap akan membuat perhitungan dengan David Stanley.
Lord Stanley kembali mengadakan perjamuan makan malam di hari terakhir kunjungan George Harrington dan ketiga putrinya. Nicholas meminta maaf atas ke alphaan putra pertamanya yang harus segera kembali ke Glasgow tapi sepertinya semua itu tetap tak mengurangin kebahagiaan mereka malam itu.
Setelah makan malam mereka sempat saling berbincang untuk kembali saling mengakrabkan diri. Kali ini Lady Elizabeth terlihat duduk dengan putri Harrington yang termuda, Lily sedang menceritakan pengalamannya bersama dengan putra nya,Henry, dan sang Countes terlihat beberapa kali ikut tertawa lepas saat mendengarkan cerita has Lily yang luar biasa penuh energi.
Saat melihat para laki-laki yang sedang bertukar pendapat mengenai kualitas anggur yang ada di gelas mereka, tiba-tiba Lucy ingat harus menyelesaikan urusannya dengan David Stanley. Pemuda itu sedang terlibat obrolan dengan Ayahnya George saat Lucy menghampirinya.
"Bisakah saya meminta waktu Anda sebentar, Tuan? " Lucy sengaja menunjukkan sikap hormat di depan Lord Stanley dan ayahnya.
"Tentu Lady, Anda berhak membawa putraku pergi kemanapun," goda Nicholas pada putranya yang sebenarnya masih terkejut dengan kedatangan Lucy bersama senyum manisnya. David mengakui sebenarnya tunangannya itu memiliki bibir penuh yang Indah andai saja tidak hanya dia gunakan untuk memaki keberengsekannya. David ingat bagaimana dia pernah tidak tahan untuk mencegah dirinya hingga dia di hadiahi tamparan oleh gadis itu.
"Mari Lady," David mengulurkan tangannya untuk menyambut sang Lady dan membawanya berjalan pergi.
"Kita mau kemana? " tanya David ragu, karena tidak masuk akal jika gadis sekeras Lucy tiba-tiba bersikap terlalu manis seperti itu.
Lucy membawanya berjalan keluar melewati anak tangga menuju halanam rumput di dekat kolam air mancur. Gadis itu segera melepaskan tangannya dari lipatan lengan David yang sedari tadi menyangganya ringan. Lucy merasa sudah cukup aman untuk mulai bicara.
"Jangan pikir aku tidak tau Anda sengaja mendekati saudariku."
"Apa Anda cemburu Lady? " tanya David saat merendahkan kepalanya untuk mengimbangi tinggi badan Lucy.
"Ingat dia tunangan saudaramu."
"Omong kosong, akui saja kecemburuan Anda, Lady," ejek David dengan seringai sinisnya.
"Jangan bermimpi !" tepis tegas Lucy menantang pemuda itu dengan berani saat menatap kedua maniknmatanya tanpa berkedip, "aku hanya peduli dengan saudariku, dan tolong jaga sikap Anda!"
"Siapapun akan mengakui jika Lady Cecil jauh lebih menarik dari pada Anda," David masih coba menghinanya dengan begitu terus terang.
"Jangan pikir aku tidak sering mendengarnya, saudariku memang beruntung dan sangat tidak pantas untuk berengsek seperti Anda, Tuan!"
"Kau tidak bisa mencegahnya," tantang David.
"Aku bisa, dan lihat saja! " tegas Lucy sebelum pergi meninggalkan David Stanley yang seperti masih tertancap di halaman rumput.
*****
Akhirnya George dan ketiga putrinya harus pulang setelah empat hari kunjungan mereka di Newcastle. George dan Nicholas sepertinya sangat bahagia dengan pertemuan putra-putri mereka yang berjalan lancar, meski sebenarnya mereka tidak pernah tau drama apa yang sedang di mainkan anak-anak mereka.
Rombongan kereta mereka sudah keluar dari halaman keluarga Stanley, dalam hati Lucy berharap jika kunjungan mereka ke Newcastle itu hanyalah mimpi buruk belaka dan akan segera berlalu, bisa Pulang kembali ke Canterbury adalah berkah yang luar biasa baginya. Sungguh perjalanan dua minggu tersebut sepertinya memang akan menjadi pengalaman paling mengerikan di sepanjang hidupnya.
Lucy sama sekali tak mengajak Cecil bicara karena masih jengkel dengan kebodohannya. Sementara Cecil yang merasa diabaikan hanya bisa kembali mengungkit kesedihanya sendiri tentang Brandon Lington yang seperti mengabaikannya begitu saja. Tapi, meski demikian Cecil tetap berusaha berpikir positif seperti apa yang berulang kali dikatakan Lily untuk menghiburnya.
Lily coba mengabaikan perang dingin di antara kedua saudarinya, karena dia sendiri sepertinya juga masih belum bisa melupakan penghinaan Duke of Greenock kepadanya tempo hari, dan sepertinya hal itu memang masih sangat mempengaruhinya. Sementara Lucy dan Cecil yang masih tidak banyak bicara kembali membuat Lily ragu untuk bercerita. Entah ketegangan apa yang sedang coba mereka sembunyikan darinya, kedua saudarinya itu memang ahli dalam menyembunyikan pikiran masing-masing saat tidak ingin diketahui olehnya. Lily coba mengabaikannya karena dia sudah biasa melihat saudarinya bertengkar, gadis itu sudah tidak khawatir karena tahu mereka akan segera kembali berbaikan. Walau kali ini dirinya sedang butuh teman untuk bicara. Akhirnya Lily terpaksa memilih ikut diam dari pada harus memaksakan obrolan yang tidak menyenangkan pada ahirnya.
Ketiga Putri Harrington memang sudah terbiasa hidup nyaman di bawah pengasuhan sang nenek, tak mengherankan jika Lady Marry seringkali memanjakan ketiga cucu perempuannya, bahkan keonaran mereka pun sering kali dianggap lucu oleh sang Countes.
Selang beberapa hari setelah kembalinya mereka kekediaman Harrington, ternyata Lily tetap tidak berani bercerita perihal pembicaraannya dengan Duke of Greenock. Karena, jujur Lily hanya tidak tega merusak kegembiraan kakaknya Cecil, yang sepertinya masih sangat bahagia dengan pikiran bahwa pria yang akan menikahinya ternyata sama sekali tidak buruk bahkan terlalu tampan. Gadis itu memang sudah tidak sabar menanti kunjungan para putra Lord Stanley musim panas nanti yang tinggal dua bulan lagi.
Berbanding terbalik dengan kakak keduanya Lucy, gadis itu sudah begitu muak jika masih harus dipaksa bertemu lagi dengan calon suaminya. David Stanley benar-benar pria berengsek, Lucy masih ingat jelas bagaimana kali terakhir mereka bertengkar.
Sedangkan Lily hanya bisa berdoa semoga Brandon Lington benar-benar tidak akan datang, karena bagi Lily penghinaannya waktu itu masih sangat memalukan untuk diingat.
*****
Musim panas akhirnya tiba......Sepertinya Tuhan memang lebih mendengarkan doa Lily dibanding doa kakak perempuannya Cecil.Brandon Lington benar-benar tidak datang, karena ternyata hanya dua putra Stanley yang berkunjung. Lily sangat senang, dan segera menyambut Henry dengan senyum cerianya. Kebahagiaannya terdengar agak egois jika menilai kekecewaan Cecil, tapi Lily hanya bisa memilih diam tak berani mengeluarkan pendapatnya saat Cecil mulai merancau dengan berbagai keluhannya."Aku merasa buruk," isak Cecil."Apa yang terjadi padaku, jika kau yang sempurna saja merasa buruk," timpal Lucy masih tak berpaling dari bukunya."Aku sudah dua puluh tiga tahun, Lucy.""Pasti akan ada pria baik yang akan memilihmu."Cecil adalah gadis yang terlalu cantik, lembut dan sekaligus rapuh. Maka jangan heran jika kecantikannya jadi tak berguna karena dia hanya menghabiskan waktunya untuk bersembunyi di pekarangan Harrington.Cecil juga tidak pernah
Di balik drama ketiga Putri Harrington, David Stanley justru seperti mendapat kesempatan terbuka untuk mulai kembali mendekati Lady Cecil. David pun mulai mengabaikan masalahnya dengan Lucy yang ternyata juga lebih memilih mengabaikannya. Sesuatu yang aneh untuk dipikirkan kenapa Lucy sepertinya sama sekali tak menghiraukan usahanya mendekati Lady Cecil lagi, padahal terakhir mereka masih berdebat cukup sengit tentang masalah itu.David menghampiri Lady Cecil yang sedang duduk sendiri di beranda untuk menyelesaikan sulamannya."Bunga yang Indah, Lady."Cecil tersenyum mendapati bangsawan muda yang ternyata sudah berdiri di depan mejanya."Boleh kah saya duduk, Lady Cecil? ""Tentu si
Belakangan ini David dan Cecil sama sekali sudah tidak sungkan lagi saat terlihat bersama dalam beberapa kesempatan. Sepertinya Lady Cecil juga mulai benar-benar menyukai pemuda itu, Lucy pun juga sudah berulangkali mengatakan bahwa dia tidak keberatan dengan hubungan mereka berdua."Benarkah kau tidak keberatan jika David bersama Cecil? " tanya Lily yang baru datang menghampiri Lucy yang duduk di beranda seperti biasanya."Kupikir kita sudah membahasnya berulang kali."Lily masih membelai anjing kecil di pangkuannya saat kembali menatap Lucy."Jangan coba membaca pikiranku , Anak Kecil!" tegur Lucy."Kau tidak bisa membohongiku," kilah Lily membalas.
Karean kecelakaan yang menimpa David, Henry memutuskan untuk ikut menunda kepulangannya ke Newcastle. Sepertinya mereka memang harus menunggu sampai kondisi David membaik, karena saudaranya itu masih sering mengeluh sakit di kepalanya dan mual. Semua khawatir jika benturan di kepala David bisa berakibat fatal, karena sudah tiga hari berlalu dan pemuda itu masih belum bisa berdiri tanpa membuat kepalanya berdenyut hebat dan mulai berputar. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa kemungkinan masih ada gumpalan darah di kepala David, hal itu lah yang sering membuatnya merasakan pusing dan mual yang luar biasa. Sepertinya David memang memerlukan waktu agak lama untuk penyembuhannya, paling tidak sampai gumpalan darah tersebut berangsur-angsur di serap kembali oleh metabolisme tubuhnya. Karena itu David meminta pada Lord Harrington agar calon istrinya lah yang akan mengurusnya selama prose
David sudah banyak berpikir tentang semua kebenaran yang dikatakan Lucy, dan entah bagaimana ternyata gadis itu bisa begitu tepat menyimpulkan dirinya, bahkan dengan mulut tajamnya itu. Rasanya David bisa mengerti kenapa Lucy bisa begitu membencinya."Kupikir kau tidak akan kembali," sambut David begitu mendapati Lucy baru memasuki kamarnaya pagi ini.Sebemarnya gadis itu memang masih kesal, tapi akal licik David yang menolak makanan dari semua pelayan membuat Lucy terpaksa kembali membawakan sup untuknya."Aku benar-benar akan membiarkamu mati kelaparan jika kau berani bertingkah seperti ini lagi!" kecam Lucy sambil melirik David ketika gadis itu meletakkan mangkuk sup di meja dekat ranjang.David memilih diam karena tidak mau gadis
Lima bulan kemudian....Lucy dan kedua saudarinya pergi ke London untuk mengikuti seasons, semua itu adalah ide dari Lady Marry untuk menghibur cucunya Cecil setelah Brandon Lington memberikan pemberitahuan resmi kepada keluarga Harrington bahwa dirinya secara pribadi memutuskan kontrak pernikahan mereka secara sepihak dan siap membayar ganti rugi untuk itu. Meski sebenarnya hal itu bukan berita baru lagi bagi ketiga putri Harrington dan Lady Cecil pun juga sudah tidak terlalu berharap dirinya bakal dipilih oleh seorang Duke, tapi dengan adanya surat pemberitahuan resmi kepada keluarganya tersebut imbasnya simpatipun datang dengan begitu berlebihan kepada dirinya. Sepertinya hal itulah yang membuat Cecil merasa sedih, sang Nenekpun bertekad untuk mendapatkan suami terbaik untuk cucunya itu.Mendengar ketiga putri Harrin
David datang untuk undangan makan malam Lady Merry, sang Countess agak hawatir mengenai hubungan David dan Lucy setelah pemuda itu juga tidak pernah lagi muncul lagi di beberapa pesta untuk mengajak cucunya berdansa. Karean itu, begitu mendengar David masih berada di London sang Countess pun segera terpikir untuk mengundang David ke Townhouse nya, jadi jangan heran jika sepanjang makan malam itu sepertinya Lady Marry jadi lebih intensif memperhatikan mereka berdua."Apa kalian sudah memikirkan masalah tanggal pernikahan," pancing sang nenek membuat Lucy terkejut kenapa harus membahasnya sekarang, sementara David hanya tersenyum."Mungkin aku akan segera mendiskusikannya dengan, Lusy."David sengaja mengatakannya dengan menatap gadis yang duduk di sebelahnya, Lucy pun jadi terpaksa ikut
Setelah kepergian David Lucy kembali menemui Edgard dan mulai ikut bergabung dalam orasinya bersama para kaum sosialis lagi. Memangnya siapa yang mampu menghalagi kemauan Lucy, belum pernah ada dan tidak akan pernah bisa. Gadis itu terlalu cerdas untuk di pegang dan terlalu keras kepala untuk di jinakkan. Jika ada di antara ketiga putri Harrington yang paling tidak bisa dihentikan kemauannya dialah Lady Lucilia Harrington. Sicantik yang tidak akan segan untuk menghianati seorang David Stanley. Saat Lucy datang Edgar baru saja turun dari podium dan segera berlari menghampiri Lucy yang sudah menunggunya, gadis itu banyak memberinya masukan tentang ide-ide briliannya. Pandangan Lucy tentang kesejahteraan dan perlindungan hukum yang pasti bagi para kaum sosialis sepertinya cukup berhasil menarik dukungan mereka kembali, bahkan para pekerja yang semula pasif dan terlalu masa bodoh dengan nas
Henry sadar dia sudah sangat terlambat untuk sebuah pesta, dia hanya berharap cukup beruntung untuk bisa menemukan siapapun yang mungkin masih belum tidur di malam selarut ini. Samar-samar Henry mendengar sedikit keributan dari ruang perjamuan yang seharusnya sudah kosong, dia agak terkejut karena melihat Lady Cecilia Harrington yang sedang menikmati minumannya bersama dengan Houl Anderson. Henry hanya tak berminat untuk mengusik obrolan mereka, karena sepertinya Lady Cecil juga terlihat banyak tertawa malam itu. Bahkan saat dia melihat Houl membawa sang lady ke salah satu kamar tamu sepertinya Henry juga tidak merasa memiliki hak untuk melarangnya walaupun dia tau pria macam apa Houl Anderson selama ini.*****Dua bulan kemudian Henry tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Lucy yang mengatakan bahwa Lady Cecil sedang mengandung anaknya. Walaupun berita itu masih mengejutkan, tapi Henry memang tetap akan bertanggung jawab tanpa keraguan. Karena jika mem
Tinggal di London memang bukan pilihan mudah, Lady Cecil pasti harus bertemu kembali dengan Houl Anderson di beberapa kesempatan dalam pergaulan masyarakat London. Selain itu Henry juga memiliki beberapa urusan bisnis dengan perusahaan Anderson dalam pembelian beberapa kapal, itulah kenapa mereka jadi lebih sering bertemu akhir-akhir ini. Cecil memang sudah lebih pasrah untuk menghadapi kenyataan hidupnya, bahkan dia sudah rela jika Houl akhirnya memang memilih untuk menghancurkannya.Sementara di sisi lain Houl sepertinya juga hanya bisa menyaksikan keharmonisan keluarga Cecil dan Henry yang terlihat sempurna itu dengan rasa iri yang semakin luar biasa. Houl benar-benar tidak bisa mencegah rasa cemburunya tiap kali melihat kedekatan Henry dengan putrinya. Walaupun Houl sadar sepertinya Lady Cecil memang benar, gadis kecil itu memang sudah tidak membutuhkannya.... *****Lady Cecil sedang bermain bersama pu
Bayi montok itu sepertinya sayup-sayup mulai tertidur di pangkuan ibunya, Cecil sengaja menggunakan kebisuannya sebagai alasan untuk tidak mengganggu jam tidur siang putrinya, dan hal itu memang terlihat wajar oleh Henry. Henry juga tidak banyak bertanya ketika Cecil tadi buru-buru mengajaknya pulang. Jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, sepertinya Mia kecil memang belum benar-benar terlelap ketika kereta mereka sudah kembali berhenti di halaman rumah mereka sendiri.Henry turun lebih dulu untuk mengambil Mia dari pangkuan ibunya, bayi lima bulan itu menghisab-hisab bibir bawahnya sambil tertidur, Henry cukup berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Henry langsung membawa putrinya ke kamar bayi, sementara Cecil hanya berjalan mengekor di belakang mereka dengan langkah malas karena berbagai bayangan mengerikan di otaknya. Cecil takut kehilangan putrinya, Cecil takut kehilangan Henry tapi dari semua itu ternyata Cecil paling takut jika sampai putrinya kehilangan
"Bangunlah Lady, lihat kita sudah terlambat untuk menghadiri pesta pamanmu," bisik Henry menggelitik telinga Cecil yang masih enggan untuk bergerak akibat jam tidurnya yang semakin berantakan belakangan ini."Oh, " keluh Cecil ketika melihat Henry yang sudah duduk setengah menaunginya dengan selimut yang sekedar jatuh di garis rendah pinggangnya."Kita sama-sama bangun kesiangan.""Bagaimana dengan Putri kita? " Cecil baru ingat harus menyiapkan putrinya juga."Lily sudah membawanya, dan kita akan segera menyusul."Henry sudah menarik selimut mereka dan mengangkat Cecil tiba-tiba."Kau akan membawaku kemana? " Protes Cecil bingung."Bak mandi," tambah Henry dengan acuh, "kita perlu menghemat waktu.""Aku ragu dengan hal itu," keluh Cecil meski tidak sungguh-sungguh dengan keberatannya ketika Henry benar-benar memasukkannya kedalam bak yang sudah berisi air hangat. "Oh Tuhan, apa kau serius akan melakukan ini."Henry teta
Cecil terlihat sangat buruk ketika Lucy datang, entah sejak kapan kakak perempuannya itu sudah duduk seperti mayat hidup penunggu bingkai jendela.Lucy yang baru datang dari Newcastle segera mendatangi kediaman kakaknya, entah sudah berapa lama dirinya tidak melihat Cecil, kakaknya itu terlihat agak kurus dan pucat. sambil melepas kancing mantelnya Lucy berjalan menghampiri kakak perempuannya, dia meletakkan mantel tersebut di punggung kursi yang akhirnya dia duduki untuk menghadapi Cecil yang masih diam seperti marmer beku yang sewaktu-waktu bisa hancur atau terbelah. Ya, sepertinya Cecil memang sedang labil seperti apa yang ia tulis dalam surat-suratnya."Sepertinya aku akan gila Lucy," ungkap Cecil seperti sudah benar-benar kehilangan semangat hidup."Apa yang ter jadi?" tanya Lucy yang mulai memperhatikan gadis kecil di pangkuan kakaknya, gadis kecil itu kembali menggeliat saat Cecil coba menahannya di sana. Lucy pun segera mengulurkan tangannya untuk
Bagaimana semua ini bisa terjadi, dirinya menikahi wanita yang juga tidak menginginkannya. Bahkan kali ini dirinya juga sedang melakukan saran sang Lady untuk mencari wanita untuk kesenangannya. Henry memasuki sebuah rumah hiburanyang terkenal menyajikan wanita-wanita dengan kualitas terbaik di seluruh London. Tadinya dia pikir beberapa wanita akan cukup untuk melupakan masalahnya, tapi ternyata dirinya tetap tidak bisa menikmati apa pun di tempat itu, begitulah akhirnya Henry kembali memilih pulang dengan berjalan kaki. Henry sampai kembali dirumahnya setelah lewat tengah malam, dan dia hanya ingin segera kembali melihat putrinya. Dia segera berjalan menaiki tangga tanpa memanggil pelayan dia hanya melempar mantelnya di sofa kemudian langsung menuju kamar bayi. Henry hanya tidak menyangka bakal menemukan Lady Cecil yang sedang tertidur di kamar bayinya sambil menyusui putrinya, Henry yang masih berdiri di ambang pintu hanya memperhatikannya sampai bebe
Akhirnya lady Cecil siuman setelah hampir dua minggu, bibi Dorothy segera membantu sang Lady untuk duduk."Oh, Nona, apa Anda ingin minum, " sang bibi sudah mengambil cangkir berisi air putih untuk nonanya yang sepertinya belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi."Bibi dimana bayiku?, tanya Cecil setelah menyentuh perutnya yang rata."Putri Anda sedang tidur di kamarnya," terang sang bibi sambil kembali membenahi selimut Lady Cecil."Putri, " kutip Cecil, dan sang bibi hanya mengangguk dan tersenyum." Istirahatlah, Nona, ini masih larut. ""Aku ingin melihatnya," mohon Cecil."Bayi Anda masih tidur. ""Aku hanya ingin melihatnya, antarkan aku ke kamar bayiku, " Cecil benar-benar mulai berkeras sampai sang bibi tidak punya pilihan kecuali menuruti keinginan nonanya."Baik lah tapi Anda masih harus berhati-hati saat berjalan, Nona. "Cecil mengangguk dan mengikuti instruksi sang bibi untuk tetap berpegangan p
"Bangunlah Cecil... Bangun! " Henry kembali memberinya udara untuk mendorong paru-parunya kemudian memompa lagi, berulang-ulang sampai tiba-tiba nafas Lady Cecil kembali tersengal berat dan Henry merasakan jantunya ikut berdenyut kembali."Oh Tuhan...! " Mia terlonjak dari keterpurukannya dan segera kembali memeriksa denyut nadi dan jantung putrinya"George tolong aku! "Henry segera bangkit dan mundur menjauh, membiarkan George dan Mia menangani putrinya. Mia menggosok telapak tangan dan telapak kaki Cecil agar tetap hangat, George menarik batal memiringkan putrinya ke kiri sebentar sambil menekan-nekan pangkal tenggorokannya agar bisa kembali bernafas, karena Cecil seperti masih tersengal-sengal untuk mendapatkan udara. Sebuah tarikan nafas dalam mengakhiri ketegangan mereka karena selanjutnya, nafas sang Lady mulai menjadi teratur setelah sempat terbatuk-batuk kecil. George membaringkan tubuh putrinya pelahan, meluruskannya agar peredaran darahnya segera kemb
James dan Alex sengaja berkunjung ke Canterbury untuk berlibur di akhir pekan, kadang Alex memang masih sering rindu pada sang bibi, jadi selama dia tinggal di London Alex memang sengaja memanfaatkan waktunya untuk sesering mungkin berkunjung. Kadang hanya untuk menemani sang Bibi mengurus taman mawarnya atau hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menyulam. Entah bagaimana kegiatan yang dulu sangat di bencinya itu belakangan mulai menjadi kegiatan yang menyenangkan, mengingat betapa Alex pernah sangat merindukan hal sepele itu selama dia tinggal di Amerika. Mungkin benar jika tempat terbaik untuk hidup itu adalah tempat dimana orang-orang yang kita kenal berada, itulah kenapa Alex mulai kembali mempertimbangkan keinginannya untuk kembali menetap di Inggris.Ini adalah kali pertama Lady Cecil bisa menemukan cukup banyak teman untuk menyulam di rumahnya, karena dulu Lucy dan Lily memang lebih sering mengabaikannya, Lucy lebih suka mengurung diri dengan buku-bukunya,dan bagi Lil