Share

Out of The Blue [2]

Sepeninggal Marco, aku benar-benar tersiksa oleh rasa penasaran. Namun, satu hal yang kupelajari selama kami bersama, adakalanya Marco bisa bersikap kepala batu. Contohnya saja tadi. Meski aku ingin tahu apa yang hendak dibicarakannya, Marco menolak membuka mulut. Dia bersikukuh bahwa sekarang bukan waktu yang tepat.

Aku kesal sekali tapi tak bisa melakukan apa pun. Aku pun menuju kamar yang akan kami tempati malam ini. Berada di lantai dua belas, Nike memesan dua buah kamar dengan pintu penghubung. Karena Hotel Simalungun tidak memiliki suite.

“Kak, Mama barusan udah pesan banyak makanan. Jangan langsung bobo, ya,” kata Nilla begitu melihatku masuk ke kamar yang akan kami tempati berdua. Nilla baru keluar dari kamar mandi, sudah mengenakan piama yang kubelikan beberapa bulan silam.

“Mana mungkin bisa bobo, La. Pasti diajak Mama ngobrol sampai menjelang subuh,” gurauku. Aku sempat melirik pintu penghubung yang terbuka. “Aku

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status