1. Lady Cecilia Harrington. (Cecil) 23th
2. Lady Lucilia Harrington (Lucy) 21th
3. Lady Lilian Harrington
(Lily) 15thOk ingat baik-baik nama mereka ya biar gak galfok bacanya
George Harrington membawa ketiga putrinya menyebrangi separuh daratan Inggris untuk diperkenalkan kepada para putera Stanley, seperti yang diketahui mereka memang sudah lama mengatur kontrak penikahan untuk putra-putri mereka.
Sepertinya perjalanan tersebut akan menjadi perjalanan terlama pertama bagi para puteri Harrington yang selama ini memang tidak pernah pergi melampaui London.
Nampaknya mereka juga baru tahu jika perjalanan kereta bisa menjadi sesuatu yang sangat membosankan setelah lewat dari dua hari. Lily yang sudah hampir mati bosan mulai kembali mengetuk-ngetuk ujung jarinya di bingkai jendela.
"Akan kupinjamkan bukuku dari pada kau terus menciptakan suara mengganggu itu, Lily!" Lucy kembali menegur kegiatan tak berguna adik perempuannya yang sangat mengganggu konsentrasi membaca.
Lucy bukan penggemar bacaan roman, buku-buku yang selalu dibacanya tidak akan jauh-jauh dari sejarah dan perkembangan hukum, maka bayangkan akan semengerikan apa jika Lily harus ikut membacanya. Terlebih kakak keduanya yang tidak memiliki selera humor itu memang tidak pernah segan untuk melaksanakan ancamannya.
Karena malas berdebat, Lily berpaling membuang muka untuk memperhatikan kakak tertuanya Cecil yang masih cemberut dan bosan menghadap keluar jendela. Sayang sekali gadis itu masih terlalu cantik meski dengan wajah suramnya yang sudah hampir dua hari tidak mendapatkan kesempatan untuk bercermin.
"Apa kau masih cemas jika putra pertama Lord Stanley akan terlalu tua untukmu, Cecil? " tanya Lily sekedar mengusir rasa bosannya sendiri.
"Bukankah pria dengan gelar seperti itu kebanyakan memang sudah berumur," Cecil balas menatap Lily saat mulai bicara dengan melipat lengannya di dada.
"Tapi yang kudengar dia mewarisi gelar Duke dari kakeknya, kurasa seharusnya dia masih belum terlalu tua, Lady Cecil," sahut Lucy yang akhirnya rela mendongak dari bukunya.
"Terima kasih sudah coba menghiburku saudariku," sahut Cecil.
"Justru aku lebih khawatir jika calon suamimu mengenakan Kilt, Cecil ku... kau ingat dia separuh Scotlandia," sela Lily kembali membuat wajah kakak perempuannya berkerut masam.
Tidak ada yang buruk dengan Kilt, hanya saja mereka sering menjadikannya lelucon yang aneh di antara mereka bertiga. Dulu saat Cecil sedang kesal dengan keusilan adik termudanya itu, dia sering mengutuk Lily agar suatu hari menikahi laki-laki yang mengenakan rok. Bagi mereka yang masih anak-anak waktu itu, memang sangat aneh ketika menyaksikan beberapa tamu Scotlandian neneknya yang berkunjung dengan mengenakan rok motif kotak-kotak tersebut, dan sejak saat itu mereka sering menjadikan hal itu sebagai lelucon di antara mereka bertiga.
"Menurutmu seperti apa calon suami Lucy?" kata Cecil kemudian.
"Aku tidak akan menikah sebelum hukum di negara ini benar-benar dirubah!" tegas Lucy.
Sebagai gadis yang menggantung lukisan Ratu Elizabeth-1 di dinding kamarnya, sepertinya Lucy benar-benar akan melaksanakan janjinya untuk tidak mau menikah. Dari awal dia memang menentang keras ide perjodohan bodoh yang dibuat orang tua mereka. Lucy yang terlalu cerdas selalu menganggap kontrak pernikahan ini sia-sia. Saat para buruh saja berani menuntut keadilan dalam gerakan kaum sosialis, tapi kenapa mereka justru masih harus terikat pada kontrak pernikahan kolot yang sama sekali tidak menguntungkan.
"Kudengar dia mewarisi ketampanan Lord Stanley yang tersohor," kata Cecil coba menghibur tapi justru terdengar seperti sedang mengeluh.
"Maksudmu tersohor sebagai pria penggoda," timpal Lucy, acuh, seolah dia tidak sedang membahas calon suaminya.
Cecil kembali mendengus saat beralih pada adik termudanya.
"Bagaimana denganmu, Lily?" dia mengedikkan dagu saat bertanya.
"Aku?" gadis itu justru menunjuk dirinya sendiri seolah tidak pernah menganggap serius tentang apapun.
" Yang kutahu putra ketiga Lord Stanley tidak akan mewarisi gelar, kurasa tidak ada yang hebat untuk kita bicarakan," Lily sudah kembali mengetuk-ngetuk bingkai jendela dan membuat Lusy berdesis kesal.
Sebagai yang termuda Lily sadar dia adalah yang paling tidak diuntungkan dari pengaturan kontrak perjodohan ini. Selain dia akan menikahi bangsawan tanpa gelar, dia juga harus menyiapkan maskawin paling mahal, termasuk mansion Harrington yang akan diberikan kepada siapapun pria yang akan menikahi putri termuda sang Earl itu. Lily merasa semua itu hanya untuk menutupi ketimpangan dari segala kekurangannya.
"Beruntung sekali kau mendapatkan yang paling muda, Anak Kecil." Lily tahu Cecil hanya sedang menggerutu untuk dirinya sendiri karena dia takut menikah dengan bangsawan tua bangka.
"Sebenarnya aku tidak peduli jika dia buruk rupa."
Sebagai yang termuda Lily memang mewarisi lebih banyak hal dari ibunya. Sama sekali tidak seperti kedua kakaknya yang pirang, justru Lily memiliki rambut hitam pekat dengan alis tebal yang kokoh dan mata bulat yang lebar, tampilan yang aneh untuk wanita dewasa. Meski sekarang usianya baru lima belas tahun tapi Lily yakin wajah anak-anaknya itu masih akan bertahan untuk beberapa waktu yang lama.
Dia memang tidak seperti kakak tertuanya Cecil yang memiliki segala keindahan dalam fisiknya yang lembut dan sempurna. Meski Lucy juga memiliki kulit lembut dan surai keemasan tapi dia memiliki tatapan yang kejam bagi beberapa pria, tak heran jika selama ini tidak pernah ada yang berani mendekatinya.
Cecil kembali mengeluhkan tubuhnya yang kembali ter pantul-pantul akibat jalanan yang mulai tidak rata.
"Tapi kenapa kita harus menikah? " tiba-tiba Lily terdengar mulai jadi penggerutu seperti kakaknya Cecil.
"Kupikir karena kita bertiga takut miskin," sahut Lucy, ketus dan sama sekali tak bergeser dari lembar bukunya.
"Kalau kau Cecil? " iseng Lily saat bertanya pada kakaknya Cecil yang terlihat kerepotan berpegangan pada bingkai jendela.
"Entahlah, mungkin aku hanya tidak ingin menghabiskan hidupku dengan duduk di atas bantalan kursi yang keras," jawab Cecil masih sambil menahan tubuhnya yang terpantul-pantul seperti pegas.
" Lucy sebenarnya kau tidak perlu menikahi pria mata keranjang hanya untuk menambah koleksi bukumu."
"Dan kau rela menikahi Duke tua bangka hanya untuk melindungi bokongmu, Lady Cecil," balas Lucy.
"Kurasa kita bertiga sama-sama bodoh karena mau dikirim sejauh ini hanya untuk diserahkan pada pria-pria yang sama sekali belum pernah kita lihat."
"Lily benar, bahkan kita tidak pernah bertanya apa salah satu di antara mereka sudah pernah beristri," dengus Cecil untuk kesekian kalinya.
"Mungkin saja Lord Stanley adalah pria berumur panjang hingga anak-anaknya pun sudah mulai beruban," koreksi Lucy masih sambil menyimak buku bacaannya karena tidak mau mengikuti obrolan dangkal kedua saudarinya.
"Kubayangkan kalian berdua akan segera menjadi Dowager, " kikik Lily menimpali selera humor Lucy dan segera mendapat tatapan tajam dari kedua kakak perempuannya itu.
*****
note:
Dowager = janda dari bangsawan.
STRATA GELAR KEBANGSAWANAN SETELAH RAJA
DUKE- Duchess (istri)- ( disapa Your Grace) Kedudukan setara adipati atau pangeran
Marques-Marchioness- (disapa Lord) Tuan tanah di perbatasan selaligus menjaga perbatasan wilayah.
Erl-Countess-(disapa Lord) Tuan tanah tapi tidak di perbatasan bisa di mana saja.
Viscount-Viscountess _(di sapa Viscount) kelas bangsawan di bawah Erl di atas Baron
Baron-Baroness- (disapa Baron) gelar yang diberikan raja pada seseorang yang di anggap berjasa, tidah selalu berasal dari bangsawan.
PERKENALKAN DULU KETIGA PUTRA STANLEYBrandon Lington(The Duke of Greenock-ke 4)(28 th) Pria tampan berambut gelap yang selalu terlihat mencolok di antara kedua saudaranya yang berkepala pirang, secara keseluruhan Brandon Lington memang lebih mirip sang kake, The Duke of Greenock-ke 3 dibanding kedua orang tuanya sendiri.David StanleY (26 th) Pemuda tampan berambut p
Keesokan harinya di kediaman Stanley....Cecil, Lucy, dan Lily sama-sama diam duduk di ujung ranjang tanpa ada yang ingin memulai obrolan lebih dulu. Mereka kompak mempertahankan kesunyian itu dalam jeda yang cukup lama. Sepertinya mereka memang masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka menempati sebuah kamar super luas yang bisa menampung tiga ranjang bertiang sekaligus. Udara pagi Newcastle juga sedang baik tapi perasaan mereka masing-masing saja yang sedang kurang bersahabat.Lady Cecil sedang coba samar-samar menebak perasaan Brandon Lington padanya, karena pria itu benar-benar tidak kembali muncul setelah meninggalkannya di meja ibunya.Sedang adik perempuannya Lucy lebih memilih diam, berusaha tidak memikirkan apapun di dalam kepalanya saat berada di sekitar Lily, meskipun sebenarnya dia masih sangat marah dengan penghinaan David Stanley yang sudah beran
Malam itu mereka bertiga tidur cepat setelah makan malam, dan bangun agak kesiangan, kecuali Lucy tentunya. Lucy sudah tidak ada di ranjangnya ketika Lily dan Cecil bangun, Gadis itu sepertinya terlalu bersemangat untuk undangan sang Countess, seolah belum puas dengan diskusi mereka kemarin.Lizzy membawa Lucy mengunjungi perpustakaannya dan gadis itu terkagum-kagum dengan koleksi buku sang Countess. Lady Elizabeth mempersilahkan Lucy untuk memilih buku yang dia sukai, gadis itu mengambil beberapa yang sepertinya tidak akan selesai untuk dia baca dalam satu malam."Kau bisa membawanya pulang.""Oh, tidak, Maam, ini buku yang sangat berharga," Lily tau hanya keluarga kerajaan yang biasanya memiliki buku dengan sampul macam itu."Anggap itu hadiah dariku, karena Anda sudah menemaniku sepanjang hari ini, Lady.""Sungguh kehormatan yang luar biasa, Maam.""Aku senang kau memilikinya," tambah sang Countess, "dulu putriku juga sering membacanya."
Musim panas akhirnya tiba......Sepertinya Tuhan memang lebih mendengarkan doa Lily dibanding doa kakak perempuannya Cecil.Brandon Lington benar-benar tidak datang, karena ternyata hanya dua putra Stanley yang berkunjung. Lily sangat senang, dan segera menyambut Henry dengan senyum cerianya. Kebahagiaannya terdengar agak egois jika menilai kekecewaan Cecil, tapi Lily hanya bisa memilih diam tak berani mengeluarkan pendapatnya saat Cecil mulai merancau dengan berbagai keluhannya."Aku merasa buruk," isak Cecil."Apa yang terjadi padaku, jika kau yang sempurna saja merasa buruk," timpal Lucy masih tak berpaling dari bukunya."Aku sudah dua puluh tiga tahun, Lucy.""Pasti akan ada pria baik yang akan memilihmu."Cecil adalah gadis yang terlalu cantik, lembut dan sekaligus rapuh. Maka jangan heran jika kecantikannya jadi tak berguna karena dia hanya menghabiskan waktunya untuk bersembunyi di pekarangan Harrington.Cecil juga tidak pernah
Di balik drama ketiga Putri Harrington, David Stanley justru seperti mendapat kesempatan terbuka untuk mulai kembali mendekati Lady Cecil. David pun mulai mengabaikan masalahnya dengan Lucy yang ternyata juga lebih memilih mengabaikannya. Sesuatu yang aneh untuk dipikirkan kenapa Lucy sepertinya sama sekali tak menghiraukan usahanya mendekati Lady Cecil lagi, padahal terakhir mereka masih berdebat cukup sengit tentang masalah itu.David menghampiri Lady Cecil yang sedang duduk sendiri di beranda untuk menyelesaikan sulamannya."Bunga yang Indah, Lady."Cecil tersenyum mendapati bangsawan muda yang ternyata sudah berdiri di depan mejanya."Boleh kah saya duduk, Lady Cecil? ""Tentu si
Belakangan ini David dan Cecil sama sekali sudah tidak sungkan lagi saat terlihat bersama dalam beberapa kesempatan. Sepertinya Lady Cecil juga mulai benar-benar menyukai pemuda itu, Lucy pun juga sudah berulangkali mengatakan bahwa dia tidak keberatan dengan hubungan mereka berdua."Benarkah kau tidak keberatan jika David bersama Cecil? " tanya Lily yang baru datang menghampiri Lucy yang duduk di beranda seperti biasanya."Kupikir kita sudah membahasnya berulang kali."Lily masih membelai anjing kecil di pangkuannya saat kembali menatap Lucy."Jangan coba membaca pikiranku , Anak Kecil!" tegur Lucy."Kau tidak bisa membohongiku," kilah Lily membalas.
Karean kecelakaan yang menimpa David, Henry memutuskan untuk ikut menunda kepulangannya ke Newcastle. Sepertinya mereka memang harus menunggu sampai kondisi David membaik, karena saudaranya itu masih sering mengeluh sakit di kepalanya dan mual. Semua khawatir jika benturan di kepala David bisa berakibat fatal, karena sudah tiga hari berlalu dan pemuda itu masih belum bisa berdiri tanpa membuat kepalanya berdenyut hebat dan mulai berputar. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa kemungkinan masih ada gumpalan darah di kepala David, hal itu lah yang sering membuatnya merasakan pusing dan mual yang luar biasa. Sepertinya David memang memerlukan waktu agak lama untuk penyembuhannya, paling tidak sampai gumpalan darah tersebut berangsur-angsur di serap kembali oleh metabolisme tubuhnya. Karena itu David meminta pada Lord Harrington agar calon istrinya lah yang akan mengurusnya selama prose
David sudah banyak berpikir tentang semua kebenaran yang dikatakan Lucy, dan entah bagaimana ternyata gadis itu bisa begitu tepat menyimpulkan dirinya, bahkan dengan mulut tajamnya itu. Rasanya David bisa mengerti kenapa Lucy bisa begitu membencinya."Kupikir kau tidak akan kembali," sambut David begitu mendapati Lucy baru memasuki kamarnaya pagi ini.Sebemarnya gadis itu memang masih kesal, tapi akal licik David yang menolak makanan dari semua pelayan membuat Lucy terpaksa kembali membawakan sup untuknya."Aku benar-benar akan membiarkamu mati kelaparan jika kau berani bertingkah seperti ini lagi!" kecam Lucy sambil melirik David ketika gadis itu meletakkan mangkuk sup di meja dekat ranjang.David memilih diam karena tidak mau gadis
Henry sadar dia sudah sangat terlambat untuk sebuah pesta, dia hanya berharap cukup beruntung untuk bisa menemukan siapapun yang mungkin masih belum tidur di malam selarut ini. Samar-samar Henry mendengar sedikit keributan dari ruang perjamuan yang seharusnya sudah kosong, dia agak terkejut karena melihat Lady Cecilia Harrington yang sedang menikmati minumannya bersama dengan Houl Anderson. Henry hanya tak berminat untuk mengusik obrolan mereka, karena sepertinya Lady Cecil juga terlihat banyak tertawa malam itu. Bahkan saat dia melihat Houl membawa sang lady ke salah satu kamar tamu sepertinya Henry juga tidak merasa memiliki hak untuk melarangnya walaupun dia tau pria macam apa Houl Anderson selama ini.*****Dua bulan kemudian Henry tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Lucy yang mengatakan bahwa Lady Cecil sedang mengandung anaknya. Walaupun berita itu masih mengejutkan, tapi Henry memang tetap akan bertanggung jawab tanpa keraguan. Karena jika mem
Tinggal di London memang bukan pilihan mudah, Lady Cecil pasti harus bertemu kembali dengan Houl Anderson di beberapa kesempatan dalam pergaulan masyarakat London. Selain itu Henry juga memiliki beberapa urusan bisnis dengan perusahaan Anderson dalam pembelian beberapa kapal, itulah kenapa mereka jadi lebih sering bertemu akhir-akhir ini. Cecil memang sudah lebih pasrah untuk menghadapi kenyataan hidupnya, bahkan dia sudah rela jika Houl akhirnya memang memilih untuk menghancurkannya.Sementara di sisi lain Houl sepertinya juga hanya bisa menyaksikan keharmonisan keluarga Cecil dan Henry yang terlihat sempurna itu dengan rasa iri yang semakin luar biasa. Houl benar-benar tidak bisa mencegah rasa cemburunya tiap kali melihat kedekatan Henry dengan putrinya. Walaupun Houl sadar sepertinya Lady Cecil memang benar, gadis kecil itu memang sudah tidak membutuhkannya.... *****Lady Cecil sedang bermain bersama pu
Bayi montok itu sepertinya sayup-sayup mulai tertidur di pangkuan ibunya, Cecil sengaja menggunakan kebisuannya sebagai alasan untuk tidak mengganggu jam tidur siang putrinya, dan hal itu memang terlihat wajar oleh Henry. Henry juga tidak banyak bertanya ketika Cecil tadi buru-buru mengajaknya pulang. Jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, sepertinya Mia kecil memang belum benar-benar terlelap ketika kereta mereka sudah kembali berhenti di halaman rumah mereka sendiri.Henry turun lebih dulu untuk mengambil Mia dari pangkuan ibunya, bayi lima bulan itu menghisab-hisab bibir bawahnya sambil tertidur, Henry cukup berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Henry langsung membawa putrinya ke kamar bayi, sementara Cecil hanya berjalan mengekor di belakang mereka dengan langkah malas karena berbagai bayangan mengerikan di otaknya. Cecil takut kehilangan putrinya, Cecil takut kehilangan Henry tapi dari semua itu ternyata Cecil paling takut jika sampai putrinya kehilangan
"Bangunlah Lady, lihat kita sudah terlambat untuk menghadiri pesta pamanmu," bisik Henry menggelitik telinga Cecil yang masih enggan untuk bergerak akibat jam tidurnya yang semakin berantakan belakangan ini."Oh, " keluh Cecil ketika melihat Henry yang sudah duduk setengah menaunginya dengan selimut yang sekedar jatuh di garis rendah pinggangnya."Kita sama-sama bangun kesiangan.""Bagaimana dengan Putri kita? " Cecil baru ingat harus menyiapkan putrinya juga."Lily sudah membawanya, dan kita akan segera menyusul."Henry sudah menarik selimut mereka dan mengangkat Cecil tiba-tiba."Kau akan membawaku kemana? " Protes Cecil bingung."Bak mandi," tambah Henry dengan acuh, "kita perlu menghemat waktu.""Aku ragu dengan hal itu," keluh Cecil meski tidak sungguh-sungguh dengan keberatannya ketika Henry benar-benar memasukkannya kedalam bak yang sudah berisi air hangat. "Oh Tuhan, apa kau serius akan melakukan ini."Henry teta
Cecil terlihat sangat buruk ketika Lucy datang, entah sejak kapan kakak perempuannya itu sudah duduk seperti mayat hidup penunggu bingkai jendela.Lucy yang baru datang dari Newcastle segera mendatangi kediaman kakaknya, entah sudah berapa lama dirinya tidak melihat Cecil, kakaknya itu terlihat agak kurus dan pucat. sambil melepas kancing mantelnya Lucy berjalan menghampiri kakak perempuannya, dia meletakkan mantel tersebut di punggung kursi yang akhirnya dia duduki untuk menghadapi Cecil yang masih diam seperti marmer beku yang sewaktu-waktu bisa hancur atau terbelah. Ya, sepertinya Cecil memang sedang labil seperti apa yang ia tulis dalam surat-suratnya."Sepertinya aku akan gila Lucy," ungkap Cecil seperti sudah benar-benar kehilangan semangat hidup."Apa yang ter jadi?" tanya Lucy yang mulai memperhatikan gadis kecil di pangkuan kakaknya, gadis kecil itu kembali menggeliat saat Cecil coba menahannya di sana. Lucy pun segera mengulurkan tangannya untuk
Bagaimana semua ini bisa terjadi, dirinya menikahi wanita yang juga tidak menginginkannya. Bahkan kali ini dirinya juga sedang melakukan saran sang Lady untuk mencari wanita untuk kesenangannya. Henry memasuki sebuah rumah hiburanyang terkenal menyajikan wanita-wanita dengan kualitas terbaik di seluruh London. Tadinya dia pikir beberapa wanita akan cukup untuk melupakan masalahnya, tapi ternyata dirinya tetap tidak bisa menikmati apa pun di tempat itu, begitulah akhirnya Henry kembali memilih pulang dengan berjalan kaki. Henry sampai kembali dirumahnya setelah lewat tengah malam, dan dia hanya ingin segera kembali melihat putrinya. Dia segera berjalan menaiki tangga tanpa memanggil pelayan dia hanya melempar mantelnya di sofa kemudian langsung menuju kamar bayi. Henry hanya tidak menyangka bakal menemukan Lady Cecil yang sedang tertidur di kamar bayinya sambil menyusui putrinya, Henry yang masih berdiri di ambang pintu hanya memperhatikannya sampai bebe
Akhirnya lady Cecil siuman setelah hampir dua minggu, bibi Dorothy segera membantu sang Lady untuk duduk."Oh, Nona, apa Anda ingin minum, " sang bibi sudah mengambil cangkir berisi air putih untuk nonanya yang sepertinya belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi."Bibi dimana bayiku?, tanya Cecil setelah menyentuh perutnya yang rata."Putri Anda sedang tidur di kamarnya," terang sang bibi sambil kembali membenahi selimut Lady Cecil."Putri, " kutip Cecil, dan sang bibi hanya mengangguk dan tersenyum." Istirahatlah, Nona, ini masih larut. ""Aku ingin melihatnya," mohon Cecil."Bayi Anda masih tidur. ""Aku hanya ingin melihatnya, antarkan aku ke kamar bayiku, " Cecil benar-benar mulai berkeras sampai sang bibi tidak punya pilihan kecuali menuruti keinginan nonanya."Baik lah tapi Anda masih harus berhati-hati saat berjalan, Nona. "Cecil mengangguk dan mengikuti instruksi sang bibi untuk tetap berpegangan p
"Bangunlah Cecil... Bangun! " Henry kembali memberinya udara untuk mendorong paru-parunya kemudian memompa lagi, berulang-ulang sampai tiba-tiba nafas Lady Cecil kembali tersengal berat dan Henry merasakan jantunya ikut berdenyut kembali."Oh Tuhan...! " Mia terlonjak dari keterpurukannya dan segera kembali memeriksa denyut nadi dan jantung putrinya"George tolong aku! "Henry segera bangkit dan mundur menjauh, membiarkan George dan Mia menangani putrinya. Mia menggosok telapak tangan dan telapak kaki Cecil agar tetap hangat, George menarik batal memiringkan putrinya ke kiri sebentar sambil menekan-nekan pangkal tenggorokannya agar bisa kembali bernafas, karena Cecil seperti masih tersengal-sengal untuk mendapatkan udara. Sebuah tarikan nafas dalam mengakhiri ketegangan mereka karena selanjutnya, nafas sang Lady mulai menjadi teratur setelah sempat terbatuk-batuk kecil. George membaringkan tubuh putrinya pelahan, meluruskannya agar peredaran darahnya segera kemb
James dan Alex sengaja berkunjung ke Canterbury untuk berlibur di akhir pekan, kadang Alex memang masih sering rindu pada sang bibi, jadi selama dia tinggal di London Alex memang sengaja memanfaatkan waktunya untuk sesering mungkin berkunjung. Kadang hanya untuk menemani sang Bibi mengurus taman mawarnya atau hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menyulam. Entah bagaimana kegiatan yang dulu sangat di bencinya itu belakangan mulai menjadi kegiatan yang menyenangkan, mengingat betapa Alex pernah sangat merindukan hal sepele itu selama dia tinggal di Amerika. Mungkin benar jika tempat terbaik untuk hidup itu adalah tempat dimana orang-orang yang kita kenal berada, itulah kenapa Alex mulai kembali mempertimbangkan keinginannya untuk kembali menetap di Inggris.Ini adalah kali pertama Lady Cecil bisa menemukan cukup banyak teman untuk menyulam di rumahnya, karena dulu Lucy dan Lily memang lebih sering mengabaikannya, Lucy lebih suka mengurung diri dengan buku-bukunya,dan bagi Lil