1. Lady Cecilia Harrington. (Cecil) 23th
2. Lady Lucilia Harrington (Lucy) 21th
3. Lady Lilian Harrington
(Lily) 15thOk ingat baik-baik nama mereka ya biar gak galfok bacanya
George Harrington membawa ketiga putrinya menyebrangi separuh daratan Inggris untuk diperkenalkan kepada para putera Stanley, seperti yang diketahui mereka memang sudah lama mengatur kontrak penikahan untuk putra-putri mereka.
Sepertinya perjalanan tersebut akan menjadi perjalanan terlama pertama bagi para puteri Harrington yang selama ini memang tidak pernah pergi melampaui London.
Nampaknya mereka juga baru tahu jika perjalanan kereta bisa menjadi sesuatu yang sangat membosankan setelah lewat dari dua hari. Lily yang sudah hampir mati bosan mulai kembali mengetuk-ngetuk ujung jarinya di bingkai jendela.
"Akan kupinjamkan bukuku dari pada kau terus menciptakan suara mengganggu itu, Lily!" Lucy kembali menegur kegiatan tak berguna adik perempuannya yang sangat mengganggu konsentrasi membaca.
Lucy bukan penggemar bacaan roman, buku-buku yang selalu dibacanya tidak akan jauh-jauh dari sejarah dan perkembangan hukum, maka bayangkan akan semengerikan apa jika Lily harus ikut membacanya. Terlebih kakak keduanya yang tidak memiliki selera humor itu memang tidak pernah segan untuk melaksanakan ancamannya.
Karena malas berdebat, Lily berpaling membuang muka untuk memperhatikan kakak tertuanya Cecil yang masih cemberut dan bosan menghadap keluar jendela. Sayang sekali gadis itu masih terlalu cantik meski dengan wajah suramnya yang sudah hampir dua hari tidak mendapatkan kesempatan untuk bercermin.
"Apa kau masih cemas jika putra pertama Lord Stanley akan terlalu tua untukmu, Cecil? " tanya Lily sekedar mengusir rasa bosannya sendiri.
"Bukankah pria dengan gelar seperti itu kebanyakan memang sudah berumur," Cecil balas menatap Lily saat mulai bicara dengan melipat lengannya di dada.
"Tapi yang kudengar dia mewarisi gelar Duke dari kakeknya, kurasa seharusnya dia masih belum terlalu tua, Lady Cecil," sahut Lucy yang akhirnya rela mendongak dari bukunya.
"Terima kasih sudah coba menghiburku saudariku," sahut Cecil.
"Justru aku lebih khawatir jika calon suamimu mengenakan Kilt, Cecil ku... kau ingat dia separuh Scotlandia," sela Lily kembali membuat wajah kakak perempuannya berkerut masam.
Tidak ada yang buruk dengan Kilt, hanya saja mereka sering menjadikannya lelucon yang aneh di antara mereka bertiga. Dulu saat Cecil sedang kesal dengan keusilan adik termudanya itu, dia sering mengutuk Lily agar suatu hari menikahi laki-laki yang mengenakan rok. Bagi mereka yang masih anak-anak waktu itu, memang sangat aneh ketika menyaksikan beberapa tamu Scotlandian neneknya yang berkunjung dengan mengenakan rok motif kotak-kotak tersebut, dan sejak saat itu mereka sering menjadikan hal itu sebagai lelucon di antara mereka bertiga.
"Menurutmu seperti apa calon suami Lucy?" kata Cecil kemudian.
"Aku tidak akan menikah sebelum hukum di negara ini benar-benar dirubah!" tegas Lucy.
Sebagai gadis yang menggantung lukisan Ratu Elizabeth-1 di dinding kamarnya, sepertinya Lucy benar-benar akan melaksanakan janjinya untuk tidak mau menikah. Dari awal dia memang menentang keras ide perjodohan bodoh yang dibuat orang tua mereka. Lucy yang terlalu cerdas selalu menganggap kontrak pernikahan ini sia-sia. Saat para buruh saja berani menuntut keadilan dalam gerakan kaum sosialis, tapi kenapa mereka justru masih harus terikat pada kontrak pernikahan kolot yang sama sekali tidak menguntungkan.
"Kudengar dia mewarisi ketampanan Lord Stanley yang tersohor," kata Cecil coba menghibur tapi justru terdengar seperti sedang mengeluh.
"Maksudmu tersohor sebagai pria penggoda," timpal Lucy, acuh, seolah dia tidak sedang membahas calon suaminya.
Cecil kembali mendengus saat beralih pada adik termudanya.
"Bagaimana denganmu, Lily?" dia mengedikkan dagu saat bertanya.
"Aku?" gadis itu justru menunjuk dirinya sendiri seolah tidak pernah menganggap serius tentang apapun.
" Yang kutahu putra ketiga Lord Stanley tidak akan mewarisi gelar, kurasa tidak ada yang hebat untuk kita bicarakan," Lily sudah kembali mengetuk-ngetuk bingkai jendela dan membuat Lusy berdesis kesal.
Sebagai yang termuda Lily sadar dia adalah yang paling tidak diuntungkan dari pengaturan kontrak perjodohan ini. Selain dia akan menikahi bangsawan tanpa gelar, dia juga harus menyiapkan maskawin paling mahal, termasuk mansion Harrington yang akan diberikan kepada siapapun pria yang akan menikahi putri termuda sang Earl itu. Lily merasa semua itu hanya untuk menutupi ketimpangan dari segala kekurangannya.
"Beruntung sekali kau mendapatkan yang paling muda, Anak Kecil." Lily tahu Cecil hanya sedang menggerutu untuk dirinya sendiri karena dia takut menikah dengan bangsawan tua bangka.
"Sebenarnya aku tidak peduli jika dia buruk rupa."
Sebagai yang termuda Lily memang mewarisi lebih banyak hal dari ibunya. Sama sekali tidak seperti kedua kakaknya yang pirang, justru Lily memiliki rambut hitam pekat dengan alis tebal yang kokoh dan mata bulat yang lebar, tampilan yang aneh untuk wanita dewasa. Meski sekarang usianya baru lima belas tahun tapi Lily yakin wajah anak-anaknya itu masih akan bertahan untuk beberapa waktu yang lama.
Dia memang tidak seperti kakak tertuanya Cecil yang memiliki segala keindahan dalam fisiknya yang lembut dan sempurna. Meski Lucy juga memiliki kulit lembut dan surai keemasan tapi dia memiliki tatapan yang kejam bagi beberapa pria, tak heran jika selama ini tidak pernah ada yang berani mendekatinya.
Cecil kembali mengeluhkan tubuhnya yang kembali ter pantul-pantul akibat jalanan yang mulai tidak rata.
"Tapi kenapa kita harus menikah? " tiba-tiba Lily terdengar mulai jadi penggerutu seperti kakaknya Cecil.
"Kupikir karena kita bertiga takut miskin," sahut Lucy, ketus dan sama sekali tak bergeser dari lembar bukunya.
"Kalau kau Cecil? " iseng Lily saat bertanya pada kakaknya Cecil yang terlihat kerepotan berpegangan pada bingkai jendela.
"Entahlah, mungkin aku hanya tidak ingin menghabiskan hidupku dengan duduk di atas bantalan kursi yang keras," jawab Cecil masih sambil menahan tubuhnya yang terpantul-pantul seperti pegas.
" Lucy sebenarnya kau tidak perlu menikahi pria mata keranjang hanya untuk menambah koleksi bukumu."
"Dan kau rela menikahi Duke tua bangka hanya untuk melindungi bokongmu, Lady Cecil," balas Lucy.
"Kurasa kita bertiga sama-sama bodoh karena mau dikirim sejauh ini hanya untuk diserahkan pada pria-pria yang sama sekali belum pernah kita lihat."
"Lily benar, bahkan kita tidak pernah bertanya apa salah satu di antara mereka sudah pernah beristri," dengus Cecil untuk kesekian kalinya.
"Mungkin saja Lord Stanley adalah pria berumur panjang hingga anak-anaknya pun sudah mulai beruban," koreksi Lucy masih sambil menyimak buku bacaannya karena tidak mau mengikuti obrolan dangkal kedua saudarinya.
"Kubayangkan kalian berdua akan segera menjadi Dowager, " kikik Lily menimpali selera humor Lucy dan segera mendapat tatapan tajam dari kedua kakak perempuannya itu.
*****
note:
Dowager = janda dari bangsawan.
STRATA GELAR KEBANGSAWANAN SETELAH RAJA
DUKE- Duchess (istri)- ( disapa Your Grace) Kedudukan setara adipati atau pangeran
Marques-Marchioness- (disapa Lord) Tuan tanah di perbatasan selaligus menjaga perbatasan wilayah.
Erl-Countess-(disapa Lord) Tuan tanah tapi tidak di perbatasan bisa di mana saja.
Viscount-Viscountess _(di sapa Viscount) kelas bangsawan di bawah Erl di atas Baron
Baron-Baroness- (disapa Baron) gelar yang diberikan raja pada seseorang yang di anggap berjasa, tidah selalu berasal dari bangsawan.
PERKENALKAN DULU KETIGA PUTRA STANLEYBrandon Lington(The Duke of Greenock-ke 4)(28 th) Pria tampan berambut gelap yang selalu terlihat mencolok di antara kedua saudaranya yang berkepala pirang, secara keseluruhan Brandon Lington memang lebih mirip sang kake, The Duke of Greenock-ke 3 dibanding kedua orang tuanya sendiri.David StanleY (26 th) Pemuda tampan berambut p
Keesokan harinya di kediaman Stanley....Cecil, Lucy, dan Lily sama-sama diam duduk di ujung ranjang tanpa ada yang ingin memulai obrolan lebih dulu. Mereka kompak mempertahankan kesunyian itu dalam jeda yang cukup lama. Sepertinya mereka memang masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka menempati sebuah kamar super luas yang bisa menampung tiga ranjang bertiang sekaligus. Udara pagi Newcastle juga sedang baik tapi perasaan mereka masing-masing saja yang sedang kurang bersahabat.Lady Cecil sedang coba samar-samar menebak perasaan Brandon Lington padanya, karena pria itu benar-benar tidak kembali muncul setelah meninggalkannya di meja ibunya.Sedang adik perempuannya Lucy lebih memilih diam, berusaha tidak memikirkan apapun di dalam kepalanya saat berada di sekitar Lily, meskipun sebenarnya dia masih sangat marah dengan penghinaan David Stanley yang sudah beran
Malam itu mereka bertiga tidur cepat setelah makan malam, dan bangun agak kesiangan, kecuali Lucy tentunya. Lucy sudah tidak ada di ranjangnya ketika Lily dan Cecil bangun, Gadis itu sepertinya terlalu bersemangat untuk undangan sang Countess, seolah belum puas dengan diskusi mereka kemarin.Lizzy membawa Lucy mengunjungi perpustakaannya dan gadis itu terkagum-kagum dengan koleksi buku sang Countess. Lady Elizabeth mempersilahkan Lucy untuk memilih buku yang dia sukai, gadis itu mengambil beberapa yang sepertinya tidak akan selesai untuk dia baca dalam satu malam."Kau bisa membawanya pulang.""Oh, tidak, Maam, ini buku yang sangat berharga," Lily tau hanya keluarga kerajaan yang biasanya memiliki buku dengan sampul macam itu."Anggap itu hadiah dariku, karena Anda sudah menemaniku sepanjang hari ini, Lady.""Sungguh kehormatan yang luar biasa, Maam.""Aku senang kau memilikinya," tambah sang Countess, "dulu putriku juga sering membacanya."
Musim panas akhirnya tiba......Sepertinya Tuhan memang lebih mendengarkan doa Lily dibanding doa kakak perempuannya Cecil.Brandon Lington benar-benar tidak datang, karena ternyata hanya dua putra Stanley yang berkunjung. Lily sangat senang, dan segera menyambut Henry dengan senyum cerianya. Kebahagiaannya terdengar agak egois jika menilai kekecewaan Cecil, tapi Lily hanya bisa memilih diam tak berani mengeluarkan pendapatnya saat Cecil mulai merancau dengan berbagai keluhannya."Aku merasa buruk," isak Cecil."Apa yang terjadi padaku, jika kau yang sempurna saja merasa buruk," timpal Lucy masih tak berpaling dari bukunya."Aku sudah dua puluh tiga tahun, Lucy.""Pasti akan ada pria baik yang akan memilihmu."Cecil adalah gadis yang terlalu cantik, lembut dan sekaligus rapuh. Maka jangan heran jika kecantikannya jadi tak berguna karena dia hanya menghabiskan waktunya untuk bersembunyi di pekarangan Harrington.Cecil juga tidak pernah
Di balik drama ketiga Putri Harrington, David Stanley justru seperti mendapat kesempatan terbuka untuk mulai kembali mendekati Lady Cecil. David pun mulai mengabaikan masalahnya dengan Lucy yang ternyata juga lebih memilih mengabaikannya. Sesuatu yang aneh untuk dipikirkan kenapa Lucy sepertinya sama sekali tak menghiraukan usahanya mendekati Lady Cecil lagi, padahal terakhir mereka masih berdebat cukup sengit tentang masalah itu.David menghampiri Lady Cecil yang sedang duduk sendiri di beranda untuk menyelesaikan sulamannya."Bunga yang Indah, Lady."Cecil tersenyum mendapati bangsawan muda yang ternyata sudah berdiri di depan mejanya."Boleh kah saya duduk, Lady Cecil? ""Tentu si
Belakangan ini David dan Cecil sama sekali sudah tidak sungkan lagi saat terlihat bersama dalam beberapa kesempatan. Sepertinya Lady Cecil juga mulai benar-benar menyukai pemuda itu, Lucy pun juga sudah berulangkali mengatakan bahwa dia tidak keberatan dengan hubungan mereka berdua."Benarkah kau tidak keberatan jika David bersama Cecil? " tanya Lily yang baru datang menghampiri Lucy yang duduk di beranda seperti biasanya."Kupikir kita sudah membahasnya berulang kali."Lily masih membelai anjing kecil di pangkuannya saat kembali menatap Lucy."Jangan coba membaca pikiranku , Anak Kecil!" tegur Lucy."Kau tidak bisa membohongiku," kilah Lily membalas.
Karean kecelakaan yang menimpa David, Henry memutuskan untuk ikut menunda kepulangannya ke Newcastle. Sepertinya mereka memang harus menunggu sampai kondisi David membaik, karena saudaranya itu masih sering mengeluh sakit di kepalanya dan mual. Semua khawatir jika benturan di kepala David bisa berakibat fatal, karena sudah tiga hari berlalu dan pemuda itu masih belum bisa berdiri tanpa membuat kepalanya berdenyut hebat dan mulai berputar. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa kemungkinan masih ada gumpalan darah di kepala David, hal itu lah yang sering membuatnya merasakan pusing dan mual yang luar biasa. Sepertinya David memang memerlukan waktu agak lama untuk penyembuhannya, paling tidak sampai gumpalan darah tersebut berangsur-angsur di serap kembali oleh metabolisme tubuhnya. Karena itu David meminta pada Lord Harrington agar calon istrinya lah yang akan mengurusnya selama prose
David sudah banyak berpikir tentang semua kebenaran yang dikatakan Lucy, dan entah bagaimana ternyata gadis itu bisa begitu tepat menyimpulkan dirinya, bahkan dengan mulut tajamnya itu. Rasanya David bisa mengerti kenapa Lucy bisa begitu membencinya."Kupikir kau tidak akan kembali," sambut David begitu mendapati Lucy baru memasuki kamarnaya pagi ini.Sebemarnya gadis itu memang masih kesal, tapi akal licik David yang menolak makanan dari semua pelayan membuat Lucy terpaksa kembali membawakan sup untuknya."Aku benar-benar akan membiarkamu mati kelaparan jika kau berani bertingkah seperti ini lagi!" kecam Lucy sambil melirik David ketika gadis itu meletakkan mangkuk sup di meja dekat ranjang.David memilih diam karena tidak mau gadis