Masa lalu yang tidak pernah terencana dalan hidupnya. Sebuah perjalanan singkat, membuat ia semakin terbawa arus penasaran yang mencengkam.
Apalagi didapati sebuah kenyataan jika semua hal yang terjadi di masa lalu meninggalkan bekas. Berkas kenangan yang membuat Ananta berfikir ulang. Bahwa semua itu nyata dan perlu diingat setiap sekon.
Pelarian dalam peristiwa mencengkam. Ananta tidak bisa memperkirakan apa yang terjadi dengan Alice dan Dyn satu tahun yang lalu selepas ia pergi. Selayaknya orang pengecut dan bodoh.
Manik merah marun Ananta menatap ke luar jendela. Tanaman yang tumbuh subur dengan aneka macam bunga kini menjadi terbatas. Dibuang karena layu dan mati. Terlihat Bi Manda menyalakan keran air di sana. Menyiram pada satu per satu pot setelah air itu penuh.
Helaan nafas kembali tercipta. Kendati rasa lelah kian mencengkam Ananta mengobati dengan secangkir besar teh tawar yang mengepul hangat dalam genggaman.
Sampai tenggelamnya dalam p
Dalam kecepatan yang tidak biasa sampai sesekali mobil itu terpontang-panting karena menginjak bongkahan batu ataupun akar kayu, pemuda berambut oren tersebut menegakkan tubuh. Hendak melubangi kaca mobil. Tetapi semua itu terhalang oleh cabang pohon yang cukup besar melintasi atap mobil. Tepat mengenai tubuh pemua tersebut hingga jatuh. Terjembab sampai berguling-guling dengan kecepatan tinggi.Dari kejauhan Bi Manda dapat melihat bahwa pemuda tersebut tidak merasakan sakit yang berarti. Mendadak bangkit kemudian mengejar lagi. Sampai mobil putih tersebut melintasi perbatasan. Ada perasaan lega karenanya. Pemuda tersebut dapat ditangani warga kalaupun mengikuti.Tetapi sesuatu yang Aneh dari kejauhan. Pemuda tersebut tidak lantas berlari melewati perbatasan. Memilih berhenti dibalik semak serta pepohonan.Dan ternyata tanpa di sadari oleh mereka pelarian itu bukanlah akhir. Terlihat sekali dari dalam mobil bahwa pinggir hutan itu telah dipenuhi banyak serigala
Ada seorang pria yang melihat kejadian tersebut. Dia adalah pria berpakaian putih aus yang pernah ditanyai Bella pasal arah hutan LeNight. Pria itu terbengong dengan mobil Bella yang melaju kencang melewatinya. Belum genap sepenuhnya pria itu menoleh ke belakang untuk mencari tau apa gerangan yang membuat mobil melaju kencang. Api merah tersebut melahap tubuh si pria mulai dari kakinya dan secepat kilat naik ke seluruh tubuh. Tanpa memberi kesempatan pria tersebut untuk sadar akan keadaan beberapa sekon setelahnya api merah meninggalkannya. Tersisa abu kering.Semua kejadian mengerikan tersebut ditangkap indra penghilatan Bi Manda. Bahkan sekilas dari spion Bella juga menyaksikan."Sepertinya api itu mampu mendengar sesuatu, detak jantung atau suara apapun yang menimbulkan pergerakan." Bella berujar ngeri.Detak jantungnya semakin menggila sampai ia kembali menaikkan kecepatan mobil.Api merah tersebut semakin lama semakin kecil setelah melahap sesu
Sedang, mobil Bella masih melaju kencang meski telah memasuki area perkotaan. Degup jantung sedikit mereda meski terselimut perasaan cemas. Apa yang akan terjadi jika api itu mengikuti mereka terus dan tidak akan pernah padam?Meski dalam perkiraan Bella. Api itu pasti mati karena makin surut. "Kita selamat."Kendaraan lalu-lalang disepanjang jalan. Ada banyak jenis manusia yang berusaha menyelesaikan kesibukan masing-masing. Kenyataan ini membuat Bella sedikit tenang. Mereka tidak sendiri. Dan kejadian beberapa masa yang lalu. Segalanya seakan menjadi halusinasi yang tidak sampai."Maafin Ananta, Ma," ujaran sendu menggema penuh sesal.Bella menatap Ananta. Mengelus kepala putranya dengan sayang. Seulas senyum merekah tanpa paksaan. "Kamu akan selalu jadi putra kecil Mama. Suatu saat nanti, kamu jauh lebih kuat dari orang lain."Putra kecil, ya? Itu kata hangat yang menenangkan.
Satu tahun yang lalu. Berkat kabar dari Dyn Alice mengatahui siasat buruk Charlotte. Pemuda itu ingin memperistri dirinya untuk mendapat kekuasaan. Bahkan rencana terburuknya adalah menguasai tubuh Alice sebagai sumber kekuatan.Pangeran Charlotte tau betul mengenai mata merah Alice yang memiliki magic. Ia ingin mengendalikan tubuhnya.Namun Alice tidak cukup memiliki bukti yang kuat untuk menghentikan pernikahan. Bahkan untuk melempar jauh Charlotte.Sampai akhinya sebuah ide gila itu muncul. Alice dengan lantangnya meletakkan mata merah kepada Ananta. Ia tidak perduli dengan Insley ataupun Dyn yang menolak keras. Bahkan Alice dengan ngototnya membius Ananta, menggunakan jeruk sebagai perantara. Alice telah merencanakan itu sejak awal.Kalaupun seandainya Charlotte mampu menguasai tubuh Alice, ia tatap tidak akan membiarkan pemuda tersebut menguasai LeNight dengan kekuatannya.Ternyata diluar dugaan. Charlotte lebih gesit satu langkah. Ia sadar Al
Kejadian selanjutnya tidak akan membaik. "Ayah lebih percaya pembual itu?" ujar Alice tidak percaya. Ia harus menghentikan ini."Siapa yang pembual? Jika buktinya saja berada di depanku! Bawa pelayanmu itu menghadapku!"Raja Adolph melangkah cepat. Dalam langkahnya yang kesekian ia berubah menjadi serigala berbulu abu. Cukup besar dua kali lipat dari ukuran biasa.Tidakan itu diikuti Charlotte. Pangeran tersebut berubah menjadi serigala bercorak oren.Alice dapat mengenali baunya. Mereka telah pergi. Ia bergegas keluar dari aula untuk menemui Insley. Memperingatkan perempuan tersebut akan rencana selanjutnya. Dan berusaha memastikan jika Dyn telah membawa Ananta kembali ke tempat asalnya. Di luar hutan terlarang.Meski dengan mata tertutup kain putih Alice dapat berjalan leluasa mengandalkan penciuman yang tajam. Sebagai keturunan serigala semua itu dengan mudah Alice lakukan.Ia mendapati Insley berdiri cemas dipinggir kolam. Tempatnya luas
Sekuat apapun Alice memikirkan semua rencana dan taktik. Kenyataannya ia tidak sepandai itu menghentikan pernikahan yang berlangsung hari ini.Apa yang akan terjadi esok atau lusa? Pikirannya mendadak terpenuhi oleh sosok Ananta. Mungkinkah Ananta akan kembali? Sekalipun itu tidak terjadi. Kemudi harus tetap dikendalikan olehnya.Dengan tubuh terbalut gaun panjang berwarna merah gelap, Alice termenung di depan cermin. Pantulan dirinya tampak lebih elegan dengan manik-manik diberbagai sudut tidak membuat senyum bersinar."Aku selalu merasa terhormat bisa merias Putri Alice," gumaman Insley kembali menyentak Alice dari lamunan.Tanpa berusaha melirik wajah Insley yang tampak pucat. Pikiran Alice beralih pada kedua lengan Insley yang sibuk memilih alat rias. Mengambil serbuk pemerah bibir untuk diaplikasikan pada Alice. Kegiatan itu cukup membuat pikiran Alice terfokus pada lengan Insley yan
Ditengah keadaan genting tersebut. Alice masih sempat menyusup dari istana menuju pondok tengah hutan. Di sana ia bertemu dengan Dyn. Pengawal kepercayaannya tersebut memberitahu, "jika kekuasaan beralih ke pangeran Charlotte. Tentu ini akan sangat sulit bagi kita untuk melemahnya.""Tidak, selagi akupun mendapat kekuasaan. Melemahkan burung tentu butuh sangkar yang indah agar ia lupa cara terbang bebas." Ujar Alice tenang. Dalam kondisi saat ini. Orang terdekat musuh yang memiliki potensi banyak untuk menekuknya. Dan itu Alice sendiri.Dyn masih ragu dengan rencana Alice kali ini. Pasalnya mereka telah gagal melakukan rencana awal sampai harus berpindah ke rencana transfer mata.Meskipun begitu, Dyn akan mengikuti rencana tersebut. "Soal penyakit Raja. Apa tidak masalah ketika tuan Putri akan kehilangan beliau.""Apa maksudmu?" Alice menyelidik. Menajamkan telinga pada Dyn yang berdiri tepat dibelakang."Penyakit Raja bukan tanpa sebab. Jika kita
"Lakukan lagi."Ucapan Insley sukses membuat pelayan berambut pirang yang disapa Anyt membuatkan mata. "Kau tidak bisa mengacak-acak tempat penyimpanan rempah-rempah." Tanpa rasa takut sedikitpun karena baginya Insley hanya ketua pelayan Putri Alice.Tidak ada yang menggubris teriakan Anyt. Para penjaga tetap menggeledah laci-laci yang berisi botol-botol bubuk rempah. Hingga salah satu dari mereka menemukan botol bening yang berukuran kecil. Tampak mencurigakan karena itu tidak memiliki cap bumbu pada kemasan ataupun nama-nama bumbu.Setelah penjaga tersebut menyerahkan botol tersebut pada Insley. Tanpa di bukapun, Insley sudah tau kalau itu bukan bubuk. "Bagaimana bisa ini tercampur dengan bubuk rempah?"Semua merunduk. Anyt menjawab, "itu hanya paterseli, Insley.""Tentu, daunnya tampak mirip." Insley membuka penutupnya. "Tidak mungkin baunya mirip lobak.""Bawa Anyt ke ruang interogasi!"Dua penjaga segera membekap lengan Any
Mendadak sosok itu mendekat. Berjalan lambat dengan langkah-langkahnya yang besar. Tubuh yang tampak kecil tersebut mendadak terlihat makin besar dan tinggi seiring dekatnya mereka. Ananta sedang berusaha untuk tidak menahan napas. Sayangnya hal itu nihil. Aura yang pekat membuta Ananta membeku. Sedangkan disisi lain, Ananta melirik Cara yang sama bisunya. Seolah perempuan itu tau dan sedang menunggu.Tubuhnya hitam tegas. Tinggi menjulang, lebih tinggi dari Ananta sekitar lima belas sentimeter. Dalam hati Ananta monolog, "pantas saja." Kaki yang dibalut celana bahan berwarna hitamnya tampak panjang. Karena itu pria berambut kaku dengan mata biru begitu cepat tiba di depan Cara.Kesan mengerikan tersebut membuat Ananta tercengang ketika pria itu mendadak tersenyum. Menyapa Cara ramah."Dimana Araujo?" Hal pertama yang keluar dari mulut Cara setelah pria tersebut menyapa. Cara tidak sungkan untuk tidak membalas sapaan pria ini."Kau tentu bisa menebak apa yang terjadi." Dengan aksen s
"Benarkah? Apa wajahmu berlubang?" Tanya Cara penasaran. Perempuan tersebut kemudian mendekat."Tidak." Tetapi paku itu berasal dari tempat Cara berdiri. "Berarti kamu menghancurkan paku itu?" Cara makin penasaran dan ini sukses membuat Ananta merasa aneh."Kamu yang melemparkan paku itu dan menghancurkannya tepat di depanku?" Ananta tidak ingin percaya dengan ini. Tetapi mengingat tentang matanya, cahaya biru laut, api merah darah membuat Ananta berpikir kemungkinan itu bisa saja terjadi."Konyol. Kamu yang melakukan itu sendiri." Cara terkikik. Postur tubuhnya yang semula serius kembali rileks. Tepat ketika menyadari Ananta masih syok ia kembali berujar, "aku yang melemparkan paku itu," Ananta membelalak. Dan sebelum pemuda tersebut membuka mulut Cara lebih dulu menerobos, "hanya untuk memastikan sesuatu. Ternyata itu bukan softlens.""Apa maksudmu?" Ananta bingung.Tetapi Cara malah tertawa, "Ananta. Aku tidak sebodoh itu. Menurutmu, untuk apa aku membawamu ke seni kalau bukan ka
Esoknya pagi-pagi sekali Ananta terjaga dengan beberapa pilihan rencana dalam pikirannya. Seakan otaknya yang tidur telah berjaga semalaman. Dia bangun, memakai baju putih polos dengan kaus abu dibagian dalam. Meninggalkan kamar sepetak yang dominan kayu di berbagai sisi.Kakinya dengan ringan menyusuri ruang tengah sederhana. Terlihat bagian paling menonjol adalah meja makan dengan empat kursi kayu. Tepat di sebelah kanan pintu keluar kamarnya terdapat almari kayu rapat, tanpa ukiran apapun. Ananta tidak berhasil menduga apa isi lemari itu. Sedangkan di sebelah kiri terdapat pintu kamar. Cara berada dibalik pintu tersebut. Mata Ananta kini menyusuri setiap sudut ruangan. Memilih satu-satunya pintu keluar yang berada sejajar di depan tubuhnya. Pandangan pertama yang ditangkap mata Ananta begitu keluar dari rumah adalah rumah-rumah panggung yang berjajar rapi. Dan beberapa dari mereka memiliki jarak sekitar sepuluh meteran dibawah langit fajar yang tidak sepenuhnya gelap. Hawa dingin
Beruntung setelah seperempat menit mereka akhirnya menemukan suara bising dari arah seberang. Tepat di pintu masuk dan keluar, gerbang utama desa Mercia. Beberapa orang yang dominan pria tua bercanda dengan tawa menggelegar sambil mengangkat gelas, menenggak beberapa yang tersisa di dalamnya.Herly, Ursula dan Sam yang tampak girang lantas bergegas menghampiri. Hawa dingin pada malam panjang segera ditepis oleh kobaran api dibagian tengah toko tersebut. Jelas plakat berbunyi 'Veni ed vade'."Oh, tidak! Kita cukup beruntung kali ini." Sam memekik sambil tertawa. Reflek memukul perut Herly dengan punggung tangan hingga mendesis. Ursula melalak ketika mengetahui adegan barusan. Ia sudah lelah melihat betapa girang temannya ini."Anak itu, biar aku pukul kepalanya sesekali." Geram Ursula. Herly mengikuti langkah Sam dengan wajah mendung menahan sakit di perut. Sial.Beberapa dari pengunjung dengan tubuh yang besar, gempal dan ada pula yang kurus kering menatap ingin tau. Dari pakaian yang
"Aiss, kita sudah berjalan sejauh ini. Kakiku hampir pegal." Tidak diragukan lagi ketika suara melengking konyol yang nampak kekanakan ini akan terlontar. Semua orang, setidaknya Ursula dan Herly akan langsung tau siapa pemiliknya.Sam berhenti sejenak, memijat kakinya sembari menggerutu. Merana memandang Ursula dan tuannya Herly masih berjalan tanpa memperdulikannya.Malam ini Herly yang diapit oleh kedua pengikutnya sedari tadi hampir tiba di perbatasan. Pintu keluar masuk desa Mercia. Sebenarnya Herly sendiri tidak pernah merasa lelah sedikitpun. Wajahnya berseri memandang ke sekeliling, rumah penduduk yang tertutup rapat. Beberapa lampion menggantung disekitar pagar atau satu-satunya pohon di depan rumah. Hanya saja gerutuan Sam tidak pernah berhenti barang sedetik sepanjang perjalanan."Hampir bukan?" Ursula menyahut masih dengan memfokuskan jalannya. Sam tertinggal. Tapi setelah mendengar Ursula menanggapinya lagi, ia mendadak sensi, "apa?" Sambil berlari menyusul Herly dan Ursu
"Lalu apa yang harus dilakukan sekarang?" Darwin tidak berani mengangkat tangan untuk membasuh peluh yang mem-biji saat dingin menerpa. Kehormatannya kepada Raja Ardolph yang harus ia sematkan pada Raja Charlotte kini memberatkan.Charlotte tersenyum menang, "aku tidak menganggap keputusan Raja Ardolph itu menyedihkan. Dalang dibalik kebakaran itu memang harus ditangkap. Tapi, dengan berubahnya 'senjata' klan warewolf maka akan berubah juga rencananya. Karena Raja Ardolph telah meninggal, maka seluruh keputusan beralih kepadaku."Ada banyak kejanggalan yang ia berikan untuk Raja Charlotte saat ini. Keserakahan dan aura Charlotte membuat Mentri Darwin tidak pernah menyetujui pernikahan Alice dengan pemuda tersebut. Tapi dalam keheningan yang menerpa sejenak, Charlotte berujar lagi, "aku akan memberikan banyak penjaga untukmu dan Gilmer. Ini mungkin agak terlambat, tapi harus segera dilakukan." Darwin menatap dalam hingga akhirnya tersenyum. Mungkin penilaiannya terhadap Charlotte sala
Sedangkan disisi lain Charlotte berdiri tepat di pinggir danau, membelakangi menteri Darwin dan gazebo Rex_tempat santai khusus raja yang terletak di samping kanan menara Raja itu sendiri."Katakan!" Raja Charlotte tidak berniat untuk memulai pembicaraan ini.Sambil menghembuskan napas, Mentri Darwin menatap ke sekeliling. Malam yang temaram, menghadap danau buatan yang luasnya kurang lebih sepuluh kali sepuluh meter tampak lebih pekat dinginnya. Lentera kecil menggantung berjajar rapi di atas permukaan air hingga memberikan kesan romantis dan damai. Tempat seperti ini ada dua di istana. Satu dibuat khusus sebagai gazebo raja atau Rex dan satu lagi adalah gazebo Reginae, gazebo Ratu."Maaf yang Mulia. Mustahil jika kebakaran itu terjadi tanpa sengaja." Raja Charlotte yang masih membelakangi dengan kedua tangan saling bertautan dibelakang nampak bergeming."Aku telah memerintahkan para penjaga untuk mengintrogasi orang-orang yang tampak mencurigakan. Sekaligus memblokir gerbang utama
"Tentunya, manusia serigala tidak memiliki kekuatan selain kemampuan berperang dan api merah darah. Dan mataku yang hebat itu mampu memulihkan dan menghancurkan sesuatu, sesuai keinginan pemiliknya!" Alice kembali melanjutkan dengan napas menggebu. Sejak awal ialah umpan sekaligus senjata terbaik yang berusaha Mercia jaga. Dan Raja Ardolph ingin memindahkan matanya pada Charlotte."Tidakkah kenyataan itu membuat Ratu sadar bahwa Ratu bukanlah klan manusia serigala?" Dyn berujar dengan suara rendah.Makanan yang tersaji di depannya mulai dingin seiring dengan perdebatan mereka.Alice sadar dengan itu, sejak awal ia sudah curiga bahwa dirinya bukanlah keturunan Raja Ardolph. "Pergilah, tugasmu sudah selesai." Alice berusaha memposisikan tubuhnya untuk tenang.Sedangkan Dyn, melirik kembali ke arah meja yang penuh dengan hidangan tersebut. Dulu, ia tidak akan pernah duduk dengan lancang dihadapan Alice. Bahkan menyentuh sampanye yang disediakan oleh Alice secara khusus untuknya. Tapi ka
"Itu kesimpulan awal yang bisa kita ambil. Dari yang aku dengar, buku phoenix itu berisi tentang petunjuk membuka portal sekaligus menutup portal pembatas antara hutan LeNight dan LeRay."Gigi-gigi Alice ber-gemletak menahan geram. Sudah sejauh ini para menteri dan raja Ardolph berkerja sama dengan raja Charlotte menjalankan misi. Sedangkan Alice, ia bahkan tidak tau sedikitpun mengenai informasi ini. Geraman Alice cukup membuat Alice meremas kuat ujung buku phoenix di pangkuannya."Aku sempat mengikuti pelayan dari kantor hukum menteri Darwin. Yang dua minggu lalu memutuskan untuk berhenti. Dan mendapatkan alasan kenapa menteri Darwin tidak pernah menyetujui pernikahan Ratu Alice dengan Raja Charlotte.""Ucapkan secara langsung! Jangan berbelit-belit!" Alice berteriak marah. Dadanya bergetar. Raja Ardolph telah meninggal dan ia tidak mendapatkan kenangan terbaiknya selama bersama raja tersebut."Alasan kenapa Raja Ardolph bersikeras menjodohkan Ratu dengan Raja Ardolph karena ingin m