Share

Pertemuan

Penulis: shunkin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Panas sekali hari ini."

Seorang perempuan berambut pirang membuka kipas, memberi angin untuk dirinya sendiri. Dia sedang berada dalam kereta kuda untuk menghadiri penobatan Pangeran Mahkota. Di jalan, banyak orang bersujud padanya.

Ini adalah pemandangan yang biasa dilihat sehari-hari. Mereka yang memiliki kasta tinggi akan lebih dihormati. Bagi mereka yang berstatus tidak lebih tinggi, maka tidak boleh melawan. Aturan harus dipatuhi, yang menentang akan dijatuhi hukuman mati.

Kerajaan Lian, begitulah orang menyebutnya. Di sini hukum tersebut berlaku dan menghasilkan p***r budak yang lumayan besar. Kebanyakan budak itu datang dari luar, kemudian mereka perjual-belikan. Beberapa hari lalu terjadi insiden sehingga menghambat pengiriman budak untuk sementara waktu.

Termasuk untuk perempuan pirang yang sedang memegang kipas sekarang, Lyla Hviezda. Keluarganya sudah lama mempekerjakan para budak untuk bisnis mereka. Kabar buruknya, ia memesan budak dengan kualifikasi tinggi. Lalu budak itu menghilang begitu saja, lucu sekali. Hei, ia sudah membayar mahal, ia berhak protes.

Ia mendecih. Semua ini terjadi karena Wolfsbane. Andai saja mereka tidak ada, kerajaan ini akan baik-baik saja. Ia tidak mengerti apa yang dipikirkan kelompok pemberontak yang hanya bisa merampok harta bangsawan.

Kata orang tuanya, kelompok pemberontak hanya mementingkan diri mereka sendiri dan hanya suka membunuh orang lain. Selain itu mereka senang menebar teror. Lihat, hanya hal buruk yang akan terjadi bila mereka dibiarkan.

"Nona Lyla, kita sudah sampai."

Lyla mengangkat roknya, turun dari kereta kuda. Penobatan Pangeran Mahkota tidak bisa ditunda meski beberapa hari lalu terjadi insiden. Ia hadir sebagai salah satu tamu kehormatan di istana. Seharusnya, pelayannya juga telah sampai duluan, tapi ia tidak menemukannya.

"Nona, silakan."

Seorang pelayan memandunya menuju kursi yang seharusnya ia duduki. Lyla sebenarnya malas menghadiri acara ini karena hanya membuat punggungnya pegal. Tetapi ia adalah seorang Hviezda, salah satu keluarga bangsawan terpandang di Lian.

"Nona Lyla, Anda sudah datang rupanya." Pangeran Mahkota menghampirinya dan mengucap salam. Lyla tersenyum menyambutnya.

"Pangeran, selamat atas penobatan Anda." Lyla sedikit membungkuk untuk menunjukkan tata krama. Bisa menghadiri acara ini adalah sebuah pengalaman yang berharga. Ia tidak boleh membuat malu nama keluarganya.

"Panggil aku Giovanni saja, Lyla. Tidak perlu formal begitu, kita teman sejak kecil, bukan?" Pangeran bernama Giovanni itu terkekeh pelan. Lyla segera menegapkan tubuhnya kembali.

"Saya tidak bisa bersikap tidak sopan."

"Kau masih saja seperti ini. Selamat menikmati hidangannya, ya."

Selepas kepergian Giovanni, Lyla melihat seseorang yang tidak asing di antara keramaian. "Oscar!"

"Rupanya Anda di sini, Nona Lyla. Maaf, aku tersesat."

Lyla tertawa pelan. "Santai saja, Oscar. Lebih baik kita duduk dulu, bagaimana?" Tawarnya. Oscar menyetujui dan duduk di sebelah Lyla.

"Kapan terakhir kali kita bertemu?"

Oscar adalah pelayan setianya. Mereka tumbuh besar bersama-sama di keluarga Hviezda. Oscar sudah lama tidak terlihat di kediaman Hviezda, terkadang Lyla juga sangat merindukannya. Meskipun demikian, pekerjaannya sangat penting. Bahkan Lyla tidak bisa mencegahnya pergi.

"Sepertinya enam bulan lalu. Astaga, kenapa Anda tidak bilang kalau mau pulang? Tiba-tiba mengirim surat untuk hadir di sini."

Tergelak, Oscar membalas perkataannya. "Aku sedang mengumpulkan informasi, apa yang Anda harapkan?"

"Hah, hari ini panas sekali. Aku akan mengambil minuman dulu." Keluh Lyla. Kemudian ia berdiri dan menuju tempat minuman disediakan, tidak sengaja menabrak seseorang.

Dug!

"Ma-maaf!" Karena suasana yang ramai, Lyla jadi kurang awas terhadap sekitarnya. "Anda baik-baik saja?"

Seorang nenek yang tampaknya sudah sangat lanjut usia hanya mengangguk ketika mendengar apologi itu. Lyla bernapas lega, setidaknya ia tidak membuat masalah baru, 'kan? Terlebih di acara prestisius seperti hati ini.

Omong-omong, di mana kerabat nenek ini? Jika beliau hadir, seharusnya dia juga merupakan orang penting, tapi Lyla tidak pernah melihatnya sebelumnya dalam acara lain. Mungkin dia yang kurang memperhatikan?

"Terima kasih atas bantuanmu. Rumahku ada di atas bukit, di balik hutan Oo. Jika kau butuh bantuan, aku akan dengan senang hati mengabulkannya." Nenek itu tersenyum ramah kepadanya.

"Mengabulkan?" Lyla mengernyit. Nenek ini sedikit aneh, menurutnya. Ia diam saja, mungkin saja nenek ini adalah tamu penting. Sebelum pertanyaannya terjawab, nenek itu sudah menghilang di antara keramaian. Ia jadi ketakutan.

Siapa nenek itu tadi?

"Lyla, di sini kau."

Lyla memalingkan wajah, melihat Pangeran Giovanni datang padanya. Fokusnya langsung teralihkan. "Ada apa, Pangeran?"

"Pelayan sudah membawakanmu makanan, tapi tadi kau tidak berada di kursimu."

"O-oh. Maafkan saya." Lyla membungkuk seraya menyampaikan apologi. Rasanya jadi tidak enak sampai dicari oleh Pangeran Mahkota, bukan?

"Kembalilah, aku akan menemanimu."

Lyla gugup sekali berada di sebelah Pangeran Giovanni. Ia adalah masa depan negeri ini. Semua orang otomatis menatap ke arah mereka dan melayangkan pujian betapa serasi sepasang insan itu. Bukan sekali dua kali, hal ini memang sering terjadi.

"Lihat, mereka serasi sekali."

Kembali ke tempat semula, Pangeran juga berbaik hati duduk di sebelahnya. Ke mana Oscar? Sialan, disaat penting seperti ini justru menghilang.

"Ada apa, Lyla? Apa ada masalah?"

"Tidak, Pangeran. Maaf sudah bersikap tidak pantas dan membuatmu khawatir." Lyla mengutuk dirinya sendiri. Ada apa dengan hari ini? Biasanya ia tidak bersikap begini, banyak melakukan kesalahan. Ia harus mengintrospeksi diri agar kejadian ini tidak terulang di masa depan.

"Lyla, aku ingin mengatakan sesuatu." Ujarnya. Ia terlihat sedikit gelisah.

"Apa itu, Pangeran?"

Giovanni menatapnya lurus, membuat Lyla terheran-heran. Beberapa detik kemudian, ia berkata,

"Menikahlah denganku."

"Eh?"

Perempuan berambut pirang terlihat tidak percaya. Terlebih saat Giovanni memegang erat tangannya. "Aku serius, Lyla. Bisakah kau mempertimbangkannya?"

"Pangeran ... " belum sempat Lyla membalas, terjadi sesuatu di luar dugaannya. Entah bagaimana terdengar suara kepanikan. Giovanni langsung berdiri dan melindunginya.

"Tetap di belakangku, Lyla."

Perempuan itu melihat bagaimana satu per satu hadirin jatuh, kemudian mengeluarkan darah. Tidak ada panah atau benda tajam di sekitar mereka. Ulah siapa ini?

Tidak berapa lama, Lyla juga melihat Giovanni tumbang. Ia menutup mulutnya. Padahal Giovanni ada di hadapannya, tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Pangeran!" Panik, ia berusaha membangunkan Giovanni. Usaha yang sia-sia, karena Lyla bisa melihat darah mulai keluar dari mulutnya. Kedua tangannya gemetaran, kipasnya terjatuh. Tidak pernah ia berpikir akan melihat kejadian mengerikan seperti ini.

Di antara keramaian, seorang nenek-nenek tersenyum puas.

***

Lyla tidak menangis atau tersenyum, yang ia rasakan sekarang adalah hampa. Banyak orang yang memberikan penghormatan terakhir kepada Giovanni. Oscar berada di belakangnya, menatap khawatir pada gadis itu. Lyla dan Pangeran telah berteman sejak lama, pasti ia sedang berada dalam fase tidak ingin percaya.

"Nona Lyla, upacara pemakamannya sudah selesai." Oscar mengingatkan ketika para hadirin telah bubar dan pulang. Lyla bergeming, tidak mengatakan apa-apa. Tatapannya kosong, seperti kehilangan cahaya yang selama ini selalu bisa ia lihat dalam setiap langkahnya.

"Nona?"

"Oscar, apakah ini juga ulah Wolfsbane?" Raut gadis itu berganti marah. "Apa yang sudah kita lakukan pada mereka? Kita bahkan tidak mengenalnya. Kenapa mereka selalu mengacaukan semuanya?"

Oscar tak tahu bahwa Lyla tengah memikirkan hal semacam itu. Ia bernapas lega, setidaknya Lyla tidak terlalu bersedih. Ia cemas karena sedari tadi Lyla tak berucap apapun.

"Mungkin saja begitu, tetapi kita harus menyelidikinya dahulu." Imbuh Oscar.

"Bukankah mereka selalu mengincar keluarga bangsawan seperti kita? Hari ini mereka bukan hanya mencuri harta, tapi juga mengambil nyawa seseorang. Apakah itu tujuan mereka yang sebenarnya?"

Selain amarah, Oscar merasakan aura yang tak biasa dari majikannya saat ini hingga membuatnya sedikit takut. "Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Apapun itu, tolong jangan lakukan hanya karena dendam Anda semata."

Lyla berbalik pergi, lalu Oscar mengikuti. Hari telah malam ketika mereka bertolak dari istana dengan kereta kuda keluarga Hviezda. Oscar menunggangi kuda miliknya sendiri dan berjaga di sekitar kereta Lyla.

Sesampainya di kediaman Hviezda, Lyla memintanya untuk segera beristirahat. Oscar mengangguk saja. Lyla masuk ke kamarnya, menutup pintu rapat-rapat. Namun Oscar masih bisa mendengar isakannya dari balik pintu.

Ia menatap sendu, merasa tidak pernah bisa membantu apa-apa untuk majikannya selama ini. Dia hanyalah seorang pelayan, statusnya tidak tinggi. Walau demikian, Lyla tidak pernah menyiksanya seperti budak yang lain. Keluarga Hviezda bahkan mengirimnya ke sekolah untuk belajar. Tentu tidak sama seperti Lyla, tapi seorang budak yang bisa menempuh pendidikan adalah hal yang sangat jarang terjadi.

Oscar memutuskan akan melakukan sesuatu kali ini. Tidak akan ia biarkan Lyla bersedih lagi selama dirinya masih hidup.

***

Menjadi anggota Wolfsbane di usia mudanya adalah hal yang membuat seisi kelompok heran. Elaine menjelaskan latar belakang Claus bergabung di sini. Mereka tidak keberatan, tapi tetap saja terkejut pada awalnya.

"Semoga kau diberi keselamatan ketika berada di sini."

Seperti apa yang dikatakan Elaine, kelompok ini menentang pemerintahan dan terkadang merampok harta di jalan. Bukan sembarangan, tentu saja. Mereka hanya merampas milik para bangsawan.

Anggota lain mengatakan padanya bahwa sistem pemerintahan sedang korup, dan mereka butuh uang sebagai modal menggulingkan pihak yang berkuasa. Ketimpangan di mana-mana, kesenjangan sosial begitu terasa. Sewaktu-waktu mereka juga membebaskan budak. Claus jadi teringat dulu dirinya bernasib sama seperti mereka.

Ia harus lebih kuat, untuk bisa membungkam orang-orang jahat.

Kali ini mereka harus berpindah lokasi terlebih dahulu sebelum tertangkap musuh. Claus baru tahu bahwa Wolfsbane hidup secara nomaden. Elaine menjelaskan itu demi keselamatan mereka semua. Claus membantu membereskan barang-barang bersama anggota lain sebelum pergi. Tidak lupa menghapus jejak perapian untuk berjaga-jaga.

Setelah enam jam, Claus merasakan pegal di kaki. Ia belum pernah berjalan sejauh ini. Rombongan Wolfsbane mengambil rute selatan, memutar untuk sampai ke kota selanjutnya demi menghindari pasukan kerajaan. Mereka memang memiliki kuda, tapi itu hanya diperuntukkan untuk beberapa petinggi yang ada. Anggota baru seperti dirinya tidak akan mendapat hak istimewa.

Meski Claus melihat Elaine juga berjalan kaki sama sepertinya, tidak terlihat raut kelelahan pada parasnya. Fritz sesekali menghampirinya dan bertanya, tapi Elaine selalu tersenyum. Kemudian Fritz memeriksa barisan lain.

Mereka berhenti ketika hari mulai petang di dekat pegunungan. Bintang sudah mulai nampak di atas langit yang perlahan berubah menjadi gelap. Kemudian, mereka membangun tenda dan membuat perapian untuk memasak. Wolfsbane masih memiliki beberapa persediaan makanan untuk beberapa waktu ke depan, masih cukup untuk semua anggota.

"Claus, kau mau daging ikan atau daging lembu?"

Claus belum pernah melihat orang yang tiba-tiba saja bertanya padanya. Ia berperawakan sedang dengan rambut kecokelatan, sedikit tertawa ia berujar,

"Namaku Daris. Maaf belum memperkenalkan diri."

"Um, namaku Claus."

"Salam kenal, Claus. Jadi mau makan apa hari ini?"

"Da-daging ikan saja." Jawab Claus.

"Baiklah, akan aku bakar dulu."

Claus melihat Daris menjauh dan menuju ke perapian. Claus juga hendak beranjak ke sana, ingin membantu mereka. Namun ia tidak sengaja menangkap Elaine dalam lintas pandangnya. Ia sedang berada di area pinggir perkemahan mereka, tampak merajut sesuatu.

Claus tersenyum kecil, lalu ganti menghampirinya. "Apa yang sedang Anda buat?"

Elaine tampak terkejut dengan kehadiran Claus. "Kau tidak makan?"

"Daris sedang membakarnya. Anda merajut? Untuk siapa?"

"Untuk diriku sendiri." Jawabnya dingin.

Claus berbinar. "Rajutanmu terlihat bagus!"

Seharusnya Elaine terlihat senang karena dipuji, tapi yang dilihat Claus adalah lengkungan masamnya. Tidak terlalu kentara, tetapi karena ia berada di dekat Elaine maka membuatnya jelas.

"Cepat kembali bersama yang lain. Aku yang berjaga di sini."

Claus agak sedih mendengarnya. "Kenapa Elaine tidak mau ikut makan bersama kami?"

Elaine selalu menyendiri meski ia berada dalam kelompok. Selama beberapa hari bersama mereka, Claus menyadarinya. Ia tidak terlalu mengerti, tapi bukankah sendirian itu bukan hal yang menyenangkan? Claus selalu sendirian beberapa tahun belakangan, jadi ia merasakannya.

Apa Elaine tidak merasa kesepian?

"Claus, aku tidak bisa mengatakan apa-apa sekarang. Kau lelah, makanlah dan istirahat. Besok kita akan melanjutkan perjalanan lagi." Elaine memberikan pernyataan terakhirnya kepada Claus malam itu.

Bocah itu tidak berani membantah lagi. Ia tidak tahu apa penyebabnya, tapi semoga saja Elaine mau berbagi kepada masalahnya kepada yang lain.

Bahkan hingga mereka semua selesai makan, Elaine masih merajut di pinggir perkemahan. Claus ingin mengajaknya berbicara lagi, tapi segera ia urungkan niatnya ketika mengingat kejadian tadi.

"Claus, ayo segera tidur."

Fritz datang dari arah lain dan mengingatkannya bahwa ini sudah larut. Di luar terasa sangat dingin, mereka harus berhati-hati dan menjaga tubuh mereka sendiri. Ketika Fritz menatap anak itu, ia menyadari bahwa Claus tengah melihat ke arah Elaine.

"Kau mengkhawatirkan Elaine, ya?" Tanyanya. Claus terlihat terkejut, tapi ia mengangguk pelan.

"Apa dia tidak kesepian di sana? Aku tidak berani mendekat karena tadi Elaine sudah melarangku."

Fritz menepuk pelan pundak Claus. "Sudahlah, dia tidak apa-apa. Sebaiknya kita segera beristirahat untuk melanjutkan perjalanan besok, benar?"

Claus digandeng Fritz untuk masuk ke dalam tenda. Meski pandangannya tak bisa terlepas dari Elaine hingga masuk ke dalam sana. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dipikirkan Elaine?

Sementara Elaine, melihat Claus telah masuk ke tenda bersama Fritz. Ia meletakkan rajutannya, lalu hendak pergi.

"Mau kemana, Elaine?"

Elaine mendapati Daris memanggilnya. Ia berjalan mendekat lalu memandangi Elaine dengan penuh arti. "Ayo ke dalam. Udara semakin dingin."

"Tidak, Daris. Kau tahu aku tidak bisa bersama mereka." Ujarnya.

"Bukan berarti kau harus mengusir seorang anak-anak, bukan? Claus sangat mencemaskanmu. Dia hanya anak-anak, jangan terlalu keras padanya."

Elaine menatap lurus pada Daris. "Justru karena dia masih anak-anak, seharusnya dia menyadari dunia yang busuk ini lebih cepat."

"Berikan dia waktu sedikit bersenang-senang, oke?" Daris berlalu, menuju ke tendanya. Elaine tidak jadi pergi, mengambil kembali hasil rajutan yang ia letakkan di atas pasir.

Dingin.

Bab terkait

  • Wolfsbane   Persimpangan

    "Fritz, aku akan pergi."Fritz baru saja menyalakan lampu minyak di tendanya ketika Elaine datang. Lelaki berambut hitam itu menatap aneh. "Jam segini? Bagaimana aku harus menjawab mereka? Perjalanan kita masih jauh.""Itulah mengapa. Kita harus mundur dulu sementara setelah penyerangan pelelangan besar budak beberapa hari lalu." Ujarnya.Penyerangan pelelangan budak manusia dalam skala besar sudah jelas membuat para bangsawan merasa takut dan mengirimkan pasukan mereka untuk melakukan investigasi menyeluruh. Setidaknya saat ini, mereka harus menyembunyikan diri terlebih dahulu agar tidak ditemukan."Bukankah terlalu berbahaya jika kau pergi sendirian, Elaine?" Fritz tidak mengerti jalan pikirannya. Baru saja Elaine bilang berbahaya, tapi sekarang ia mau pergi seorang diri.Elaine seperti membaca apa yang terlintas di benaknya. "Kau tidak perlu mencemaskanku, kau tahu."Fritz me

  • Wolfsbane   Teman?

    "Lukisanmu payah!"Begitulah yang sering didengarnya sedari dulu. Karena itu pula, Josephine berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa perkataan orang-orang itu salah. Melukis adalah nyawa, seni, juga representasi pemikiran serta hati. Orang-orang yang tidak menghargainya hanyalah sampah.Ia bermimpi menjadi pelukis istana, karena itu ia berlatih setiap hari. Objek lukis yang paling umum di Lian adalah Nona Lyla Hviezda. Kecantikannya tersohor hingga negeri tetangga, membuat Lian bangga memilikinya.Setiap hari, ada lukisan baru untuknya dari para seniman. Kemudian para budak itu disuruh memajangnya di setiap sudut kota. Tidak sedikit pula yang menghadiahkan budak mereka untuknya. Meski kebanyakan berakhir ditolak karena ia sangat sibuk. Tetapi tidak ada orang yang membencinya, bahkan para budak sekali pun. Mereka bahkan dengan senang hati menghormatinya.Disaat semua bangsawan suka sekali menyik

  • Wolfsbane   Pesan

    Oscar bingung harus mencari kemana lagi. Lyla tidak tampak setelah berlari dengan orang asing itu. Pikirannya sudah sangat buruk. Apa sekarang ada orang yang ingin membunuh Lyla? Kemungkinan kecil, tapi bisa saja terjadi."Kalau kau mencari majikanmu, dia di tempat Tuan Gogh."Ada orang memakai tudung muncul begitu saja di hadapannya. Oscar mengambil sikap waspada, hingga akhirnya ia menurunkan tudungnya. Oscar sangat terkejut."Kau ... " Oscar tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sebagai anggota badan intelijen, sudah tugasnya untuk mencari informasi, dan yang berdiri di depannya sekarang adalah hal yang mereka bahas sebelum pulang ke kerajaan karena penobatan Pangeran Giovanni.Elaine.Pemimpin Wolfsbane.Poster buronnya tidak pernah dibuat, karena tidak ada yang bisa melukis wajahnya secara jelas. Maka dari itu, hanya sedikit orang yang bisa mengingat bila bertemu

  • Wolfsbane   Tujuan Baru

    Fritz terheran-heran karena hari ini Claus tidak perlu dipanggil untuk berlatih. Ia pikir Claus masih agak takut, tapi kini sepertinya tidak lagi. Yah, bukankah itu hal yang bagus?"Kau tampak lebih bersemangat hari ini, Claus." Katanya takjub. "Aku yakin jika kau terus berlatih, tidak ada yang tidak mungkin."Claus tidak merespon, ia hanya fokus pada pedang di tangannya. Ucapan Elaine kemarin begitu menamparnya. Jika ia tidak mau berusaha, maka selamanya julukan anak kecil akan terus melekat. Bila kekuatan bisa membuat Elaine berbicara, maka ia hanya harus melakukannya."Tolong, Tuan Fritz."Fritz segera meladeninya. Bakat memang penting, tapi ambisi bisa membuat segalanya terjadi. Hari ini, ia melihat ada ambisi di mata anak kecil itu. Jadi dia pun juga sudah mulai memiliki perasaan terhadap kelompok ini? Fritz tidak pernah merasa lebih bahagia dari ini.Claus mulai mengambil sikap kuda-kuda, bersiap menyerang Fritz. Lelaki dewasa juga tidak boleh len

  • Wolfsbane   Penangkapan

    "Bagaimana dengan rencana kita? Sebagian besar harus tetap berjaga di sini."Jumlah anggota kelompok ini kurang lebih ada dua puluh orang, termasuk Claus. Mereka mempunyai pekerjaan masing-masing dalam misi kali ini. Pelelangan budak akan diadakan tepat pukul delapan malam. Sebagian harus berjaga di tenda, lalu sebagian lainnya pergi ke kota yang jaraknya masih beberapa kilometer dari titik ini."Kami akan pergi. Aku, Fritz dan Daris akan menuju lokasi pelelangan. Kemudian, Byll tolong laporkan keadaan di sekitar sana. Beri tanda dengan sihir anginmu." Elaine menjelaskan. Lalu ia melirik pada satu-satunya anak kecil di sana."Claus, kau juga."Bocah itu terlihat terkejut. "Kenapa?"Elaine menatapnya. "Kuharap kau tidak lupa dengan kata-katamu saat bergabung bersama kami."Claus masih teringat dengan sikap Elaine sebelum mereka berangkat ke Pali. Sangat menyebalkan. Maka dari itu

  • Wolfsbane   Kesalahan

    Nyala sang agni masih terpantul pada kedua matanya. Claus berhenti berlari, menatap ke belakang dengan penuh tanda tanya. Kenapa Elaine belum kembali juga?"Claus, kau mau ke mana?"Fritz panik ketika mengetahui bahwa Claus justru berbalik arah. Ia segera mengejar, bahkan beberapa anggota lain berteriak padanya. Tapi bocah itu sangat lihai menghindar dari tangkapannya. Banyaknya ranting atau semak bukan penghalang berarti baginya. Sesuatu menghentikan Fritz, ia terkejut saat melihat siapa yang menahannya."Fora?""Lama tidak berjumpa, Fritz. Sekarang, kau harus tidur dulu." ***Elaine menatap tetesan darah di sekelilingnya. Kulitnya tergores di beberapa bagian, tapi bukan hal yang besar. Namun jika seperti ini terus, tentu bukanlah hal yang baik. Ia juga punya batas. Ya

  • Wolfsbane   Bergerak!

    Lyla penasaran dengan Carla; Elaine. Ia masih tidak percaya bahwa orang yang ditemuinya dahulu adalah pimpinan kelompok Wolfsbane. Selama ini yang ia dengar bahwa mereka hanya suka merampok bangsawan dan membuat kerugian."Nona, jangan melamun. Apa ada yang bisa Fora bantu?"Kini mereka sedang berada di taman belakang. Fora menunjukkan beberapa sihirnya untuk menghibur Lyla, tapi sepertinya dia tidak tertarik."Sekarang jam makan siang, Fora tidak lapar?" Tanya Lyla."Hahaha, penyihir hanya memakan energi alam. Nona lupa, ya?" Fora tertawa. Lyla tersenyum, tidak mengindahkan. Ia memang hanya mencari-cari alasan."Oh iya, Nona. Aku juga telah menjalankan tugasku dengan baik! Dia beruntung aku tidak membunuhnya! Terlebih, Tuan Oscar sendiri yang memborgolnya!"Lyla tidak tahu mengapa ia menjadi ragu. Bukankah seharusnya semua penjahat itu sama saja? Namun apa yang ia rasakan

  • Wolfsbane   Musuh

    Lian terletak di lokasi yang strategis, dan semua perdagangan dari kerajaan lain pasti melalui tempat itu. Beberapa kota yang terkenal dari Lian adalah Pali, Malta, dan Hira. Pali merupakan tempat hiburan, Malta adalah pelabuhan, sementara Hira adalah teritori yang terkenal karena hasil peternakan. Wilayah Lian yang luas pun mendukung agar kerajaan itu semakin makmur.Namun berbanding terbalik dengan kemakmuran para bangsawan, manusia yang diperjualbelikan sebagai budak tidak pernah merasakannya. Derajat mereka lebih rendah dari rakyat yang miskin. Selain itu, pajak sangat tinggi. Tidak semua orang mampu membayarnya. Bagi mereka yang tak bisa membayar maka harus menggantinya dengan menjadi budak. Ini adalah hal yang biasa terjadi di zaman ini.Wolfsbane muncul sekitar tiga tahun lalu, untuk menghentikan semua ketidakadilan yang terjadi. Bagaimana, apa, dan siapa saja mereka masih merupakan misteri. Mereka bergerak dalam senyap dan baru-baru

Bab terbaru

  • Wolfsbane   Sisi Lain

    Pangeran Joe kembali dengan membawa hasil buruan begitu banyak. Para pelayan bahkan menatap tidak percaya dengan betapa banyak juga yang harus mereka masak. Tapi tentunya ada satu orang yang sangat bersemangat dengan kabar itu. "Pangeran sangat hebat! Luar biasa, aku akan memasak semuanya!"Pangeran Joe hanya tersenyum tipis ke arah pelayan yang sudah lama dikenalnya itu. "Aku mengandalkan dirimu jika demikian, Uni."Uni memberikan hormat. "Siap, pangeran! Serahkan semuanya pada saya!" Pangeran Joe kemudian pergi, sementara orang-orangnya membereskan peralatan dan lain sebagainya. Ia bilang hendak beristirahat dulu akibat lelah. Uni yang berapi-api lantas segera menyingsingkan lengan pakaiannya ketika bahan makanan mulai dibawa ke dapur oleh pelayan laki-laki. Dia tidak akan kalah hari ini! Kemarin dia sudah bisa menyiapkan perbekalan dengan sempurna untuk Pangeran Joe, berikutnya pasti juga berhasil! Keberuntungan sedang ada di pihaknya sekarang, ia tidak boleh menyia-nyiakannya.

  • Wolfsbane   Awal Baru

    "Lihat, ada seseorang!"Para nelayan berkumpul di sekitar garis pantai ketika mendengar sebuah seruan. Pagi ini mereka baru saja kembali dari laut dan menemukan seorang lelaki yang tak sadarkan diri di tempat ini. Saat ada seorang nelayan yang memeriksanya, ia masih bernapas. Maka akhirnya diputuskan bahwa tubuh itu akan diletakkan di salah satu rumah nelayan hingga siuman."Dia pasti orang asing karena kita tidak pernah melihatnya, apa kita harus menghubungi pejabat setempat?""Kau benar, dia mungkin mata-mata. Tapi kita harus menanyainya beberapa hal terlebih dahulu. Kita tunggu sampai dia sadar."Orang tersebut sadar setelah dua hari, ia tampak begitu lemah ketika membuka sepasang matanya. Ia terbangun di tempat asing, merasa pusing hingga akhirnya memegangi kepalanya. Saat duduk, ia melihat ada orang lain yang tak jauh darinya dan memutuskan untuk bertanya. "Aku di mana?""Kau berada di Yilan." Jawabnya. "Kau sendiri siapa? Apakah kau mata-mata?""Ah, bukan, namaku—"Orang itu in

  • Wolfsbane   Badai

    "Selamat datang, Lyla Hviezda."Lyla membungkuk hormat pada lelaki yang menyambut kedatangannya ke kediaman Ratte. "Hormat saya, Tuan Voic."Voic, lelaki itu hanya tersenyum. "Jangan begitu formal, Lyla. Panggil aku Voic saja."Lyla mengangkat kepala, memberi gestur tangan kepada Oscar yang tengah membawa suatu kotak. Lantas pelayannya itu memberikan benda persegi tersebut kepada Voic. "Sedikit oleh-oleh dari Lian, harap Tuan berkenan dengan pemberian dari Nona Lyla.""Oh." Voic mengambil kotak itu sendiri karena tidak begitu besar, dan ketika memegangnya memang tidaklah berat. "Tidak perlu repot-repot, tapi terima kasih."Voic kemudian memandu mereka menuju ruangan besar. Sudah banyak bangsawan dari berbagai penjuru negeri yang hadir. Lyla duduk di sebuah kursi, bersama Oscar yang berdiri di belakangnya. Selayaknya pesta lain, semua orang tampak bersenang-senang di tempat ini. Ada yang mengobrol saja, atau mulai melangkah menuju lantai d

  • Wolfsbane   Tatapan

    "Pekerja baru?""Iya. Dia adalah budak yang menghilang sewaktu pengiriman saat itu akibat Wolfsbane."Lyla pulang kembali ke kediaman Hviezda, mendapati ada seorang anak kecil yang ada di salah satu kamar budak. Oscar terpaksa mengunci pintu karena suaranya sangat mengganggu. Lyla yang kasihan akhirnya meminta lelaki itu membukakannya."Bagaimanapun dia masih anak-anak, Oscar."Mau tak mau akhirnya Oscar menurut. Anak itu langsung keluar dan tak sengaja terjatuh karena pintunya yang tiba-tiba terbuka."Saya tidak mengerti mengapa Anda ingin budak anak-anak seperti ini.""Kau juga sama dulu."Oscar mendecih pelan. Apalagi ketika melihat Lyla justru mendekat pada anak itu dan memeluknya. "Tenang, aku tidak akan menyakitimu."Bocah itu mulai tenang, lalu mereka kemudian berbicara beberapa hal. Hanya dengan b

  • Wolfsbane   Keputusan

    Claus berlari.Mengapa orang dewasa selalu saja bersikap seenaknya? Ia tidak mengerti dan tidak mau mengerti. Berkali-kali ia terjatuh karena tidak memperhatikan jalan. Ketika kakinya telah menjerit kesakitan, alam telah berganti tayang. Claus lelah berlarian tanpa tujuan. Pada akhirnya ia pingsan.Ketika ia terbangun, bias cahaya mengenai permukaan kulitnya dari sebuah pintu yang terbuka. Tidak ada dingin menyapa, karena sebuah selimut diletakkan di atas tubuhnya. Dinding kayu terlihat ketika ia mengamati. Di mana ia berada saat ini?"Kau sudah bangun?"Seorang lelaki datang memberi salam dan bertanya. Nampan berisi sarapan ia letakkan di atas meja dekatnya. Claus merasa pernah berjumpa dengannya, tapi ia tak begitu mengingatnya."Katakan siapa namamu. Bisa repot kalau kau anak hilang dan sedang dicari orang tuamu."Nama?Claus tidak bisa menging

  • Wolfsbane   Refleksi

    "Tidak, aku lupa membeli telur!"Uni segera berlari setelah mengecek persediaan bahan makanan di dapur istana. Pangeran Joe sangat suka makan telur dan daging, itulah alasannya. Uni memang belum secakap mendiang ibunya dalam melakukan segala sesuatunya. Salah satunya adalah sifat pelupanya ini."Jangan lari, Uni." Peringat Hilda, salah satu rekannya. Namun Uni telah menghilang terlebih dahulu di balik pintu. Hilda hanya menggeleng pelan sembari melanjutkan pekerjaannya kembali."Telur, telur!"Uni sudah hampir gila. Pangeran Joe sedang dilukis oleh Josephine di halaman belakang bersama Nona Lyla. Uni harus kembali sebelum mereka selesai. Tapi ia tidak yakin akan sanggup atau tidak. Ah, sudahlah! Rasanya otaknya makin buntu bila kian dipikirkan.Ia berlari begitu kencang hingga membuat beberapa orang menatapnya heran. Tidak berhati-hati mengendalikan laju lari, Uni tidak sempat berhenti ket

  • Wolfsbane   Resah

    Yue dan Leo belum melihat tanda-tanda keberadaan Elaine meski telah mengalahkan para prajurit yang berjaga di sekitar menara. Mereka kebetulan bersimpangan dan bertemu. "Kau menemukan sesuatu?" "Belum, aku tidak melihat yang lain. Sebaiknya kita tetap di sini sambil menunggu sinyal." Keduanya mendengar sesuatu seperti suara tawa. Agak sedikit jauh dari posisi mereka, ada seseorang yang datang sembari menyeret tubuh manusia. Orang aneh itu mengenakan jubah dan membawa tas kulit di pinggangnya. Fanla yang sedang membawa mayat Elaine berhenti sejenak setelah merasakan ada sesuatu di sekitarnya. Dari dua arah berlawanan, ada beberapa benda tajam melayang ke arahnya. Fanla menghindar dengan baik, kemudian menilik siapa yang berani menghalangi jalannya. "Mau kau bawa ke mana Elaine?" Fanla menyeringai. Jadi rupanya mereka adalah teman Elaine; mayat yang tengah ia bawa ini. Fanla mengeluarkan sebuah benda magis dari kantungnya, kemudian menarik kedua orang yang menghadangnya barusan. "

  • Wolfsbane   Pertanyaan

    "Fanla, apa yang kau lakukan?!"Fora kesal karena Fanla melakukan hal yang tidak berguna dengan membawanya keluar dari ruang penuh kabut racun itu. Mereka berada di lorong depan ruangan tersebut, melihat sisa kabut menyelinap melalui celah bawah pintu. Apa Fanla pikir ia lemah dan bisa dikalahkan oleh racun Elaine?"Fora, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Kau adalah temanku." ujarnya menjelaskan maksud tindakannya tadi."Bagaimana kalau Elaine kabur?!""Tidak mungkin, ia sudah kehilangan banyak darah. Kita tunggu sampai kabut racunnya hilang."Fora menunjuk-nunjuk wajahnya. "Lalu kau menyuruhku diam saja, begitu? Aku yang bertanggung jawab atas semua ini. Aku tidak mau mengecewakan Pangeran Joe.""Fora," panggil Fanla. "Kau tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Aku heran kenapa kau bahkan melarang Oscar ikut campur.""Manusia itu," Fora menghadap

  • Wolfsbane   Mimpi buruk

    Byll mengamati keadaan sekitar terlebih dahulu. Menara barat terlihat sepi, ada yang tidak beres. Mungkinkah mereka mengganti formasi untuk berjaga? Tapi melihat situasi kerajaan, rasanya itu hampir tidak mungkin.Ia juga belum berjumpa dengan Yue atau pun Leo. Prioritasnya sekarang adalah mencari Elaine terlebih dahulu. Ia tidak boleh lengah barang sedikit pun. Baru beberapa langkah berjalan, ia terhenti.Oscar rupanya sudah menunggunya di balik dinding."Byll Galsch, mari selesaikan pertarungan kita waktu itu."Byll melihat Oscar membawa senjata yang sama seperti bertahun-tahun silam. Sebuah pedang yang tampak tajam dan mengkilat, serta rubi yang berada di gagangnya. Aura kehitaman menguar ketika Byll menangkapnya dengan retina.Sama seperti waktu itu.Byll mengeluarkan sihir anginnya secepat yang ia bisa, tetapi Oscar terlebih dulu hendak menebasnya. Beruntung Byll dapa

DMCA.com Protection Status